49
Tebel 9. Perkembangan Alat Tangkap Trammel Net dan Jaring Insang Hanyut dari tahun 1991-2005.
Tahun Jaring Trammel Net
Jaring Insang Hanyut
1991 1245 9450
1992 1546 10037
1993 1688 6005
1994 851 3444
1995 1208 3203
1996 1219 4484
1997 1825 3930
1998 1743 3247
1999 1633 3822
2000 1061 3247
2001 1204 2522
2002 5684 2352
2003 7399 3456
2004 4511 2860
2005 5921 2493
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur
5.4. Pencemaran di Selat Madura
Kondisi perairan Selat Madura saat ini semakin parah hal ini ditandai secara fisik dengan terjadinya perubahan warna dari air laut yang ada yang
berwarna coklat, dan ada juga bagian air laut yang berwarna kehitaman yang dikarenakan pembuangan pencucian mesin kapal. Padatnya lalu lintas kapal di
perairan ini memberikan dampak sering terjadinya pengadukan air laut, dengan kondisi dasar perairan yang merupakan lumpur dan kedalam tak lebih dari 100 m
maka akan memberikan dampak teraduknya lumpur sehingga air laut menjadi berwarna coklat.
Pencemaran secara fisik tak seluruhnya perairan Selat Madura berwarna coklat masih ada sebagian perairan yang masih berwarna biru, untuk perairan
secara fisik berwarna biru untuk daerah Pulau Madura di mulai dari Kabupaten Sampang perbatasan dengan Kabupaten Pamekasan ke arah timur hingga
Kabupaten Sumenep, sedangkan untuk daerah di Pulau Jawa dimulai dari Kabupaten Pasuruan perbatasan dengan Kabupaten Probolinggo hingga ke
timur sampai dengan Kabupaten Situbondo. Sedangkan untuk arah ke barat hingga Kota Surabaya dan Kabupaten Bangkalan perairannya sangatlah tidak
50 baik secara fisik terutama banyaknya sampah dan pembuangan oli bekas
pencucian mesin kapal di perairan. Secara kimiawi perairan dapat dikatakan tercemar atau tidak bila telah
dilakukan pengujian air laut di laboratorium mengenai kandungan yang ada di dalamnya. Perairan dikatakan tercemar bila kandungan yang ada di dalam
sampel air melebihi dari baku mutu air yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Adapun yang menjadi standar baku mutu air BOD, COD adalah berikut ini:
Tabel 10.Kriteria Mutu air BOD dan COD Berdasarkan Kelas
Kelas Parameter Satuan
I II III IV Keterangan
BOD mgL 2
3 6
12 Angka
Batas Minimum
COD mgL 10
25 50
100 Angka
Batas Minimum
Sumber : PP RI No:82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Kementerian Lingkungan Hidup.
Kelasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 empat kelas berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yaitu sebagai berikut ini:
1 Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut; 2 Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasaranasarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut; 3 Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4 Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut. Adapun mengenai besar beban pencemaran yang masuk ke pairan Selat
Madura dapat dilihat pada Gambar-13 berikut ini:
51
0.00 500000.00
1000000.00 1500000.00
2000000.00 2500000.00
3000000.00 3500000.00
4000000.00 4500000.00
19 91
19 92
19 93
19 94
199 5
199 6
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
200 2
200 3
20 04
20 05
Ton Ta
h u
n
BOD COD
TSS
Gambar 13. Perbandingan Pencemaran BOD, COD dan TSS yang Masuk Ke Perairan Selat Madura
Dari gambar-13 di atas, didapatkan bahwa kondisi pencemaran yang masuk ke perairan Selat Madura melalui beberapa muara sungai, bahwa beban
pencemaran tertinggi untuk BOD terjadi pada tahun 1992 yang sebesar 2.869.585,98 ton sedangkan beban pencemaran terendah terjadi pada tahun
2000 sebesar 1.179.782,58 ton. Sedangkan untuk beban pencemaran COD yang tertinggi terjadi pada tahun 1992 sebesar 3.920.889,87 ton dan beban
pencemaran COD terendah terjadi pada tahun 1991 sebesar 2.055.133,43 ton dan beban pencemaran TSS terbesar terjadi pada tahun 1992 sebesar
2.431.442,82 ton dan terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar 1.108.417,07 ton.
5.5. Ekonomi Sektor Perikanan dan PDRB Jawa Timur