PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU IMPOR

99

G. PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU IMPOR

BERDASARKAN METODE SIMULASI Pengendalian persediaan bahan baku impor pada penelitian ini menggunakan metode simulasi. Metode simulasi digunakan untuk membentuk sebuah distribusi peluang yang didasarkan pada pilihan bilangan acak random. Penggunaan bilangan acak membantu dalam membangkitkan nlai yang memiliki sebuah distribusi probabilitas yang dapat mewakili data secara nyata. Data yang disimulasikan adalah data penggunaan bahan baku impor selama satu periode untuk menentukan jumlah permintaan bahan baku kepada pihak suplier. Tahapan penerapan metode simulasi ini dalam pengendalian persediaan adalah diawali dengan penentuan stok awal atau persediaan awal dari setiap bahan baku impor. Penentuan stok awal setiap bahan baku harus memperhatikan nilai titik pemesanan kembali dan nilai safety stock bahan baku yang bersangkutan. Penentuan stok awal dilakukan apabila telah diketahui perkiraan permintaan dan melihat penggunaan bahan baku periode lalu. Pada penelitian ini diasumsikan perusahaan di posisi nol oleh karena itu stok awal yang ditetapkan harus memenuhi kebutuhan perencanaan bahan baku selama lead time pemesanan bahan baku. Sehingga nilai stok awal setiap bahan baku ditetapkan agak tinggi. Pada kasus ini nilai stok awal disusun untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pada saat lead time pemesanan agar tidak terjadi slack permintaan, karena pada saat awal bulan atau bulan pertama diasumsikan tidak terjadi kedatangan bahan baku. Nilai stok awal pada setiap bulan merupakan nilai stok akhir pada bulan sebelumnya. Nilai stok akhir tersebut mengandung persediaan pengaman. Hasil pembangkitan variabel acak permintaan akan menjadi input bagi pengendalian persediaan. Jika permintaan atau penggunaan bahan baku lebih besar dari stok awal maka akan terjadi kehabisan bahan baku atau terjadi slack permintaan. Tetapi apabila permintaan atau penggunaan bahan baku lebih kecil dari stok atau persediaan awal maka akan terjadi 100 kelebihan bahan baku atau menimbulkan stok sisa bahan baku dan menimbulkan biaya penyimpanan. Stok sisa tersebut akan menjadi stok awal untuk periode selanjutnya. Pengendalian persediaan bahan baku impor dengan metode simulasi terdapat pada menu “Simulasi Persediaan”. Pada form simulasi persediaan terdapat menu “Bahan Baku” pada menu ini user pengguna tinggal memilih bahan baku yang ingin dihitung total biaya persediaan. Menu “Stock Awal” user tinggal memasukan stok awal yang diinginkan dari bahan baku yang dipilih. “Pesanan Minimum” adalah menu di mana memuat angka pesanan minimum yang ditetapkan oleh pihak suplier, menu ini digunakan untuk sebagian bahan baku impor, sehingga kolom ini boleh untuk tidak diisi. Kebijakan minimum pemesanan ini, diberikan oleh suplier karena pemesanan bahan baku impor memerlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, beberapa suplier tidak melayani pemesanan dengan kuantitas yang kecil. Menu “Jumlah Order” atau jumlah pemesanan akan terisi dengan jumlah pemesanan Q yang telah dihitung sebelumnya. Begitu pun dengan menu “Re-Order Point” R atau titik pemesanan kembali nilai akan terisi dengan ROP yang telah dihitung pada tahapan sebelumnya. Setelah data yang diperlukan terisi semua maka program akan menghitung total biaya persediaan selama satu periode 1 tahun secara otomatis. Output yang dihasilkan adalah total biaya persediaan suatu bahan baku impor. Total biaya persediaan bahan baku impor tersusun dari komponen- komponen biaya diantaranya biaya pemesanan, biaya pembelian, dan biaya penyimpanan. Besarnya biaya pembelian yang dikeluarkan oleh perusahaan tergantung kepada banyaknya bahan baku impor yang dibeli sedangkan biaya penyimpanan tergantung kepada bahan baku yang disimpan sebagai stok akhir. Hal ini berlainan dengan biaya pemesanan, biaya ini dikeluarkan oleh perusahaan per kali pesanan. Pada metode simulasi, total biaya persediaan bahan baku impor yang optimal dihasilkan dari kombinasi antara pemesanan optimum Q 101 dan titik pemesanan kembali R. Misalnya untuk bahan baku impor Pigment Chemical PIG 1171, kombinasi ini diawali dengan membuat atau menetapkan nilai Q dan R-nya, yaitu nilai Q sebesar 18,666.01 kg dan R sebesar 310,296.3 kg, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 dan 10. Stok awal yang digunakan adalah 267000 kg serta pemesanan minimum sebanyak 18000 kg. Untuk lebih jelasnya kombinasi Q,R untuk bahan baku impor dapat dilihat di Lampiran 14. Form kombinasi Q,R untuk bahan baku impor Pigment Chemical PIG 1171 dapat dilihat pada Gambar 31 berikut ini Gambar 31. Form Kombinasi Q,R bahan baku impor PIG 1171 Pada Gambar 31 di atas dapat dilihat bahwa kombinasi Q dan R sebesar 18.666,01 kg dan 310.296,3 kg masih menimbulkan slack permintaan. Hal ini berarti kombinasi nilai Q dan R belum optimal. Oleh karena itu skenario atau kombinasi nilai Q dan R dapat diubah. Nilai Q dapat diubah sampai ditemukannya nilai Q yang tidak menyebabkan terjadinya kekurangan bahan baku slack permintaan. Metode yang 102 digunakan untuk mendapatkan nilai Q yang tidak menyebabkan slack permintaan yaitu metode trial dan error. Setelah digunakan metode trial dan error maka didapatkan nilai kombinasi Q,R yang tidak menyebabkan terjadinya slack permintaan. Untuk bahan baku impor Pigment Chemical PIG 1171 nilai kombinasi Q,R adalan sebesar 98.000 kg dan 310.296,3 kg. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Lampiran 15. Dari hasil perhitungan kombinasi Q,R maka akan diperoleh perhitungan atau nilai dari total biaya pengendalian persediaan bahan baku impor seperti yang tercantum pada Tabel 11 berikut ini Tabel 11. Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Impor dengan Metode Simulasi Nama Bahan Baku Q kg Jumlah Pesan Biaya Pemesanan Rp Biaya Pembelian Rpkg Biaya Penyimpanan Rpkg Total Biaya Rp BUD 1207 3.480.000 12 kali 21.474.000 38.790.400.000 1.161.708.035 39.973.582.035 PIG 1171 1.176.000 12 kali 21.474.000 23.461.200.000 1.027.390.101 24.510.064.101 LUNARIC 2.760.000 12 kali 21.474.000 26.394.800.000 736.253.152 27.152.527.152 WIRE 0.038 1.512.000 12 kali 21.474.000 13.765.500.000 30.090.928 13.817.064.928 STOVIC 1.968.000 12 kali 21.474.000 20.690.240.000 841.874.336 21.553.588.336 ZONFLAX 372.000 12 kali 21.474.000 12.251.200.000 312.867.831 12.585.541.831 ROCKIC 1.992.000 12 kali 21.474.000 26.887.850.000 439.549.242 27.348.873.242 BUD 1208 700.000 10 kali 17.895.000 9.576.000.000 362.149.073 9.956.044.073 RIONIC 325.000 10 kali 17.895.000 7.607.600.000 122.440.297 7.747.935.297 ROSNIC 103.200 4 kali 7.158.000 6.882.408.000 445.144.576 7.334.710.576 SPONBAX 185.000 10 kali 17.895.000 6.508.022.500 243.013.466 6.768.930.966 BEROLIC 282.000 12 kali 21.474.000 5.358.000.000 243.946.892 5.623.420.892 NAILAX 164.700 9 kali 16.105.500 4.996.449.000 291.993.002 5.304.547.502 BINIC 1.506.000 12 kali 21.474.000 16.095.375.000 447.973.796 16.564.822.796 IRMGIC 276.000 12 kali 21.474.000 3.356.160.000 87.093.291 3.464.727291 Pada Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa biaya penyimpanan, biaya pembelian, dan biaya pemesanan merupakan komponen penyusun dari biaya total persediaan suatu bahan baku dalam hal ini yaitu persediaan bahan baku impor. Untuk bahan baku Pigment Chemical PIG 1171 kombinasi Q,R menghasilkan biaya total persediaan sebesar Rp 24,5 Milyar. Biaya total pemesanan 12 kali pesanan untuk bahan baku PIG 1171 adalah sebesar Rp 21,4 Juta. Biaya total pembelian yang diperlukan 103 adalah sebesar Rp 23,4 Milyar. Selain itu, dihitung pula biaya total penyimpanan sebesar Rp 1,02 Milyar. Jumlah total frekuensi pemesanan adalah 12 kali periode tahun. Biaya pemesanan untuk setiap kali pemesanan adalah Rp 1,7 Juta. Frekuensi pemesanan untuk PIG 1171 adalah sebanyak 12 kali, jumlah frekuensi ini menimbulkan biaya total pengendalian persediaan yang optimal. Apabila dilihat frekuensi pemesanan bahan baku PIG 1171 memiliki jumlah frekuensi yang sama dengan metode perusahaan. Hal ini dikarenakan penggunaan PIG 1171 memiliki frekuensi yang sering dengan kuantitas penggunaan yang besar untuk setiap kali produksi. Biaya pembelian dikeluarkan berdasarkan jumlah barang yang kita pesan beli dikalikan harga bahan baku kilogram. Biaya pengiriman bahan baku sudah termasuk ke dalam harga bahan baku impor tersebut. Biaya penyimpanan diperoleh dari perhitungan jumlah stok akhir dikalikan biaya penyimpanan bahan baku kilogram. Ketiga komponen penyusun total biaya pesediaan tersebut saling berkaitan sehingga apabila ingin diperoleh biaya yang optimal maka strategi untuk merancang komponen biaya tersebut harus dilakukan secara efisien dan efektif. Biaya persediaan optimal disini adalah biaya yang dihasilkan dengan efektif dan efisien tanpa menimbulkan terjadinya kekurangan bahan baku yang akan menghambat dan menghentikan proses produksi.

H. PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU IMPOR