0.001 Papua dan Kep. Maluku

ketimpangan nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga atau mengindikasi adanya tendensi konvergensi dalam ketiga nilai tersebut kecuali hanya kebijakan pengembangan kelautan yang dilakukan melalui peningkatan ekspor kelautan di NKRI yang memberikan dampak divergen terhadap perekonomian wilayah. Sebaliknya, bila kebijakan tersebut hanya untuk wilayah-wilayah di KBI secara keseluruhan pada umumnya justru akan berdampak terhadap peningkatan koefisien variasi ketimpangan nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga atau mengindikasi adanya tendensi divergen tidak konvergen pada perekonomian dari wilayah-wilayah dalam kawasan tersebut KBI. Namun demikian, bila kebijakan tersebut dikonsentrasikan hanya untuk wilayah di KTI, maka dampak terhadap penurunan koefisien variasi ketimpangan output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga atau terdapat tendensi konvergensi nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga tersebut relatif lebih tinggi pada wilayah-wilayah di KTI dibandingkan dengan di NKRI. Hal ini berarti, bahwa dengan mengkonsentrasikan kegiatan ekonomi melalui peningkatan investasi, ekspor, konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah pada kelautan di wilayah- wilayah dalam KTI memang akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga secara nasional, namun kebijakan ini akan mengurangi persoalan ketimpangan antarwilayah atau dengan kata lain mampu meningkatkan konvergensi ekonomi wilayah dalam perekonomian nasional. 9 IMPLIKASI KEBIJAKAN: SEBUAH SINTESA Pengetahuan tentang kondisi ketimpangan dan kecepatan konvergensi serta penentu pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia adalah penting. Jika kondisi ketimpangan menunjukkan perkembangan yang menurun, atau tingkat kecepatan konvergensi yang meningkat, maka perhatian pemerintah seharusnya dapat lebih ditujukan untuk menjamin bahwa hambatan-hambatan dalam mendorong mobilitas faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi wilayah seperti tingkat investasi modal fisik, tingkat investasi modal manusia dan resultan dari tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat perkembangan teknologi dan penyusutan modal dapat ditekan atau dikurangi. Dengan demikian peran faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut akan cenderung mengurangi ketimpangan dalam pendapatan per kapita wilayah dan mampu meningkatkan tendensi proses konvergensi ekonomi wilayah di Indonesia. Namun jika tendensi proses konvergensi tersebut berlangsung lambat, maka intervensi pemerintah pusat dan daerah secara langsung dibutuhkan untuk menjamin bahwa wilayah-wilayah miskin mendapat manfaat dari pertumbuhan nasional yang tinggi. Tingkat ketimpangan dalam pendapatan per kapita ekonomi wilayah di Indonesia adalah tergolong rendah dan menunjukkan perkembangan yang cenderung menurun. Ketimpangan antar provinsi di Indonesia selama periode 1985-2010 tergolong dalam klasifikasi ketimpangan yang rendah, sebagaimana ditunjukkan dari nilai Indeks Theil berkisar antara 0,0903 hingga 0,1366, atau dengan rata-rata nilai Indeks Theil sebesar 0,11. Ketimpangan tersebut sebagian besar 87,56 bersumber