36
IV POLA DISPERSI SPASIAL DAN TEMPORAL PM
10
DAN SO
2
4.1 Pendahuluan
Partikulat dan sulfurdioksida SO
2
adalah pencemar utama dari aktivitas yang berbahan bakar fossil, seperti industri dan transportasi. Kedua pencemar ini memiliki
dampak langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan. Sulfurdioksida bersifat mengiritasi saluran hidung dan tenggorokan, meningkatkan gejala asthma, menurunkan
volume paru-paru, serta dapat merusak jaringan epitel pada saluran udara, memicu penyakit kanker, mendorong peningkatan mortalitas akibat penyakit jantung dan
pernafasan serta meningkatnya pasien gangguan pernapasan dan paru-paru di rumahsakit US Department of Health and Human Services 1998; WHO 2001, Lippmann dan Ito
2006, Tseng et al. 2012. Partikulat memiliki dampak seperti: mengakibatkan radang saluran pernafasan, radang sistemik, penurunan fungsi paru, serta dengan kandungan
kimia di dalamnya dapat memicu penyakit kanker saluran pernafasan Arifin dan Sutomo 2003, WHO 2006, Orru et al. 2009.
Wilayah industri dan perkotaan merupakan wilayah yang berpotensi mengalami pencemaran udara oleh partikulat dan SO
2
, yang berasal dari cerobong industri serta kepadatan lalulintas yang tinggi. Pengelolaan serta pengendalian pencemaran udara
sangat diperlukan agar dampak pencemaran udara tidak terlalu parah. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengenali daerah-daerah yang rawan terhadap pajanan
konsentrasi pencemar yang maksimum. Walaupun konsentrasi tersebut berfluktuasi, tetapi potensi akumulasi pencemar akan terjadi jika faktor meteorologi seperti arah angin
dominan serta kecepatan angin dan stabilitas atmosfer mendukung. Jika terjadi akumulasi pencemar, maka konsentrasi pencemar akan berpotensi melampaui baku mutu udara
ambien, dan risiko pajanan pencemar dengan konsentrasi tinggi dalam waktu lama akan
mengancam kesehatan masyarakat di sekitar lokasi tersebut. Waktu dan lokasi pemantauan kualitas udara yang representatif merupakan hal penting dalam pengelolaan
kualitas udara. Pemodelan dispersi atau sebaran pencemar menjadi salah satu pilihan untuk
mempelajari pola sebaran pencemar. Pemodelan juga dapat membantu memahami karakteristik kualitas udara setempat serta karakteristik meteorologi yang mendorong
pola dispersi pencemar menjadi khas. Weather Research Forecasting Chemistry WRFChem merupakan integrasi antara model meteorologi dan model kualitas udara
37 yang berjalan secara simultan Yerramilli et al. 2008, Zhang et al. 2009, Tucella et al.
2012, Baklanov et al. 2014. Kabupaten Tangerang dikenal sebagai wilayah yang cukup pesat perkembangan
industrinya, sehingga menarik untuk dikaji potensi keterpaparannya terhadap pencemar udara khususnya SO
2
dan partikulat, dalam hal ini PM
10
. Kabupaten Tangerang memiliki potensi sumber emisi yang akan terus meningkat sejalan dengan rencana pengembangan
industri dan sarana transportasi. Menurut Dokumen Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2011-2030, wilayah industri besar di Tangerang luasnya
akan terus ditambah menjadi sekitar 8407 ha, meliputi Pasar Kemis, Cikupa, Tigaraksa, Sepatan, dan Balaraja. Begitu pula rencana perkembangan industri menengahnya akan
diperluas di beberapa daerah di Kabupaten Tangerang. Hal ini berpotensi meningkatkan pencemaran udara yang dapat mempengaruhi kualitas udara wilayah setempat.
Kondisi topografi wilayah Tangerang yang memiliki garis pantai di bagian Utara dan dataran yang tinggi di bagian Selatan akan mempengaruhi karakteristik meteorologi
setempat. Selain itu sumber-sumber emisi dari wilayah lain yang berbatasan juga bisa memberi kontribusi terhadap konsentrasi pencemar udara. Oleh karena itu pola sebaran
pencemar udara di wilayah tersebut menarik untuk dianalisis agar dapat dipahami lokasi- lokasi yang berpotensi terpajan pencemar dengan konsentrasi maksimum, dalam rangka
pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis lokasi dan waktu di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta yang
berpotensi mendapat pajanan konsentrasi pencemar maksimum berdasar pola dispersi diurnal PM
10
dan SO
2
menggunakan model WRFChem.
4.2 Metode
Model WRFChem dijalankan dengan menggunakan data meteorologi global dari National Oceanic Atmospheric Administration
NOAA periode 12-17 Agustus 2014 dan 24-29 Desember 2014. Data emisi global didapat dari Emission Database for Global
Atmospheric Research EDGAR. Pada studi ini domain yang dianalisis adalah 5.43
– 7.56º Lintang Selatan LS dan 105.196
– 107.804 º Bujur Timur BT, meliputi wilayah Banten dan DKI Jakarta dengan ukuran grid 4 km x 4km. Pusat domain adalah Kabupaten
Tangerang. Periode waktu pemodelan adalah masing-masing 120 jam pada musim kemarau Bulan Agustus dan 120 jam musim hujan Bulan Desember. Pola dispersi
didapat dengan membuat plot data konsentrasi pencemar luaran model menggunakan program Grads, untuk masing-masing musim.