pelatihan dan pengembangan, manajemen kompensasi, manajemen kinerja, manajemen karir, dan fungsi kontrol atasan dan sesama rekan kerja. Faktor ekstrinsik
di luar organisasi antara lain aspek-aspek budaya, kondisi perekonomian makro, kesempatan kerja, dan persaingan kompensasi.
Menegakkan komitmen berarti mengaktualisasikan budaya kerja secara total.
Kalau sebagian dari karyawan ternyata berkomitmen rendah maka berarti ada gangguan terhadap budaya. Karena itu sosialisasi dan internalisasi budaya kerja sejak
karyawan masuk ke perusahaan seharusnya menjadi program utama. Selain itu pengembangan sumberdaya manusia karyawan utamanya yang menyangkut
kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial harus menjadi prioritas disamping ketrampilan teknis. Dukungan fungsi-fungsi manajemen sumberdaya manusia lainnya
tidak boleh diabaikan. Kalau tidak diprogramkan secara terencana, maka pengingkaran pada komitmen sama saja memperlihatkan adanya kekeroposan suatu
organisasi. Penurunan kredibilitas atau kepercayaan terhadap karyawan pada gilirannya akan mengakibatkan hancurnya kredibilitas perusahaan itu sendiri. Dan ini
akan memperkecil derajat loyalitas pelanggan dan mitra bisnis kepada perusahaan tersebut.
2.1.3. Pembentukan Budaya Organisasi
Menurut Robbins 2001 seperti yang dikutip Zebua 2009 dibutuhkan waktu lama untuk pembentukan suatu budaya organisasi. Sekali terbentuk, budaya itu
cenderung berurat berakar, sehingga sukar bagi para manajer untuk mengubahnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Proses Pembetukan Budaya Organisasi
Pada dasarnya untuk membangun budaya organisasi yang kuat memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap. Didalam perjalanannya sebuah organisasi yang
berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Meskipun demikian tahapan-tahapan pembentukan atau pembangunan budaya organisasi itu dapat di identifikasi sebagai
berikut : a.
Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar, nilai-nilai, perspektif, artefak kedalam organisasi dan menanamkannya kepada
karyawan. b.
Budaya muncul ketika para anggota organisasi berinteraksi satu sama lain untuk memecahkan masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah
integrasi internal dan adaptasi internal. c.
Secara perorangan masing-masing anggota organisasi boleh jadi menjadi seseorang pencipta budaya baru culture creator dengan mengembangkan
Kriteria Seleksi
Manajemen Puncak
Sosialisasi Filosofi
Pendiri Budaya
Organisasi
Universitas Sumatera Utara
berbagai cara untuk menyelesaikan persoalan-persoalan individual seperti persoalan identitas diri, kontrol dan pemenuhan kebutuhan serta bagaiman
agar bisa diterima oleh lingkungan organisasi yang diajarkan oleh generasi penerus Sobirin, 2007.
Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa budaya organisasi sangat penting perannya di dalam mendukung terciptanya suatu organisasi yang efektif.
Peran atau fungsi budaya di dalam suatu organisasi adalah : a.
Sebagai tapal batas yang membedakan secara jelas suatu organisasi dengan organisasi yang lain.
b. Memberikan rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Memudahkan penerusan komitmen hingga mencapai batasan yang lebih luas
daripada kepentingan individu. d.
Mendorong stabilitas sistem sosial, merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi.
e. Membentuk rasa dan kendali yang memberikan panduan dan membentuk
sikap serta perilaku karyawan Rivai, 2005.
2.1.4. Nilai-Nilai Budaya Organisasi