Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Konsumsi Gizi Pekerja

berkunang-kunang, rasa lesu, gampang lelah, kurang konsentrasi, pusing dan pegal- pegal. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data pekerja paling banyak menyelesaikan peletrekan selama 7 jam. Hasil wawancara metode food recall terhadap 10 orang pekerja wanita tersebut didapatkan hasil asupan energi rata-rata 1169,94 kkal. Hasil food recall tersebut jika dibandingkan dengan kebutuhan energi untuk aktivitas fisik usia dewasa masih tergolong kurang baik, demikian juga dengan asupan protein rata-rata 47,24 gr dan asupan zat besi fe rata-rata 5,22 mg masih tergolong kurang baik dari Angka Kecukupan Gizi usia dewasa. Hasil pemeriksaan Hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin juga didapatkan sebanyak 6 orang 60 kadar Hemoglobin dibawah kadar haemoglobin Hb yang seharusnya 12 gram . Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh konsumsi gizi energi, protein dan fe demikian juga dengan kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: bagaimanakah pengaruh konsumsi gizi dan kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013. Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh konsumsi gizi dan Kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh konsumsi gizi dan Kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Menjadi masukan bagi tenaga kerja wanita informal pada industri rumah tangga dalam upaya meningkatkan status gizi. 2. Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dalam upaya meningkatkan peran petugas dalam memantau status anemia wanita yang bekerja terutama di sektor informal. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsumsi Gizi Pekerja

Gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi tubuh serta menghasilkan tenaga. Sementara itu, gizi kerja didefinisikan sebagai gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan kalorinya sesuai dengan jenis pekerjaannya. Gizi kerja sebagai salah satu aspek penting dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Kekurangan gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja akan membawa akibat buruk bagi mereka seperti pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, badan menjadi kurus, berat badan menurun, wajah pucat, kurang bersemangat, beraksi lamban, dan lain-lain. Dalam keadaan demikian, sulit tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal Wisnoe, 2005. Secara umum, kebutuhan gizi bagi tenaga kerja lebih besar dibandingkan bukan tenaga kerja. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan tenaga kerja sangat tergantung dari jumlah tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan suatu jenis pekerjaa. Jumlah ini tergantung dari jumlah otot-otot yang ikut bekerja dan lamanya otot-otot tersebut harus bekerja Wirakusumah, 1999. Universitas Sumatera Utara Kecukupan zat gizi pekerja terutama dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, kondisi fisiologis, keadaan khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, serta keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya kecukupan zat gizi pekerja. Berikut adalah kecukupan zat gizi per hari pekerja menurut umur dan jenis kelamin. Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa Zat Gizi Laki-laki Perempuan 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun Energi kkal 2550 2350 2250 1900 1800 1750 Protein gram 60 60 60 50 50 50 Vitamin A RE 600 600 600 500 500 500 Vitamin D mg 5 5 10 5 5 10 Vitamin E mg 15 15 15 15 15 15 Vitamin K µg 65 65 65 55 55 55 Tiamin mg 1,2 1,2 1,2 1,0 1,0 1,0 Riboflavin mg 1,3 1,3 1,3 1,1 1,1 1,1 Niasin mg 16 16 16 14 14 14 Asam Folat µg 400 400 400 400 400 400 Piridoksin mg 1,3 1,3 1,7 1,3 1,3 1,5 Vitamin B 12 2,4 µg 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 Vitamin C mg 90 90 90 75 75 75 Kalsium mg 800 800 1000 800 800 1000 Fosfor mg 600 600 600 600 600 600 Magnesium mg 290 300 300 250 270 270 Besi mg 13 13 13 26 26 12 Yodium µg 150 150 150 150 150 150 Seng mg 13,0 13,4 13,4 9,3 9,8 9,8 Selenium µg 30 30 30 30 30 30 Mangan mg 2,3 2,3 2,3 1,8 1,8 1,8 Fluor mg 3,0 3,1 3,1 2,5 2,7 2,7 Sumber : Kepmenkes RI No. 1593MenkesSKXI2005 Universitas Sumatera Utara Tingkat Kecukupan zat gizi pada usia dewasa antara lain :

1 Energi

Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai dengan bertambahnya usia, yang disebabkan oleh menurunnya metabolisme basal dan berkurangnya aktivitas fisik. Usia dewasa muda berkisar 19-49 tahun merupakan usia produktif, banyak kegiatan fisik yang dilakukan sehingga kebutuhan energi kelompok ini lebih tinggi dibandingkan usia 50-64 tahun. AKG energi pada laki-laki adalah 2550 kkal pada usia 19-29 tahun, 2350 kkal pada usia 30-49 tahun dan 2250 kkal pada usia 50- 64 tahun. Pada perempuan angka ini secara berturut-turut adalah 1900 kkal, 1800 kkal, dan 1750 kkal. Kelebihan asupan energi akan menyebabkan kenaikan berat badan. Berat badan perlu dimonitor dengan mengukur Indeks Massa Tubuh IMT untuk mengetahui kesesuaiannya dengan tinggi badan. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, kencing manis, dan batu empedu. Upaya menurunkan berat badan hingga batas normal dapat mengurangi risiko tersebut. Almatsier, 2011.

2 Protein

Kebutuhan protein kelompok usia dewasa terutama digunakan untuk mengganti protein yang hilang sehari-hari melalui urin, kulit, feses, dan rambut, serta untuk mengganti sel-sel yang rusak-pada usia ini seseorang tidak mengalami pertumbuhan lagi. AKG Protein laki-laki usia 19-64 tahun adalah sebanyak 60 ghari, Universitas Sumatera Utara sedangkan untuk perempuan sebesar 50 ghari. Seorang laki-laki dan perempuan dewasa membutuhkan protein kurang lebih 0,8 gkg berat badan normalhari. Kebutuhan protein ibu hamil dan menyusui ditambah 17 ghari untuk kebutuhan janin dan ASI. Konsumsi protein yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kehilangan kalsium melalui urin, sehingga risiko menderita osteoporosis bertambah. Asupan protein lebih dari dua kali jumlah yang dianjurkan dapat meningkatkan kejadian kanker tertentu, penyakit jantung koroner, terutama sebagai akibat tingginya asupan lemak jenuh dan kolesterol yang terdapat pada makanan hewani. Untuk mengurangi asupan lemak jenuh dianjurkan sebagian dari protein berasal dari makanan nabati, yaitu kacang-kacangan, berupa kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe serta kacang merah dan kacang hijau. Almatsier, 2011. 3 Ferrum Besi Angka Kecukupan Besi untuk laki-laki dewasa dan setengah tua adalah 13 mghari, untuk perempuan dewasa muda 26 mghari, dan dewasa setengah tua 12 mghari. Angka Kecukupan Besi perempuan dewasa muda lebih tinggi daripada dewasa setengah tua karena pada usia tua tersebut perempuan kehilangan besi tiap bulan melalui haid. Makanan sumber besi adalah daging merah, hati, kuning telur, sayuran hijau, serta kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe. Almatsier, 2011. Universitas Sumatera Utara Penentuan kecukupan zat gizi seseorang dalam keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur, gender, aktivitas fisik, serta kondisi khusus, yaitu ibu hamil dan menyusui.

1. Energi