20.93 Papua dan Kep. Maluku

Dari perspektif sektoral, perbedaaan respons perubahan ekspor terhadap perubahan derajat tendensi konvergensi output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga pada sektor-sektor yang tercakup dalam bidang kelautan tersebut yang berbeda-beda tersebut diduga berkaitan dengan belum meratanya infrastruktur dan kebijakan lainnya kurang kondusif berkaitan dengan kegiatan ekspor komoditas atau produk-produk Indonesia. Sementara untuk sektor-sektor kelautan kebijakan ini dinilai efektif khususnya dalam meningkatkan konvergensi nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga. Pada tingkat sektoral, khususnya sektor-sektor yang tercakup dalam bidang kelautan, dari Tabel 92, Tabel 93, dan Tabel 94 serta Gambar 89 diketahui bahwa akibat perubahan ekspor kelautan tersebut berdampak terhadap tendensi output, nilai tambah dan pendapatan rumahtangga yang semakin konvergen untuk empat sektor, yaitu: sektor-8 bangunan kelautan, sektor-3 pertambangan minyak, gas, dan panas bumi dari laut atau lepas pantai, sektor-2 perikanan budidaya laut dan payau, dan sektor-4 pertambangan bijih timah, bijih pasir besi dan garam kasar dari laut. Sementara untuk delapan sektor lainnya justru mengalami kondisi dampak yang sebaliknya, yaitu tendensi divergensi baik terhadap output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga. -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P e rub a ha n K oe fi si e n V a ri a si Sektor-sektor Kelautan Tendensi Konvergensi Divergensi Output Tendensi Konvergensi Divergensi Nilai Tambah Bruto Tendensi Konvergensi Divergensi Pendapatan Sumber: Disusun berdasarkan Tabel 92, Tabel 93, dan Tabel 95 Gambar 89. Tendensi KonvergensiDivergensi Perekonomian Sektoral Akibat Perubahan Ekspor Kelautan sebesar 100 di Indonesia Keterangan: Perubahan koefisien variasi yang bertanda negatif - menunjukkan kondisi yang semakin timpang dan mengindikasikan terdapat tendensi perubahan semakin konvergen dan sebaliknya tanda positif + semakin kurang timpang dan mengindikasikan terdapat perubahan semakin divergen Dampak Sektoral Akibat Perubahan Konsumsi Rumah Tangga Kelautan Tabel 95 menyajikan dampak sektoral terhadap output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga dalam perekonomian Indonesia nasional akibat adanya peningkatan investasi kelautan sebesar dua-kali lipat 100 dari sebelumnya pada tahun 2005. Hasil simulasi pada Tabel 95 menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi rumah tangga pada sektor-sektor yang tercakup dalam bidang kelautan nasional sebesar 100 akan meningkatkan output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga pada seluruh sektor perekonomian nasional masing-masing sebesar 3,74, 3,94, dan 3,25; pada sektor kelautan masing-masing sebesar 25,77, 22,14, dan 20,64; dan pada sektor non kelautan sektor lainnya masing-masing sebesar 0,77, 1,16, dan 0,81. Berdasarkan hasil simulasi pada Tabel 95 diketahui bahwa lima sektor kelautan yang secara konsisten mempunyai kenaikan nilainya yang tergolong besar baik pada output, nilai tambah bruto, maupun pendapatan rumahtangga sebagai akibat meningkatkan konsumsi rumah tangga pada kelautan nasional sebesar 100, adalah: sektor-6 industri pengolahan hasil perikanan laut dan payau, sektor-5 pengilangan minyak bumi dari laut atau lepas pantai, sektor-1 perikanan tangkap laut, sektor-2 perikanan budidaya laut dan payau, sektor-10 hotel dan restoran di sekitar pantaipesisir. Di samping terdapat tiga sektor lainnya yang juga secara konsisten memiliki kenaikan yang terbesar berikutnya, yaitu: sektor-12 jasa kelautan lainnya, sektor-7 industri alat angkut laut dan sungai, perabaikan dan peralatannya, dan sektor-11 jasa wisata bahari. Lima sektor kelautan yang mempunyai kenaikan output terbesar adalah: sektor- 6 industri pengolahan hasil perikanan laut dan payau, sektor-5 pengilangan minyak bumi dari laut atau lepas pantai, sektor-1 perikanan tangkap laut, sektor-2 perikanan budidaya laut dan payau, dan sektor-10 hotel dan restoran di sekitar pantaipesisir. Di samping terdapat tiga sektor yang mengalami kenaikan output tersebut berikutnya, yaitu: sektor-12 jasa kelautan lainnya, sektor-7 industri alat angkut laut dan sungai, perabaikan dan peralatannya, dan sektor-11 jasa wisata bahari. Kenaikan output terbesar dari lima sektor tersebut masing-masing sebesar 50,75, 39,63, 30,99, 30,56, dan 28,67; dan diikuti oleh tiga sektor berikutnya masing-masing sebesar 29,68, 29,01, dan 16,82. Lima sektor kelautan yang mempunyai kenaikan nilai tambah bruto terbesar adalah: sektor-6 industri pengolahan hasil perikanan laut dan payau, sektor-5 pengilangan minyak bumi dari laut atau lepas pantai, sektor-1 perikanan tangkap laut, sektor-10 hotel dann restoran di sekitar pantaipesisir, dan sektor-12 jasa kelautan lainnya. Selain itu terdapat tiga sektor lainnya yang mengalami kenaikan nilai tambah terbesar berikutnya, yaitu: sektor-2 perikanan budidaya laut dan payau, sektor-7 industri alat angkut laut dan sungai, perabaikan dan peralatannya, dan sektor-11 jasa wisata bahari. Kenaikan nilai tambah bruto terbesar dari lima sektor tersebut masing-masing sebesar 41,37, 38,07, 31,57, 30,18, dan 29,66; dan selanjutnya diikuti tiga sektor berikutnya masing-masing sebesar 29,41, 28,57 dan 18,52.