Hubungan Konsumsi Gizi Fe dengan Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal

keseimbangan cairan dan PH asam-basa darah. Protein membantu mengatur keluar masuknya cairan, nutrient zat gizi dan metabolit dari jaringan masuk ke saluran darah. Para peneliti telah menemukan bahwa komposisi protein mengandung unsur karbon, dengan demikian maka jelas protein dapat berfungsi sebagai sumber energi pula. Dalam keadaan tersedianya karbohidrat yang tidak mencukupi maka untuk menyediakan energi, sejumlah karbon yang terkandung dalam protein akan dimanfaatkan seperlunya sehingga berlangsung pembakaran dan sejumlah protein lainnya digunakan memenuhi fungsi yang sebenarnya yaitu untuk pembentukan jaringan. Asumsi peneliti berdasarkan teori dan hasil penelitian, bahwasanya konsumsi gizi, yaitu Protein mempengaruhi terhadap produktivitas kerja. Makanan yang mengandung protein merupakan bagian penting dalam pembentukan hormon dan zat kekebalan tubuh antibodi yang berguna untuk menghindari pekerja dari kurangnya imunitas tubuh seperti sakit, lesu dan lemah sehingga produktivitas kerja meningkat.

5.6. Hubungan Konsumsi Gizi Fe dengan Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal

Hasil penelitian tentang variabel konsumsi gizi Fe dengan produktivitas kerja ditemukan sebanyak 54,1 produktivitas kerja yang baik dengan tingkat kecukupan zat besi Fe yang kurang baik dan sebanyak 78,6 produktivitas kerja yang baik tingkat kecukupan zat besi Fe yang baik. Dari hasil analisis diperoleh Universitas Sumatera Utara bahwa lebih banyak produktivitas kerja yang baik tetapi memiliki tingkat kecukupan zat besi Fe yang kurang baik. Dari hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh p= 0,110 p 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan tingkat kecukupan zat besi Fe dengan produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi Berdasarkan hasil penelitian didapati kebanyakan kebiasaan makan wanita pekerja yang mengandung sumber zat besi non heme yaitu, tempe 94,12, sayur kangkung 90.20 dan bayam 80,39. Sedangkan bahan makanan sumber zat besi yang jarang dikonsumsi adalah daging 5,88 dan ikan segar jenis dencis dan ikan kembung 3,92. Untuk bahan makanan dikonsumsi wanita pekerja yang membantu melancarkan absorpsi Fe adalah ; buah-buahan jenis pisang dan papaya 11,76, ikan segar 3,92, dan jenis bahan makanan penghambat absorpsi Fe yang paling sering dikonsumsi adalah teh 58,82 dan kopi 39,22. Rendahnya asupan makanan sumber zat besi dalam kehidupan sehari-hari yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan zat besi yang seharusnya pada wanita pekerja informal. Selain itu wanita pekerja informal kebanyakan mengkonsumsi teh dan kopi sebagai minuman sewaktu makan, dimana kedua bahan makanan tersebut merupakan faktor penghambat absorbsi Fe, dan jarang mengkonsumsi buah yang mengandung vitamin C. Bahan makanan yang didapatkan untuk menu sehari hari sebagai sumber protein Universitas Sumatera Utara adalah tempe, tahu dan kangkung dikarenakan bahan makanan tergolong harga murah terjangkau dan mudah didapatkan sehingga sangat sering dikonsumsi. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Pitriana Handayani 2008 dengan judul Hubungan Tingkat Konsumsi dan Penggunaan Cetakan terhadap Produktivitas Kerja yang salah satu dari tujuan penelitiannya menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi, protein dan zat besi dengan produktivitas kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Nasution dan Lubis 2004 yang meneliti tentang Hubungan Konsumsi Zat besi dan Status Gizi dengan Produktivitas kerja wanita pencetak batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja p=0,017 Hal ini juga tidak sesuai dengan penelitian Azhari 2003 yang berjudul Hubungan Konsumsi Zat Besi Fe dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pencetak Batubata di Desa Ulee Pulo Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Variabel yang diteliti adalah konsumsi zat besi fe. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan konsumsi Zat besi dengan produktivitas tenaga kerja wanita pencetak batu bata p=0,027p=0,05 Zat besi Fe juga memberikan kontribusi terhadap perbaikan produktivitas kerja, selain ketiga unsur gizi, yaitu Karbohidrat, Protein dan Lemak. Hasil penelitian Universitas Sumatera Utara Baliwati et al. 2004 yang diacu dalam Wardani 2008 mengemukakan bahwa produktivitas pekerja yang kekurangan zat besi menurun10-30 dari pada pekerja yang sehat. Dipertegas oleh Husaini 1997 bahwa jumlah zat besi di dalam badan manusia yang mempunyai berat badan 70 kg adalah 3,5 g, 70 di antaranya dalam bentuk haemoglobin. Oleh karena zat besi besar peranannya dalam kegiatan oksidasi menghasilkan energi dan transportasi oksigen, maka tidak diragukan lagi apabila kekurangan zat besi akan terjadi perubahan tingkah laku dan penurunan kemampuan bekerja. Zat besi dalam metabolisme tubuh terutama berperan pada proses penalaran serta daya konsentrasi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Defisiensi zat besi dapat berakibat menurunkan produktivitas dan kapasitas fisik saat bekerja, selain itu juga menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Zat besi adalah mineral penting bagi tubuh. Manfaat zat besi terutama untuk membawa oksigen ke sel-sel darah. Sekitar 23 zat besi dalam tubuh terdapat dalam hemoglobin. Zat besi berfungsi sebagai pembawa oksigen dan berperan dalam mentransfer oksigen antar sel sehingga oksigen dapat didistribusikan ke seluruh tubuh untuk menjamin fungsi-fungsi organ berlangsung dengan semestinya. Zat besi berperan penting dalam membentuk hemoglobin. Zat besi merupakan komponen pembentuk hemoglobin dan memberikan warna merah tua pada sel darah serta membantu membawa oksigen ke sel-sel tubuh. Zat besi merupakan unsur penting bagi kesehatan otot. Zat besi terdapat dalam jaringan otot dan membantu suplai Universitas Sumatera Utara oksigen yang diperlukan untuk kontraksi otot. Pengembangan otak adalah salah satu manfaat zat besi. Karena suplai oksigen ke darah dibantu oleh zat besi dan otak menggunakan sekitar 20 oksigen darah, zat besi secara langsung berkaitan dengan kesehatan otak dan fungsi otak. Zat besi adalah fasilitator bagi pengaturan suhu tubuh. Semakin baik kapasitas serapan tubuh terhadap zat besi, semakin baik tubuh mengendalikan suhu badan. Zat besi berperan penting dalam pembentukan beberapa neurotransmitter esensial seperti dopamine, norepinephrine, dan serotonin. Neurotransmitter adalah bahan kimia yang mengolah dan mengirim pesan ke syaraf. Zat-zat kimia ini berperan penting dalam berbagai aktivitas yang melibatkan fungsi syaraf dan otak. Zat besi berperan penting dalam pembentukan sistem kekebalan tubuh . Kekurangan zat besi menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Zat besi juga berperan dalam metabolisma energi dalam tubuh, dimana energi yang diekstrak dari makanan yang dikonsumsi akan didistribusikan ke seluruh tubuh. Kekurangan asupan zat besi dari makanan dapat menyebabkan anemia kurang darah. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit anemia. Kurangnya mengkonsumsi bahan makanan sumber protein dan sebagian besar mengkonsumsi protein nabati juga mempengaruhi daya serap zat gizi lain dalam tubuh. Sumber protein hewani, selain merupakan sumber zat Fe juga sebagai promotor absorbsi Fe non hem Cook, 1984. Konsumsi protein yang cukup terutama yang berasal dari hewan akan dapat meningkatkan absorbsi dan ketersediaan zat Fe dalam tubuh. Zat Gizi makro juga bisa mempengaruhi seperti konsumsi protein yang Universitas Sumatera Utara rendah terutama yang berasal dari hewani juga dapat menghambat absorbsi Fe Berdaniar, 1998. Konsumsi Fe yang kurang akan mengakibatkan anemia. Fe mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagaian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Walaupun banyak di dalam makanan namun banyak penduduk dunia mengalami kekurangan Fe termasuk di Indonesia. Absorbsi Fe heme tidak banyak dipengaruhi makanan dan sekresi saluran cerna serta oleh status Fe seseorang. Fe heme hanya merupakan bagian kecil dari Fe yang diperoleh dari makanan kurang lebih 5 dari Fe total makanan, terutama di Indonesia, namun yang dapat diabsorbsi mencapai 25 sedangkan non hem hanya 5 Almatsier, 2001. Bentuk senyawa Fe mempengaruhi absorbsi zat Fe, Fe heme yang berasal dari protein hewani lebih baik penyerapannya daripada Fe non hem pada protein nabati. Faktor yang membantu penyerapan Fe terdiri dari asam amino, asam organik seperti Vitamin C yang membantu merubah bentuk feri menjadi fero sehingga mudah diserap. Makanan yang menghambat absorbsi zat Fe seperti kacang-kacangan mengandung asam fitat, tehkopi mengandung tanin, buah-buahan mengandung pektin, bayam mengandung oksalat. Asam fitat yang terdapat pada kedelai oksalat dalam sayuran menurunkan absorbsi zat Fe. Asumsi peneliti berdasarkan teori dan hasil penelitian, bahwasanya konsumsi gizi Fe tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Bahan makanan yang Universitas Sumatera Utara dikonsumsi oleh responden banyak mengandung Fe tetapi responden juga banyak memgkonsumsi bahan makanan yang menghambat absorbsi Fe.

5.7. Hubungan Kadar Hb terhadap Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal