Titik Pemesanan Kembali Re-Order Point

23 tunggu. Service level digambarkan dalam bentuk persentasi , di mana faktor pengaman k pada frekuensi service level dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini Tabel 1. Faktor pengaman k pada frekuensi service level Service Level Service Factor Service Level Service Factor 50.00 0.00 90.00 1.28 55.00 0.13 91.00 1.34 60.00 0.25 92.00 1.41 65.00 0.39 93.00 1.48 70.00 0.52 94.00 1.55 75.00 0.67 95.00 1.64 80.00 0.84 96.00 1.75 81.00 0.88 97.00 1.88 82.00 0.92 98.00 2.05 83.00 0.95 99.00 2.33 84.00 0.99 99.50 2.58 85.00 1.04 99.60 2.65 86.00 1.08 99.70 2.75 87.00 1.13 99.80 2.88 88.00 1.17 99.90 3.09 89.00 1.23 99.99 3.72 Sumber : Green 1996

5. Titik Pemesanan Kembali Re-Order Point

ROP disebut juga dengan batastitik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang Rangkuti, 2002. Menurut Assauri 1993, titik pemesanan kembali merupakan suatu batas dari jumlah persediaan yang ada pada saat pesanan harus dilakukan kembali. Hal ini dijelaskan pula oleh Herjanto 2003, di mana titik pemesanan kembali menandakan pembelian harus segera dilakukan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Apabila titik pemesanan kembali ditetapkan terlalu rendah, persediaan bahan akan habis sebelum persediaan pengganti diterima. Tetapi 24 sebaliknya, apabila titik pemesanan kembali ditetapkan terlalu awal, maka persediaan baru sudah datang ketika persediaan di gudang masih banyak. Hal ini akan menimbulkan masalah berupa biaya investasi yang terlalu besar. Model ROP terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus sehingga kita harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang, mungkin dapat juga ditambahkan dengan safety stock yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang Rangkuti, 2002. Rumus besarnya titik pemesanan kembali adalah sebagai berikut Herjanto, 2003 : ROP = d x L + SS Di mana : ROP = Re-Order Point titik pemesanan kembali Kg d = rata-rata permintaan KgTahun L = waktu tunggu lead time Bulan SS = persediaan pengaman safety stock Kg ROP terbagi ke dalam empat model di antaranya Rangkuti, 2002: ƒ Jumlah permintaan maupun masa tenggang adalah konstan Dalam model ini, baik besarnya permintaan maupun masa tenggang konstan, sehingga tidak ada penambahan persediaan. Rumus ROP untuk model ini adalah ROP = Kebutuhan x LT Lead Time ƒ Jumlah permintaan adalah variabel sedangkan masa tenggang adalah konstan Model ini memiliki asumsi bahwa selama periode lead time atau masa tenggang, tidak tergantung pada permintaan harian yang digambarkan melalui suatu distribusi normal. Rumus ROP untuk model ini adalah 25 ROP = Besarnya permintaan yang diharapkan selama masa tenggang x SS = d LT + Z √ LT σd Di mana : d = rata-rata tingkat kebutuhan LT = masa tenggang σd = standar deviasi dari tingkat kebutuhan ƒ Jumlah permintaan adalah konstan, sedangkan masa tenggang adalah variabel Lead time pada kondisi distribusi normal, diharapkan permintaan selama masa lead time pada kondisi distribusi normal, tetapi variannya tidak mencakup perhitungan atau penjualan varian-varian pada model yang sebelumnya. Rumus ROP untuk model ini adalah ROP = dLT + z d σLT Di mana : d = tingkat permintaan konstan LT = rata-rata masa tenggang σLT = standar deviasi dari lead time ƒ Jumlah permintaan maupum masa tenggang adalah variabel Dalam model ini, besarnya permintaan maupun masa tenggang merupakan variabel dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan masa tenggang. Untuk menyederhanakan model persediaan, kita asumsikan bahwa kebutuhan masa yang akan datang diketahui biasanya, permintaan dapat diketahui dengan mengadakan perhitungan estimasi dengan proyeksi. Rumus ROP untuk model ini adalah sebagai berikut ROP = d LT + z √ LT σd 2 + d 2 σLT 2 Di mana : d = tingkat permintaan rata-rata LT = rata-rata masa tenggang σd 2 = standar deviasi tingkat permintaan σLT 2 = standar deviasi dari lead time rata-rata 26

H. DISTRIBUSI DATA