Spesimen Darah kapiler atau darah EDTA Cara Kerja 1 Ke dalam tabung reaksi 75 x 10 mm, pipetkan 5 ml pereaksi Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Perhitungan Faktor Pengawasan Mutu Pengaruh Anemia Gizi Besi terhadap Produktivitas Pekerja

dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisa darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma. b. Peralatan dan Pereaksi 1 Mikropipet 20 mikroliter mmk atau pipet Sahli 2 Pipet volumetrik 5 ml 3 Tabung reaksi ukuran 75 x 10mm 4 Spektrofotometerkolorimeter dengan panjang gelombang 540 nm 5 Larutan Drabkin atau modifikasinya diperdagangkan dalam bentuk kit, yang berisi kandungan kalium ferrosianida 200mg, KCN 50 mg, Kalium Hydrogen fosfat 140 mg, detergen 0,5-1 ml, dan aquadest 1000 ml

c. Spesimen Darah kapiler atau darah EDTA

d. Cara Kerja 1 Ke dalam tabung reaksi 75 x 10 mm, pipetkan 5 ml pereaksi

2 Dengan mikropipet tambahkan 20mikroliter mmk darah penderita ke dalam pereaksi tersebut serta hindarilah terjadinya gelembung dan bersihkan bagian mikropipet. 3 Campurkan isinya dan iarkan pada suhu kamar selama 3-5 menit dan serapannya dibaca dalam spektrofotometri pada panjang gelombang 540nm dengan pereaksi sebagai blangko Universitas Sumatera Utara 4 Kadar hemoglobin dapat dibaca pada kurva kalibrasi atau dihitung dengan menggunakan faktor; dimana kadar Hb = serapan x faktor kurva kalibrasi dan faktor telah dipersiapkan sebelumnya.

e. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Perhitungan Faktor

Sebelum fotometer dipergunakan untuk penetapan kadar hemoglobin, harus dikalibrasi dulu, atau dihitung faktornya. Untuk keperluan tersebut dipergunakan larutan standart hemisianida sianmethemoglobin dan pengenceran larutan tersebut dalam pereaksi Drapkin. Kadar Hb dari larutan standart hemisianida dapat dihitung dalam gr100ml atau grdl sebagai berikut: Kadar Hb Larutan Standart = kadar hemisianida X 0,251 mgdL Buatlah pengenceran larutan standar 100, 75, 50, 25, dan 0 sebagai blanko dengan larutan Drapkin. Setelah masing-masing tercampur sempurna biarkan pada suhu kamar 3 menit dan baca serapan pada fotometer dengan 540 nm. Buatlah kurvanya dengan kadar Hb sebagai absisi dan serapan sebagai ordinat, maka hasil percobaan serapan pasien tinggi memplotkan pada kurva tera. Atau menggunakan faktor sebagai berikut: Faktor F = Jumlah Kadar Hb Jumlah serapan

f. Pengawasan Mutu

Hemolisat yang dipergunakan atau dibuat sendiri dengan standar hemosianida, CV optimal = 3 dan CV tidak boleh lebih dari 6. Universitas Sumatera Utara

2.4. Pengaruh Anemia Gizi Besi terhadap Produktivitas Pekerja

Salah satu faktor yang menentukan produktivitas adalah status gizi tenaga pekerja yang baik, yang salah satunya adalah ferum zat besi di dalam tubuh jumlahnya harus mencukupi. Ferum zat besi adalah salah satu unsur untuk pembentukan Hb. Bila defisiensi zat besi ini maka pembentukan Hb akan berkurang yang dapat menyebabkan anemia zat besi. Kadar Hb yang rendah akan mengganggu proses metabolisme dalam tubuh. Untuk mengatasi hal ini dianjurkan untuk memberikan kebutuhan akan ferum secukupnya Nasution, 2004. Hasil penelitian Widiastuti 2011 menunjukkan bahwa kadar Hb merupakan faktor yang paling berhubungan dengan produktivitas tenaga kerja. Selanjutnya, Husaini 1987 juga menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja penderita anemia gizi besi menurun sebesar 20. Demikian juga dengan penelitian Farihah 1999 yang menyatakan bahwa produktivitas pekerja penderita anemia menurun sekitar 24. Pada pekerja, anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit yang pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja. Menurunnya produktivitas kerja pada seseorang yang anemia dapat disebabkan oleh berkurangnya enzim-enzim yang mengandung zat besi yang merupakan kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi, serta menurunnya hemoglobin darah. Akibatnya, metabolisme energi di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah. Hal ini sebagai akibat terjadinya hipoksia yang lebih awal pada pekerja yang mengalami anemia sehingga akan mengganggu produktivitas kerja, karena rasa lelah, letih lesu membuat seseorang malas untuk bekerja. Universitas Sumatera Utara Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi akan meningkatkan kemampuan sistem peredaran darah dan pernafasan untuk mendistribusikan oksigen ke otot-otot yang bekerja sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan tubuh dari efek bekerja. Pekerja yang membutuhkan tenaga besar merasa cepat lelah karena anemia menyebabkan tenaga berkurang. Dengan demikian hasil kerjanya akan rendah sehingga produktivitas kerja menurun. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang baik, cenderung dilakukan oleh individu dengan tidak anemia.

2.5. Produktivitas Kerja