Kompetensi budaya TINJAUAN PUSTAKA

5. Evaluasi umpan balik operasi dilakukakan pada tindakan sehari-hari, adanya

umpan balik dan penilaian. Jika orang-orang tidak menyadari kekurangan mereka, perbaikan tindakan mereka tidak dapat diharapkan.

6. Validitas ketepatan hal ini disebut keputusan proporsional dan realistis yang

dibuat oleh manajer untuk sumber daya manusia.

7. Lingkungan proporsionalitas lingkungan merupakan faktor-faktor lain yang

dapat mempengaruhi tindakan bahkan ketika memiliki kemampuan yang diperlukan, kejelasan, dukungan, dan insentif. Lingkungan berupa komponen kunci persaingan, perubahan kondisi pasar, peraturan pemerintah, persiapan dan praktik sumber daya dan lingkungan faktor luar dan penyesuaian lingkungan.

2.4 Kompetensi budaya

Fletcher 1997 menyatakan agar mampu memahami budaya, perawat harus terlebih dahulu menjadi sadar dan peka terhadap budaya. Perawat menyadari kebutuhan penting untuk lebih berpengetahuan dan kompeten akan budaya untuk bekerja dengan individu-individu dari beragam budaya Compinha- Bacote, 1997. Dalam model ini, kompetensi budaya dipandang sebagai suatu proses, dan bukan titik akhir, dimana terus menerus berupaya untuk mencapai kemampuan bekerja secara efektif dalam konteks individu, keluarga, atau masyarakat dari latar belakang budaya-etnis Campinha-Bacote, 1997. Menurut Campinha-Bacote 1998, kompetensi budaya terdiri dari: Universitas Sumatera Utara

1. Kesadaran budaya cultural awereness. Perawat menjadi sensitif terhadap

nilai-nilai, keyakinan, gaya hidup dan praktik klien, mengeksplorasi nilai-nilai sendiri, dan jauh dari prasangka. Pemaksaan budaya adalah kecenderungan untuk memaksakan nilai-nilai budaya sendiri, keyakinan dan pola perilaku yang diharapkan seseorang pada orang lain dari budaya yang berbeda untuk diri seseorang. Selama fase kesadaran budaya, perawat menjadi sadar posisi etnosentris sendiri dan stereotip yang mereka pegang. Secara bertahap, mereka harus menjadi lebih sensitif terhadap keragaman budaya dan memodifikasi sikap dan keyakinan mereka sebagai proses melakukan pemeriksaan diri dari bias sendiri terhadap budaya lain serta eksplorasi mendalam tentang latar belakang budaya dan profesional seseorang. 2. Pengetahuan budaya cultural knowledge proses dimana perawat tahu lebih banyak tentang budaya dan pandangan yang berbeda yang dimiliki oleh orang lain. Pemahaman tentang nilai-nilai, keyakinan, praktik dan strategi pemecahan masalah dari kelompok budayaetnis yang beragam memungkinkan perawat untuk mendapatkan kepercayaan dari dalam dirinya. Pengetahuan budaya mencakup aspek demografi, epidemiologi, sosial-ekonomi dan faktor-faktor politik, dan praktek gizi dan preferensi, yang berarti dalam memahami variasi antar kelompok budayaetnis.

3. Keterampilan budaya cultural skill adalah kemampuan melakukan penilaian

budaya untuk mengumpulkan data yang relevan mengenai masalah, serta akurat melakukan penilaian fisik yang berbasis budaya. Universitas Sumatera Utara

4. Pertemuan budaya cultural encaunters adalah proses yang mendorong

profesional kesehatan untuk langsung terlibat secara langsung untuk berinteraksi dengan budaya lain dari pertemuan dengan klien dari latar belakang budaya yang beragam dalam rangka untuk mengubah keyakinan yang ada tentang kelompok budaya dan untuk mencegah kemungkinan adanya stereotip. 5. Keinginan budaya culture desire adalah motivasi dari profesional kesehatan untuk ingin terlibat dalam proses menjadi sadar budaya, berpengetahuan budaya, keterampilan budaya dan pertemuan budaya. Keinginan budaya adalah membangun spiritual dan penting dari kompetensi budaya yang memberikan energi sumber dan landasan untuk perjalanan satu terhadap kompetensi budaya. Oleh karena itu, kompetensi budaya dapat digambarkan sebagai gunung berapi, yang secara simbolis mewakili bahwa itu adalah keinginan budaya yang merangsang proses kompetensi budaya Campinha-Bacote, 2002. 2.5 Peran dan fungsi perawat 2.5.1 Pengertian perawat