57 menggunakan steam bertekanan 200 psi dan steam gas yang menggunakan
steam yang bertekanan 200 psi dan gas 300 psi.
7. Post Cure Inflation PCI
Tahapan selanjutnya adalah PCI. Agar ban yang telah masak mempunyai bentuk yang baik, maka harus terlebihi dahulu dimasukan
kedalam PCI. Dimana alat PCI ini persis sama dengan rim kendaraan bermotor.
8. Trimming dan Balancing
Tahapan berikutnya adalah Trimming dan Balancing . Trimming merupakan proses pemotongan rambut ban yang berasal dari cetakan.
Tujuan dari proses trimming adalah agar ban yang telah masak terlihat lebih menarik.
Balancing merupakan tahapan akhir dari proses produksi ban yaitu
proses pengujian keseimbangan ban dan menentukan letak value pentil. Tetapi khusus untuk ban radial tahapan terakhir setelah trimming adalah
Force Variation Mesin yaitu mesin untuk mengukur gaya force dari ban
radial, yang diukur oleh mesin ini adalah radial, lateral, conicity, first harmonic
, dan bulging. Untuk lebih jelasnya alur produksi pembuatan ban dapat dilihat
pada Lampiran 5.
C. JENIS BAHAN BAKU
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan ban dapat dibagi menjadi dua yaitu bahan baku utama dan bahan pembantu bahan
pelengkap. Bahan baku utama yang digunakan oleh PT Goodyear Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut :
1. Karet
Karet merupakan bahan baku utama dalam proses produksi ban dan karet yang digunakan terdiri dari :
a. Karet Alam Natural Rubber Karet alam yang digunakan berasal dari tanaman karet Hevea
brasiliensis . Tanaman karet termasuk ke dalam divisi Spermatophyta,
58 subdivisi Angiospermae, kelas Dycotyledone, ordo Euphorbiales, famili
Euphorbiaceae dan genus Hevea. Tanaman tersebut tumbuh baik di daerah yang berada pada iklim tropis dengan rentang astronomis 15
°LU- 10°LS, suhu harian 25-30
°C, ketinggian 1-600m dpl, curah hujan 2.000-2.500 mmtahun, intensitas matahari 5-7 jamhari, dan pH tanah 5-6 Paimin dan
Nazaruddin, 1998. Karet dikelompokkan menjadi dua macam berdasarkan cara
mendapatkannya, yaitu karet alam dan karet sintetik. Karet alam adalah polimer karet yang didapatkan dari getah tanaman penghasil karet. Karet
alam jika dibandingkan dengan karet sintetik, memiliki sifat mekanis yang lebih baik tetapi ketahanan yang kurang terhadap panas, gesekan, dan
oksidasi Santosa, 2002. Karet alam merupakan partikel yang ukurannya berkisar antara 0.005
μm – 3 μm serta dilapisi oleh dua buah lapisan yang terdiri dari protein dan fosfolipid. Lapisan protein dan fosfolipid
membentuk sistem kestabilan pada karet Tangpakdee, 1998. Ketebalan seluruh lapisan protein dan fosfolipid lebih dari 40Å.
Sebanyak 15 Å dari ketebalan keseluruhan lapisan tersebut merupakan lapisan protein. Lapisan dalam merupakan lapisan hidrofobik dan lapisan
luar merupakan lapisan hidrofilik. Lapisan hidrofilik terdiri dari protein dan sabun. Rantai polipeptida protein memiliki konfigurasi memanjang
dengan sisi non polar yang menghadap ke partikel karet dan sisi polarnya menghadap ke fase cair Tangpakdee, 1998.
Karet alam adalah polimer berbobobt molekul tinggi dari poliisopren C
5
H
8 n
, yang mempunyai konfigurasi cis-1,4 isopren Billmeyer, 1994. Karet alam mempunyai berat molekul antara 200.000-
400.000. Struktur monomer karet alam dapat dilihat pada Gambar 16 berikut ini
CH
2
C CH CH
2
CH
Gambar 16. Struktur Monomer Karet Alam Billmeyer, 1994
59 Keutamaan sifat fisik karet alam telah lama diketahui, menurut
Blow dan Hepburn 1982, karet alam memiliki sifat keliatan, kelekatan, elastisitas, kuat tarik, dan kepegasan yang tinggi. Keteraturan geometri
yang tinggi menambah kuat tarik pada saat diregangkan karena sifat kristal. Sifat-sifat yang unggul ini menyebabkan karet alam dapat
digunakan untuk pembuatan barang industri dan perekayasaan terutama dalam pembuatan produk ban, akan tetapi ketidakpolaran karet alam dan
kandungan ikatan tidak jenuh yang tinggi di dalam molekul karet menyebabkan karet alam tidak tahan terhadap oksidasi, panas, dan
pemuaian di dalam minyak atau pelarut organik. Untuk mengimbangi kelemahan sifat karet alam dan untuk
mendapatkan sifat-sifat khusus dalam pembuatan ban maupun bukan ban, upaya yang dapat dilakukan adalah memodifikasi molekul karet alam
secara mekanik maupun kimia Honggokusumo, 1994. Modifikasi karet alam secara kimia dapat dilakukan dengan reaksi kimia dengan atau tanpa
melibatkan pembentukan grup lain, penempelan grup senyawa lain dan pencangkokan rantai polimer lain pada struktur molekul karet alam
Barnard, 1984. Peningkatan nilai tambah dapat dicapai dengan cara mengolah
karet alam menjadi barang jadi. Alfa 2002 mengelompokkan barang jadi karet alam ke dalam dua jenis yaitu barang jadi karet padat dan barang jadi
lateks. Barang jadi lateks mudah untuk diaplikasikan karena ketersediaan bahan baku yang banyak di dalam negeri Cook, 1956. Barang jadi karet
padat menggunakan bahan baku dalam bentuk krep yaitu lembaran karet dari lateks yang telah digumpalkan, digiling, dan dikeringkan sedangkan
barang jadi lateks menggunakan bahan baku dalam bentuk lateks yang dipekatkan Alfa, 2002.
Karet alam diolah menjadi karet Standard Indonesia Rubber SIR 20, 10, dan Ribbed Smoked Sheet RSS 1. Jenis-jenis karet alam yang
digunakan dalam pembuatan ban oleh PT Goodyear Indonesia, Tbk yaitu Nolo, NevoNimbo, Nivco, dan Kinjo. Karet-karet ini diperoleh dari
60 supplier yang berada di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jambi,
Kalimantan Barat dan Jawa Barat. b. Karet Sintetis Synthetic Rubber
Karet sintetis merupakan polimer karet yang didapatkan dengan melakukan polimerisasi. Penggunaan karet sintetis diketahui jauh lebih
tinggi dibanding jumlah penggunaan karet alam. Hal ini disebabkan oleh modifikasi karakter, baik secara fisik maupun kimia, yang dapat dilakukan
dengan mudah pada karet sintetis. Menurut data dari International Rubber Study Group
IRSG pada tahun 2002, volume konsumsi karet alam ternyata jauh di bawah volume konsumsi karet sintetis. Data tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Konsumsi Karet Alam dan Karet Sintetis di Indonesia
Tahun Konsumsi Karet Alam
1000 ton Konsumsi Karet
Sintetis 1000 ton 1999 6670 10170
2000 7330 10810 2001 7000 10460
Sumber : IRSG 2002 Proses pembuatan ban selain memerlukan karet alam juga
memerlukan karet sintetis. Karet sintetis yang digunakan untuk pembuatan ban adalah Buclic, Edbrisic, Chrisic, Irmgic, Lunaric, Rionic, Stovic, BUD
1208, BUD 1207, Galwic, Sun, Jasanic, dan Binic serta Rockic sebagai
pengganti atau substitutor dari Stovic dan Lunaric. Kebutuhan karet sintetis PT Goodyear Indonesia, Tbk. di impor dari Inggris, Polandia,
Malaysia, Belanda, dan Amerika Serikat.
2. Benang Wire