Selain itu masih rendahnya disiplin karyawan berkaitan dengan kehadiran perawat dalam menjalankan tugas di rumah sakit.
5.2. Pengaruh Budaya Organisasi Variabel Inisiatif terhadap Kinerja
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. RM. Pratomo Bagansiapiapi Hasil uji statistik analisis multivariat diketahui variabel inisiatif pada budaya
organisasi menunjukkan pengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana dengan nilai p 0.0000,05 dan nilai Beta 0.853.
Sebanyak 54 responden 79.4 dengan inisiatif yang tidak baik kehadiran perawat juga tidak tepat waktu. Dengan p value 0.0000.05 yang menunjukkan ada
hubungan antara variabel inisiatif dengan kehadiran perawat. Kinerja organisasi akan tercapai apabila kinerja individu maupun kinerja kelompok ditingkatkan. Untuk itu
diperlukan inisiatif dari para karyawannya dalam melaksanakan tugas. Variabel inisiatif dari 62 orang dengan kategori tidak baik terdapat sebanyak
56 orang 90.3 dengan kinerja yang tidak baik dan kinerja cukup baik sebanyak 4 orang 6.5 pada tingkatan inisiatif cukup baik. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel inisiatif dengan kinerja perawat pelaksana dimana nilai p 0.000 0.05.
Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap inisiatif
sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini budaya organisasi variabel inisiatif mempunyai pengaruh terhadap kinerja organisasi. Sesuai dengan penelitian Smitarani 2011 tentang
budaya organisasi dengan karakteristik inisiatif individual, toleransi terhadap tindakan berisiko, arah, integrasi, dukungan manajemen serta pola komunikasi
menunjukkan ada pengaruh.
5.3. Pengaruh Budaya Organisasi Variabel Responsif terhadap Kinerja
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. RM. Pratomo Bagansiapiapi Berdasarkan hasil analisis multivariat variabel responsif pada budaya
organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana di RSUD Dr. RM. Pratomo Bagansiapiapi dengan nilai p value 0,0420,05.
Variabel responsif dari 70 orang, responsif dengan kategori tidak baik terdapat sebanyak 57 orang 81.4 dengan kinerja yang tidak baik dan sebanyak 10 orang
14.3 dengan kinerja tidak baik berada pada ketegori respons yang cukup baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel responsif dengan kinerja perawat pelaksana dimana nilai p 0.012 0.05. Untuk variabel responsif sebanyak 58 responden 85.3 dengan responsif
yang tidak baik dan kehadiran perawat juga tidak tepat waktu. Tidak adanya hubungan variabel responsif terhadap variabel kinerja kehadiran perawat ditandai
dengan nilai p value 0.5740.05. Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan
bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit.
Keperawatan adalah ilmu humanistis tentang kepedulian dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, dan caring
terhadap rehabilitasi individu yang sakit atau sehat. Sikap responsif adalah merupakan bagian dari perilaku, dimana perilaku atau
aktivitas individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya tetapi sebagai akibat dari stimulus internal atau eksternal lingkungan. Perilaku peduli merupakan suatu
sikap rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain artinya memberikan perhatian lebih kepada seseorang, perawat aktif bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan,
terampil, responsif dalam rangka peningkatan derajat kesehatan dirumah sakit. Dalam penelitian ini variabel budaya organisasi responsif mempunyai
pengaruh terhadap kinerja perawat. Dengan memiliki sifat responsif maka perawat pelaksana mampu menunjukkan sikap caring kepada pasien.
5.4. Pengaruh Budaya Organisasi Variabel Komunikasi terhadap Kinerja