Simpulan Simpulan dan Saran
61
5.3 Hasil dan Pembahasan 5.3.1 Validasi Parameter Meteorologi Suhu dan Kecepatan Angin
Hasil validasi parameter meteorologi suhu udara permukaan Tp menunjukkan kisaran nilai koefisien korelasi r sebesar 0.8-0.9 Gambar 31. Sementara nilai koefisien
korelasi kecepatan angin Vp berkisar 0.5-0.7 kecuali Jagakarsa r= -0.3 Tabel 7. Berbagai penelitian menunjukkan kemampuan WRFChem dalam memprediksi suhu
udara permukaan cukup baik. Namun demikian untuk wilayah dengan kecepatan angin yang sangat rendah, atau memiliki topografi yang rumit, WRFChem tidak dapat
memprediksi kecepatan angin dengan akurat, akibat ketidakakuratan dalam parameterisasi awal Mölder et al. 2012, Zhou et al. 2010, Zhang et al. 2013 . Menurut
Mölder et al. 2012, WRFChem cenderung overestimate dalam menduga keragaman dan besaran kecepatan angin dengan korelasi 0.6. Beberapa penelitian menunjukkan hasil
bahwa WRFChem sulit memprediksi kecepatan angin di daerah yang memiliki kecepatan angin rata-rata rendah, serta daerah yang memiliki topografi yang cukup rumit, akibat
ketidakakuratan dalam parameterisasi awal. Nilai kecepatan angin hasil model di DKI Jakarta lebih tinggi overestimate
dibanding hasil observasi. Hal ini juga sejalan dengan hasil yang didapatkan pada beberapa penelitian lain Pan Zhang 2008, Liao et al. 2014, Brunner et al. 2015.
Perbedaan kecepatan angin antara hasil model dengan observasi terjadi karena perbedaan posisi ketinggian observasi dengan ketinggian lapisan terendah model. Kecepatan angin
dari model adalah kecepatan angin pada ketinggian 10 m, sedangkan observasi dilakukan di permukaan dengan ketinggian 2-3 m. Plot fluktuasi diurnal kecepatan angin luaran
model dan hasil observasi dapat dilihat pada Lampiran 7, sedangkan plot fluktuasi diurnal suhu luaran model dan observasi pada Lampiran 8.
Daerah Jagakarsa Jakarta Selatan DKI 3 memiliki nilai korelasi kecepatan angin yang negatif. Fluktuasi diurnal kecepatan angin hasil observasi di wilayah Jagakarsa
menunjukkan kecepatan angin yang sangat rendah cenderung calm dengan kecepatan 1 m det
-1
Gambar 32. Hal ini bisa menjadi bagian dari penyebab hasil korelasi di Jagakarsa kecil dan negatif, karena selain Jagakarsa memiliki kecepatan angin yang rendah, juga
Jagakarsa sudah memiliki topografi yang relatif lebih tinggi dibanding SPKU lainnya. Kecepatan angin maksimum dari data observasi di Jagakarsa selama pemodelan 2 m
det
-1
, dengan rata-rata diurnal 1 m det
-1
.
62
Gambar 31 Plot data suhu udara permukaan luaran model dan observasi Tabel 7 Nilai koefisien korelasi faktor meteorologi model dan observasi T=suhu
permukaan 2 m; v = kecepatan angin 10 m; nilai r teruji nyata pada taraf α =
0.05 Parameter
meteorologi DKI1
DKI2 DKI3
DKI4 DKI5
T 0.82
0.92 0.94
0.94 0.94
v 0.5
0.7 -0.3
0.5 0.6
Gambar 32 Kecepatan angin rata-rata diurnal v SPKU DKI 3 Jagakarsa
y = 0.78x + 6.29 R² = 0.68
20.0 24.0
28.0 32.0
36.0
20.0 24.0
28.0 32.0
36.0 Su
h u
u d
ar a
o b
se rv
asi
DKI1 C
Suhu udara model ºC
y = 0.83x + 6.75 R² = 0.85
20.0 24.0
28.0 32.0
36.0
20.0 24.0
28.0 32.0
36.0 Su
h u
u d
ar a
o b
se rv
asi
DKI2 C
Suhu udara model ºC
y = 0.89x + 2.37 R² = 0.88
20.0 24.0
28.0 32.0
36.0
20.0 24.0 28.0 32.0 36.0 Su
h u
u d
ar a
o b
se rv
asi
DKI3 C
Suhu udara model ºC
y = 1.01x + 1.01 R² = 0.88
20.0 24.0
28.0 32.0
36.0
20.0 24.0
28.0 32.0
36.0 Su
h u
u d
ar a
o b
se rv
asi
DKI 4 C
Suhu udara model C y = 0.87x + 1.77
R² = 0.83
20.0 24.0
28.0 32.0
36.0
20.0 24.0
28.0 32.0
36.0 Su
h u
u d
ar a
o b
se rv
asi
DKI5 C
Suhu udara model ºC