Hubungan antara Budaya Organisasi konsistensi dan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana

melaksanakan tugasnya lebih optimal. Budaya organisasi keterlibatan dapat membantu rumah sakit mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, memungkinkanya mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang- peluang baru untuk mencapai tujuan. Para anggota organisasi dalam hal ini perawat pelaksana percaya bahwa mereka dapat menata secara efektif masalah baru dan peluang yang mereka temui serta siap menanggung resiko. Hal ini dapat terlaksana dengan baik karena ada kesepakatan antara pemimpin dan perawat yang terampil menggabungkan beragam titik pandang, dan kegiatan organisasi yang terkoordinasi dan terintegrasi.

5.2 Hubungan antara Budaya Organisasi konsistensi dan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana

Hasil penelitian hubungan budaya organisasi konsistensi dan produktivitas kerja perawat pelaksana di RSUP H. Adam Malik p = 0.07 dengan r = 0.14, berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dan hubungan yang sangat lemah antara budaya organisasi konsistensi dengan produktivitas kerja perawat pelaksana, dan hasil univariat menunjukan bahwa budaya organisasi konsistensi sedang 67 dan produktivitas kerja perawat pelaksana tinggi 76.50. Tingginya produktivitas kerja perawat pelaksana tidak disebabkan oleh budaya organisasi konsistensi tapi oleh dimensi budaya organisasi yang lain keterlibatan, penyesuaian, dan misi atau faktor-faktor lain. Hasil penelitian tersebut tidak sama dengan hasil yang ditemukan di RSUD dr. Pirngadi Medan dimana hasil penelitian hubungan antara budaya Universitas Sumatera Utara organisasi konsistensi dan produktivitas kerja perawat pelaksana adalah p = 0.01 dengan r = 0.23. Hal ini menunjukan hubungan positif dan signifikan dengan korelasi yang lemah antara budaya organisasi konsistensi dan produktivitas kerja perawat pelaksana. Artinya jika budaya organisasi konsistensi di rumah sakit tinggi, maka produktivitas perawat pelaksana akan akan meningkat. Penelitian tersebut sejalan dengan Nurfitriani 2011 tentang pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perawat rawat inap dirumah sakit PHC Surabaya yang mendapatkan nilai signifikan 0.019 dengan uji t, menyatakan budaya organisasi konsistensi consistency berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Sebagaimana Denison dan Mishra 1995 menyatakan konsistensi adalah nilai dan sistim yang mendasari kekuatan suatu budaya. Nilai ini memfokuskan pada integrasi sumber- sumber organisasi koordinasi dan sistim kontrol dan konsistensi organisasi dalam mengembangkan sistim yang efektif dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Hasil wawancara dengan seorang perawat senior menyatakan bahwa pemimpin hanya memilih beberapa orang yang dipercayai yang disukai saja dan, kurang perhatian pada stafnya, serta tidak ada penghargaan yang diberikan kepada perawat. Kurang koordinasi antara ruangan, masing-masing ruangan membuat kebijakannya. Kaitannya dengan budaya organisasi konsistensi adalah apabila pimpinan secara aktif perduli pada stafnya dengan cara memberikan perhatian, memberikan staf penghargaan bagi yang berprestasi, menjunjung tinggi peraturan dan tegas dalam pengambilan keputusan dan menjadi role model kepada bawahannya, maka hal akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi perawat Universitas Sumatera Utara pelaksana, sehingga menimbulkan gairah pada perawat untuk bekerja secara produktif. Pengaruh pemimpin dalam budaya organisasi konsistensi di organisasi sangat besar dampaknya terhadap kinerja bawahan sebagaimana penelitian Urrabazo 2006 menunjukkan bahwa kualitas yang lebih tinggi pada eksekutif keperawatan memiliki pengaruh positif terhadap budaya organisasi di rumah sakit. Penelitian lain dari Hsu 2009, menyatakan budaya organisasi dapat meningkatkan komitmen organisasi dan bahkan kinerja pelayanan rumah sakit. Sejalan dengan Robbins 2010 menyatakan bahwa para manejer bertanggung jawab secara langsung atas keberhasilan atau kegagalan organisasi yang mereka pimpin. Manejer bertugas membuat keputusan, dan mereka ingin keputusan tersebut menjadi keputusan yang baik. Hal yang sama diungkapkan Siagian 2000 yang menyatakan bahwa perusahaan yang memilki budaya yang kuat mampu meningkatkan produktivitasnya, menumbuh suburkan semangat kebersamaan dikalangan para anggotannya, meningkatkan rasa sense belonging terhadap rumah sakit, sehingga perawat pelaksana akan meningkatkan kinerjanya. Kemampuan komunikasi, dan kepemimpinan para manajer dalam melakukan hubungan dengan bawahan, khususnya perawat sangat mempengaruhi kinerja perawat. Kemampuan pihak manajer dalam memberikan motivasi kepada stafnya akan meningkatkan kegairahan bawahan untuk memberikan pelayanan keperawatan terbaiknya kepada pasien. Universitas Sumatera Utara

5.3 Hubungan antara Budaya Organisasi penyesuaian dan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana.