Hubungan Konsumsi Gizi Energi dengan Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal

kadar Hb menurun di bawah batas normal, yang disebut sebagai anemia gizi besi Soekirman, 2000 Asumsi peneliti berdasarkan teori dan hasil penelitian, bahwasanya konsumsi gizi fe mempunyai hubungan yang signifikan dengan kadar Hb. Artinya semakin tinggi asupan zat besi maka kadar Hb akan semakin baik. Kekurangan konsumsi zat besi fe menyebabkan kadar Hb menjadi kurang baik, demikian juga sebaliknya bila tingkat konsumsi zat besi baik menyebabkan kadar Hb juga baik.

5.4. Hubungan Konsumsi Gizi Energi dengan Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal

Hasil penelitian tentang hubungan konsumsi gizi energi dengan produktivitas kerja, ditemukan sebanyak 77,8 produktivitas kerja pekerja wanita baik jika tingkat kecukupan energinya baik dan ada sebanyak 58,3 produktivitas kerja pekerja wanita kurang baik jika tingkat kecukupan energinya kurang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa lebih banyak produktivitas kerja yang baik dengan tingkat kecukupan energi yang baik. Dari hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh p= 0,008 p 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat kecukupan energi dengan produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi. Berdasarkan hasil penelitian didapati, kebiasaan makan pekerja wanita yang mengandung sumber energi adalah : nasi 100 dan singkong beserta hasil olahannya 94,12, lauk sumber nabati yang sering dikonsumsi adalah tempe Universitas Sumatera Utara 94,12, tahu 90,2, ikan teri 90.2, telur 78,43, sayuran sumber kacang- kacangan, untuk makanan selingan saat mencetak yang paling banyak dikonsumsi pada responden yaitu singkong goreng, tempe dan tahu goreng, kue lapis, minum kopi dan teh manis. Asupan makanan sumber energi dalam kehidupan sehari-hari yang dikonsumsi oleh responden sudah mencukupi kebutuhan akan sumber energi pada wanita pekerja informal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Widiastuti 2011, yang meneliti tentang Faktor Determinan Produktivitas Kerja pada Pekerja Wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan produktivitas kerja. r=0,378; p=0,016. Hal ini sesuai juga dengan penelitian lain oleh Kantor Menteri Negara Urusan Wanita 2005 dalam Suci 2011, didapatkan 15 tenaga kerja wanita kekurangan energi dan protein yang menyebabkan tenaga kerja menjadi lambat berfikir, lambat bertindak dan cepat lelah. Seorang pekerja membutuhkan asupan zat gizi yang baik agar dapat menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi, begitu pula pekerja yang mengeluarkan banyak tenaga dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, konsumsi pangan sangat perlu diperhatikan terutama pangan sumber energi yaitu pangan-pangan sumber protein, lemak dan karbohidrat. Energi digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga. Energi dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik Almatsier, 2003. Oleh karena itu, energi Universitas Sumatera Utara atau biasa disebut kalori menjadi sumber tenaga utama bagi pekerja dalam melakukan pekerjaan. Sebagai sumber energi zat gizi bermanfaat untuk menggerakkan tubuh dan proses metabolisme di dalam tubuh. Zat gizi yang tergolong kepada zat yang berfungsi memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Bahan pangan yang berfungsi sebagai sumber energi antara lain : nasi, jagung, talas merupakan sumber karbohidrat; margarine dan mentega merupakan sumber lemak, ikan, daging, telur dan sebagainya merupakan sumber protein. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan, tubuh akan mengalami keseimbangan energi kurang. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya ideal Almatsier, 2002. Untuk kelangsungan hidup, manusia membutuhkan energi agar proses-proses dalam tubuhnya, seperti proses peredaransirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan, fisiologis dan selanjutnya untuk melakukan berbagai kegiatan atau melakukan pekerjaan fisik. Energi dalam tubuh manusia dapat dihasilkan dari pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang beraneka ragam. Manusia yang kurang konsumsi makanan akan lemah dalam berbagai kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikiran karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Jika cadangan energi kurang dalam tubuh, zat gizi yang lain digunakan menjadi energi. Universitas Sumatera Utara Asumsi peneliti berdasarkan teori dan hasil penelitian, bahwasanya konsumsi gizi energi mempengaruhi terhadap produktivitas kerja. Energi dan zat besi merupakan zat gizi yang berkontribusi penting dalam menunjang produktivitas tenaga kerja, yaitu sebagai sumber tenaga utama. Seorang tenaga kerja sangat membutuhkan sumber tenaga untuk melakukan pekerjaannya sebagai peletrek dan sumber tenaga atau energi ini dapat diperoleh dari pangan-pangan sumber protein, lemak dan karbohidrat. Tenaga kerja yang konsumsi energi dan cadangan energinya rendah akan menurunkan semangat kerja yang selanjutnya berpengaruh terhadap hasil kerja atau produktivitas kerja. 5.5. Hubungan Konsumsi Gizi Protein dengan Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal Hasil penelitian tentang variabel konsumsi gizi Protein terhadap produktivitas kerja ditemukan sebanyak 77,1 produktivitas kerja pekerja wanita baik jika tingkat kecukupan protein yang baik dan ada sebanyak 75,0 produktivitas kerja yang kurang baik dengan tingkat kecukupan protein yang kurang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa lebih banyak produktivitas kerja yang baik dengan tingkat kecukupan protein yang baik. Dari hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh p= 0,000 p 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat kecukupan protein dengan produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa kebiasaan makan wanita pekerja yang mengandung sumber protein adalah tempe 94,12, tahu 90,2 ikan teri 90,2, telur 78,43, sayuran sumber kacang–kacangan, yaitu kacang panjang 94,12, kacang hijau 56,86. Asupan makanan sumber protein dalam kehidupan sehari-hari yang dikonsumsi oleh responden sudah mencukupi kebutuhan akan sumber protein pada wanita pekerja informal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purnamasari dan Ulfah 2012 yang meneliti tentang Pengaruh Konsumsi Energi dan Protein terhadap Kelelahan pada Pekerja Wanita di Industri Bulu Mata Palsu PT Hyup Sung Purbalingga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dan protein dalam makanan para pekerja sangat menunjang produktivitas dalam pekerjaannya. Pada penelitian ini sebanyak 50 pekerja mengalami defisit energi. Defisit energi terjadi karena pekerja mengkonsumsi makanan di bawah AKG, yaitu 1800 kkal-2200 kkal usia 14-49 tahun, sedangkan pekerja yang mengalami kekurangan protein sebanyak 48,1 . Pada penelitian ini faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan adalah tingkat konsumsi energi. Pekerja yang mempunyai tingkat energi defisit akan mempunyai probabilitas terjadi kelelahan sebanyak 75,57. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Handayani 2008 dengan judul Hubungan Tingkat Konsumsi dan Penggunaan Cetakan terhadap Produktivitas Kerja yang salah satu dari tujuan penelitiannya menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi, protein dan zat besi dengan produktivitas kerja. Hasil penelitian menunjukkan Universitas Sumatera Utara bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat konsumsi energi dan protein dengan produktivitas kerja. Persentase Tingkat Kecukupan Energi terbesar pekerja berada pada katagori normal yaitu sebesar 40,3. Lebih dari separuh pekerja 53,2 memiliki tingkat konsumsi protein dengan kategori defisit tingkat berat dan hanya 17,8 pekerja yang memiliki Tingkat Kecukupan Protein kategori normal. Menurut Almatsier 2002, sumber protein berasal dari hewani dan nabati, sumber protein nabati adalah tahu, keju, dan kacang-kacangan beserta hasil olahannya antara lain tempe. Pada tempe terdapat dua kelompok vitamin yaitu vitamin larut air vitamin B kompleks dan vitamin larut dalam lemak Vitamin A, D, E, K. Protein berguna untuk pertumbuhan yaitu membangun jaringan-jaringan tubuh dan memperbaiki sel-sel yang rusak, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi. Kekurangan zat gizi, yaitu energi dan protein, dapat menimbulkan rasa lapar dalam jangka waktu tertentu sehingga terjadi penurunan berat badan demikian juga kemampuan produktivitas kerja menurun. Kekurangan ini dapat berlanjut dan mengakibatkan keadaan gizi kurang dan gizi buruk. Bila tidak ada perbaikan konsumsi konsumsi gizi akhirnya akan mudah terserang infeksi penyakit Drajat Martianto, 1992. Kekurangan akan karbohidrat, protein dan zat lemak di dalam tubuh dapat menyebabkan kurangnya energi yang dihasilkan dari pembakaran ketiga unsur tersebut, akibatnya tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai Universitas Sumatera Utara kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian peka berbagai penyakit, kemalasan untuk mencari nafkah, produktivitas kerja sangat lemah, dan lain-lain. Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991. Selain itu, salah satu zat gizi utama yang diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsi tubuh dengan baik adalah Protein. Protein memiliki fungsi yang luar biasa bagi tubuh. Hal ini dikarenakan molekul protein memiliki kandungan oksigen, karbon, nitrogen, hydrogen, dan sulfur. Sebagian protein juga mengandung fosfor. Seluruh kesatuan kompleks inilah yang berfungsi untuk meregenerasi sel dan gen dalam tubuh. Makanan yang mengandung protein merupakan bagian penting untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh mulai dari rambut hingga ujung kaki, kulit, organ dalam tubuh sampai ke tulang dan otot. Protein berfungsi sebagai bahan dasar pembangun tubuh dan regulator gen. Protein juga diperlukan sebagai bahan pembantu dalam memelihara struktur tubuh, mempercepat reaksi kimia dalam tubuh, berfungsi sebagai pembawa pesan kimiawi, melawan infeksi, dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Selain protein amat penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, protein juga turut memelihara serta mengatur proses-proses yang berlangsung dalam tubuh. Hormon yang mengatur proses pencernaan dalam tubuh adalah terdiri dari protein. Mineral dan vitamin yang bergabung dengan protein membentuk enzim yang berperanan besar untuk kelangsungan proses pencernaan dalam tubuh. Demikian juga zat kekebalan tubuh antibodi mengandung protein. Protein juga mengatur tekanan osmosa, pada Universitas Sumatera Utara keseimbangan cairan dan PH asam-basa darah. Protein membantu mengatur keluar masuknya cairan, nutrient zat gizi dan metabolit dari jaringan masuk ke saluran darah. Para peneliti telah menemukan bahwa komposisi protein mengandung unsur karbon, dengan demikian maka jelas protein dapat berfungsi sebagai sumber energi pula. Dalam keadaan tersedianya karbohidrat yang tidak mencukupi maka untuk menyediakan energi, sejumlah karbon yang terkandung dalam protein akan dimanfaatkan seperlunya sehingga berlangsung pembakaran dan sejumlah protein lainnya digunakan memenuhi fungsi yang sebenarnya yaitu untuk pembentukan jaringan. Asumsi peneliti berdasarkan teori dan hasil penelitian, bahwasanya konsumsi gizi, yaitu Protein mempengaruhi terhadap produktivitas kerja. Makanan yang mengandung protein merupakan bagian penting dalam pembentukan hormon dan zat kekebalan tubuh antibodi yang berguna untuk menghindari pekerja dari kurangnya imunitas tubuh seperti sakit, lesu dan lemah sehingga produktivitas kerja meningkat.

5.6. Hubungan Konsumsi Gizi Fe dengan Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal