97
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa informasi penting tentang kondisi sumberdaya perikanan di
Selat Madura yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya dan kondisi pencemaran, kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1 Pengembangan model interaksi perikanan-pencemaran pada dasarnya dapat dilakukan dengan meng-embedded-kan variabel pencemaran ke
dalam model standar bioekonomi perikanan, pada penelitian ini variabel pencemaran digunakan dalam model Gompertz. Permodelan Gompertz
diambil sebagai alat menghitung sumberdaya karena dirasa paling tepat dalam menghitung sumberdaya ikan kerapu dan kakap yang merupakan
jenis ikan demersal. 2 Jumlah load pencemaran yang masuk ke Selat Madura rata-rata setiap
tahunya untuk BOD sebanyak 1634681,61 ton tahun. Sedangkan untuk jumlah rata-rata bahan pencemaran COD pertahun sebesar 2407614,75
ton pertahun dan jumlah rata-rata bahan pencemaran TSS per tahun sebesar 1486880,25 ton.
3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa load pencemaran Total Suspended Solids TSS mempengaruhi kondisi stok ikan kerapu dan kakap di Selat
Madura lebih tinggi dibandingkan dengan pencemaran Biological Oxygen Demand BOD dan Chemistry Oxygen Demand COD.
4 Hasil kajian terhadap kondisi sumberdaya ikan kerapu dan kakap tanpa memasukkan variabel pencemaran didapatkan bahwa sumberdaya ikan
telah mengalami gejala tangkap berlebih overfishing, hal ini didasarkan atas perbandingan kondisi produksi aktual dengan produksi lestari.
5 Kondisi sumberdaya berdasarkan rezim pengelolaan Maximum
Sustainable Yield MSY dan Maximum Economic Yield diperoleh, untuk effort MSY sebanyak 23.471.798,06 trip dan produksi MSY sebesar
2.557,64 ton, sedangkan rente saat MSY sebesar Rp. 7,04 milyar. Sedangkan untuk effort MEY sebesar 12.913.785,11 trip dan kondisi
produksi MEY sebanyak 2.040,14 ton dan rente saat MEY sebesar Rp. 21,24 milyar. Sedangkan kondisi produksi saat Open Access OA
98 sebanyak 2.531,87 ton, dengan effort sebesar 25.827.570,21 trip dan
rente sebesar Rp.0. 6 Hasil perhitungan Sumberdaya yang optimal dengan asumsi market
discount rate sebesar 12,81 maka diperoleh nilai optimal biomass, produksi dan input yang optimal sebagai berikut x = 4857,54 ton,
h= 810,97 ton dan E= 4.057.107,38 trip. Sedangkan dengan discount rate 10,58 maka nilai optimal biomass, produksi dan input yang optimal
sebagai berikut berikut x = 4872,05 ton, h= 785,33 ton dan E= 3.917.127,40 trip.
7 Analisa estimasi degradasi sumberdaya didapatkan bahwa laju degradasi
sumberdaya ikan tanpa beban pencemaran rata-rata pertahunnya sebesar 0,19. Dan dari hasil analisis laju degradasi sumberdaya ikan
kerapu dan kakap dengan pencemaran BOD didapatkan bahwa laju degradasi pertahunnya sebesar 0,45. Sedangkan Hasil analisis
menunjukkan laju degradasi sumberdaya ikan kerapu dan kakap dengan pencemaran COD didapatkan bahwa laju degradasi rata-rata
pertahunnya sebesar 0,48. sedangkan laju degradasi dengan pencemaran TSS sebesar 0,49.
8 Hasil perhitungan didapatkan bahwa selain depresiasi sumberdaya ikan di Selat Madura disebabkan oleh overfishing, depresiasi sumberdaya ikan
juga dikarenakan oleh adanya pencemaran perairan. Load pencemaran TSS merupakan pencemaran yang paling memberikan pengaruh yang
tertinggi dibandingkan dengan pencemaran BOD dan COD terhadap depresiasi sumberdaya ikan demersal di Selat Madura.
7.2. Saran