9 dapar diartikan sebagai pengukuran deplesi atau degradasi yang dirupiahkan.
Fauzi, A dan Anna, S. 2005. Deplesi, degradasi maupun depresiasi sumberdaya pesisir dan laut
disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor alam maupun faktor manusia, faktor endogenous maupun eksogenous dan juga kegiatan yang bersifat produktif
maupun non produktif. Secara umum ketiga hal tersebut disebabkan karena adanya berbagai gejala kerusakan lingkungan termasuk pencemaran,
overfishing, abrasi pantai, kerusakan fisik habitat pesisir, konflik penggunaan ruang dan lain sebagainya di kawasan-kawasan pesisir yang padat penduduk
serta tinggi intensitas pembangunannya.Fauzi, A dan Anna, S. 2004. Pemanfaaatan secara berkelanjutan sustainable use dan dengan
kebijakan pengelolaan yang tepat akan dapat menghindari terjadinya pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berlebih. Pengelolaan perikanan
yang keberlanjutan sustainable menurut Charles 2001, dengan mengatur pengelolaan perikanan yang meliputi: pengendalian input upaya effort control,
pengendalian output tangkapan catch control, pengaturan teknis technical measures, pengaturan berbasis lingkungan ecologically based measures dan
instrumen ekonomi economic intruments.
2.3 Teori Ekonomi Sumberdaya Perikanan
Pada mulanya, pengelolaan sumberdaya ini banyak didasarkan pada faktor biologis semata dengan pendekatan yang disebut Maximum Sustainable
Yield tangkapan maksimum yang lestari atau disingkat MSY. Inti pendekatan ini adalah bahwa setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi
yang melebihi kapasitas produksi surplus, sehingga apabila surplus ini di panen tidak lebih dan tidak kurang, maka stok ikan akan mampu bertahan secara
berkesinambungan sustainable, Fauzi. A, 2004. Menurut Fauzi.A 2004, kritik yang paling mendasar di antaranya adalah
karena pendekatan MSY tidak mempertimbangkan sama sekali aspek sosial ekonomi pengelolaan sumberdaya alam. Lebih jauh Conrad dan Clark 1987
diacu dalam Fauzi.A, 2004 misalnya, menyatakan bahwa kelemahan pendekatan MSY antara lain adalah:
a. Tidak bersifat stabil, karena perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa mengarah ke pengurasan stok stock depletion
10 b. Didasarkan pada konsep steady state keseimbangan semata, sehingga
tidak berlaku pada kondisi non-steady state c. Tidak memperhitungkan nilai ekonomis apabila stok ikan tidak dipanen
imputed value d. Mengabaikan aspek interdependensi dari sumberdaya
e. Sulit diterapkan pada kondisi di mana perikanan memiliki ciri ragam jenis multispecies
Menyadari kelemahan ini, pendekatan ekonomi pengelolaan sumberdaya ikan mulai dikembangkan pada awal tahun 1950-an.
Titik tolak pendekatan ekonomi pengelolaan perikanan bermula dengan publikasi tulisan H.S. Gordon 1954, seorang ekonom dari Kanada. Dalam
artikelnya, Gordon menyatakan bahwa sumberdaya ikan pada umumnya bersifat open access. Tidak seperti sumberdaya alam lainnya, seperti pertanian dan
peternakan yang sifat kepemilikannya jelas, sumberdaya ikan relatif bersifat terbuka. Siapa saja bisa berpartisipasi tanpa harus memiliki sumberdaya
tersebut. Gordon menyatakan bahwa tangkap lebih secara ekonomi economic overfishing akan terjadi pada perikanan yang tidak terkontrol ini.
Salah satu cara menghitung surplus produksi yang sering dipakai adalah model Gordon-Schaefer. Model ini berawal saat Schaefer mengadopsi dan
mengembangkan model Gordon 1954, sehingga model yang di kembangkannya saat ini lebih sering disebut model Gordon-Schaefer. Model
Gordon-Schaefer ini digambarkan sebagai berikut: dimisalkan x adalah biomas dari stock yang diukur dalam besaran berat, r adalah laju pertumbuhan alami dari
populasi intrinsict growth dan K adalah daya dukung maksimum lingkungan enveronmental carrying capacity atau keseimbangan alami dari ukuran biomas
dengan tidak ada aktifitas penangkapan, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada perkembangan model Gordon-Shaefer tersebut sebagai berikut :
x f
dt dx =
……………………………………………………………………..2-1a
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛ −
= K
x rx
dt dx
1
……………………………………………………………....2-1b
Dengan adanya aktifitas penangkapan h atau produksi h=qxE, maka persamaan diatas menjadi :
11
h K
x rx
dt dx
− ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ − =
1
…...…………………………………………………………..2-2a
qxE K
x rx
dt dx
− ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ − =
1
………………………………………………………..2-2b
Dengan demikian, dalam kondisi keseimbangan, persamaan berubah menjadi :
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛ −
= K
x rx
qxE 1
……………………………………………………………………2-3
Sehingga persamaan diatas untuk x, akan diperoleh :
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛ −
= r
qE K
x 1
………………………………………………………………………2-4
Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan diatas ke dalam persamaan produksi h maka diperoleh tangkapan atau produksi lestari sebagai berikut :
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛ −
= r
qE qKE
h 1
……………………………………………………………………2-5 Fauzi, A. 2004
Persamaan di atas berbentuk kuadratik terhadap input. Dalam model bioekonomi, hal ini dikenal dengan istila Yield-Effort Curve. Namun, dengan
membagi kedua sisi persamaan dengan input E, akan diperoleh persamaan linear yang disederhanakan dalam bentuk:
E r
K q
qK E
h ⎟⎟
⎠ ⎞
⎜⎜ ⎝
⎛ −
=
2
………………………………………………………………...2-6
E U
β α −
=
………………………………………………………………………….2-7
12 U adalah produksi per satuan input, atau dikenal dengan CPUE catch per unit
effort,
qK =
α
, dan
r K
q
2
= β
. Fauzi, A dan Anna, S.2005
Fauzi, A. 2004 Gambar 1. Kurva Pengaruh tangkap terhadap stok biomas
Dari Gambar 1. dapat dilihat bahwa, pertama, pada saat tingkat upaya sebesar E
1
di berlakukan, maka akan diperoleh jumlah tangkapan sebesar h
1
garis vertikal. Kemudian, jika upaya dinaikkan sebesar E
2
, dimana E
2
E
1
, hasil tangkapan akan meningkat sebesar h
2
h
2
h
1
. Dan bila upaya dinaikkan dari E
3
E
3
E
2
E
3
, akan terlihat bahwa tingkat upaya E
3
E
2
ternyata tidak menghasilkan tangkapan yang lebih besar h
3
h
2
. Dapat disimpulkan bahwa eksploitasi tersebut tidak efisien secara ekonomi karena tingkat produksi yang lebih sedikit
harus dilakukan dengan tingkat upaya yang lebih besar Fauzi. A, 2004. Kemudian model Gordon-Shaefer tersebut memaksukkan variabel
ekonomi, adapun variabel ekonomi tersebut adalah harga dari output harga ikan per satuan berat p dan biaya dari input cost per unit effort c adapun model
tersebut adalah :
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛ −
= K
x rx
h 1
……………………………………………………………………....2-8
h=qxE
3
h=qxE
2
h=qxE
1
h
3
h
2
h
1
Fx
E
13 Dengan memasukkan komponen ekonomi maka penerimaan total dapat di tulis :
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛ −
= =
K x
prx x
pF x
TR 1
……………………………………………………...2-9
Fungsi biaya adalah sebagai berikut :
cE TC
=
………………………………………………………………………….…2-10
qx x
cF qx
h c
TC =
==
…………………………………………………………….…2-11
⎭ ⎬
⎫ ⎩
⎨ ⎧ −
= K
x r
q c
TC 1
……………………………………………………………..……2-12
Rente dari sumberdaya resource rent adalah sebagai berikut :
TC TR
− =
π
………………………………………………………………………..2-13
⎭ ⎬
⎫ ⎩
⎨ ⎧ −
− ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ − =
K x
r q
c K
x prx
1 1
π
………………………………………………..…...2-14
Gambar 2. Kurva Gordon-Schaefer
Input TC
TR A
B max
∏
EOA EMSY
E Rp
14 Menurut Fauzi, A 2004, untuk mengembangkan model Gordon-Schaefer ini
diperlukan asumsi yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Adapun asumsi-asumsi tersebut terdiri dari :
a. Harga per satuan output, RpKg diasumsikan konstan atau kurva permintaan siasumsikan elastis sempurna.
b. Biaya per satuan upaya c dianggap konstan. c. Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal single species.
d. Struktur pasar bersifat kompetitif. e. Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan tidak memasukkan faktor
pascapanen dan lain sebagainya. Fauzi, A 2004 menyatakan bahwa mempelajari model sumberdaya ikan
dalam rangka statik sangat berguna untuk mempelajari teori dasar pengelolaan ekonomi sumberdaya ikan. Menurutnya pendekatan ini cukup sederhana dan
menarik serta telah banyak digunakan untuk memahami sumberdaya ikan dalam waktu yang cukup lama. Namun demikian, Fauzi, A 2004 menegaskan bahwa
pendekatan statik memiliki beberapa kelemahan yang mendasar. Lebih lanjut Fauzi, A 2004 menegaskan pernyataan Clark 1985 bahwa pendekatan statik
memiliki kelemahan serius dan dapat menyebabkan kesalahan dalam pemahaman realitas dan dinamika sumberdaya ikan.
Cunnigham 1981 diacu dalam Fauzi, A 2004 menyatakan bahwa faktor mendasar dari kelemahan pendekatan statik adalah karena sifat statik itu sendiri
dan pendekatan ini tidak memasukkan faktor waktu dalam analisisnya. Lebih lanjut Cunningham 1981 diacu dalam Fauzi, A 2004 menyebutkan bahwa
tidak dimasukkannya faktor waktu dalam analisis sumberdaya terbarukan seperti ikan dapat menyebabkan akibat yang cukup serius dalam pengelolaan
sumberdaya ikan. Seperti diketahui bahwa sumberdaya ikan memerlukan waktu untuk memulihkan diri dan tumbuh dalam kondisi perairan tertentu maupun
terhadap kondisi eksternal yang terjadi di sekitarnya. Fauzi, A 2004 Menyebutkan bahwa pengembangan model dinamis dari
pengelolaan sumberdaya ikan sudah dimulai sejak awal tahun 1970-an. Pendekatan dinamis dalam pengelolaan sumberdaya ikan menurut Fauzi, A
2004 mulai berkembang dan banyak digunakan sebagai analisis setelah publikasi artikel Clark dan Munro 1975. Clark dan Munro 1975 diacu dalam
Fauzi, A 2004 menggunakan pendekatan kapital untuk memahami aspek
15 intertemporal dari pengelolaan sumberdaya ikan, dimana sumberdaya ikan
dianggap sebagai stok ikan dapat tumbuh melalui reproduksi alamiah.
2.4 Optimasi Sumberdaya Perikanan