Sumber: disusun berdasarkan Tabel 106 Gambar 96. Perubahan Nilai Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan
Rumahtangga Sektor Kelautan akibat Perubahan Konsumsi Rumah Tangga pada Kelautan di NKRI Simulasi-1, KBI Simulasi-2, dan
KTI Simulasi-3
Tabel 106. Dampak Spasial Perubahan Konsumsi Rumah Tangga untuk Kelautan terhadap Perekonomian dan Tendensi Konvergensi Ekonomi Wilayah di Indonesia
Nilai Rp. Juta Perubahan
Nilai Rp. Juta Perubahan
Nilai Rp. Juta Perubahan
1. Sumatera 2,691,087,979
2,799,062,203 4.01
1,223,125,927 1,274,992,351
4.24 400,325,206
414,468,703 3.53
2. Jawa 7,377,611,227
7,638,761,809 3.54
3,074,256,816 3,188,726,349
3.72 1,066,527,109
1,099,179,049 3.06
3. Kalimantan 1,095,241,864
1,149,804,191 4.98
484,847,971 511,132,305
5.42 94,049,200
97,926,461 4.12
4. Sulawesi 530,614,803
548,262,305 3.33
239,504,986 247,459,769
3.32 80,740,361
83,571,793 3.51
5. Bali dan Nusteng 356,496,282
366,944,051 2.93
122,868,747 127,223,118
3.54 47,932,431
49,702,200 3.69
6. Papua dan Kep. Maluku 261,943,001
270,272,184 3.18
128,131,992 131,077,623
2.30 42,558,098
43,540,656 2.31
Jumlah Rp. Juta 12,312,995,155
12,773,106,743 3.74
5,272,736,439 5,480,611,515
3.94 1,732,132,404
1,788,388,863 3.25
Koefisien Variasi 1.34
1.33 -0.013
1.31 1.30
-0.007 1.400
1.389 -0.012
Tendensi Konvergensi Konvergen
Konvergen Konvergen
1. Sumatera 2,691,087,979
2,784,256,191 3.46
1,223,125,927 1,268,050,523
3.67 400,325,206
413,272,193 3.23
2. Jawa 7,377,611,227
7,596,671,073 2.97
3,074,256,816 3,169,912,644
3.11 1,066,527,109
1,094,051,431 2.58
3. Kalimantan 1,095,241,864
1,140,149,107 4.10
484,847,971 506,968,192
4.56 94,049,200
97,269,925 3.42
4. Sulawesi 530,614,803
532,814,001 0.41
239,504,986 240,404,290
0.38 80,740,361
81,053,784 0.39
5. Bali dan Nusteng 356,496,282
361,006,789 1.27
122,868,747 124,550,455
1.37 47,932,431
48,161,613 0.48
6. Papua dan Kep. Maluku 261,943,001
262,806,273 0.33
128,131,992 128,514,252
0.30 42,558,098
42,680,891 0.29
Jumlah Rp. Juta 12,312,995,155
12,677,703,433 2.96
5,272,736,439 5,438,400,357
3.14 1,732,132,404
1,776,489,837 2.56
Koefisien Variasi 1.34
1.36 0.014
1.31 1.31
0.001 1.40
1.40 0.002
Tendensi Konvergensi Divergen
Divergen Divergen
1. Sumatera 2,691,087,979
2,704,645,864 0.50
1,223,125,927 1,230,395,252
0.59 400,325,206
402,496,467 0.54
2. Jawa 7,377,611,227
7,403,955,095 0.36
3,074,256,816 3,090,123,139
0.52 1,066,527,109
1,071,043,724 0.42
3. Kalimantan 1,095,241,864
1,101,303,441 0.55
484,847,971 487,620,383
0.57 94,049,200
94,641,498 0.63
4. Sulawesi 530,614,803
545,602,130 2.82
239,504,986 246,371,254
2.87 80,740,361
83,222,817 3.07
5. Bali dan Nusteng 356,496,282
366,135,654 2.70
122,868,747 126,889,379
3.27 47,932,431
49,285,455 2.82
6. Papua dan Kep. Maluku 261,943,001
270,066,101 3.10
128,131,992 130,976,006
2.22 42,558,098
43,505,209 2.23
Jumlah Rp. Juta 12,312,995,155
12,391,708,285 0.64
5,272,736,439 5,312,375,413
0.75 1,732,132,404
1,744,195,169 0.70
Koefisien Variasi 1.34
1.26 -0.083
1.31 1.11
-0.201 1.40
1.27 -0.127
Tendensi Konvergensi Konvergen
Konvergen Konvergen
Output Awal Rp. Juta
Wilayah
III. Akibat Perubahan Konsumsi Rumah Tangga pada Kelautan sebesar 100 di KTI Pendapatan
Awal Rp. Juta
II. Akibat Perubahan Konsumsi Rumah Tangga pada Kelautan sebesar 100 di KBI Dampak terhadap Output
Nilai Tambah Bruto Awal Rp.
Juta Dampak terhadap Nilai
Tambah Bruto Dampak terhadap Pendapatan
I. Akibat Perubahan Konsumsi Rumah Tangga pada Kelautan sebesar 100 di Semua Wilayah
Sumber: Tabel IRIO 2010 diolah Keterangan:
tanda negatif - menunjukkan tendensi perubahan ketimpangan yang semakin konvergen dan sebaliknya tanda positif + semakin divergen
Baik di KBI maupun KTI, keduanya memberikan dampak luberan spill-over effect
terhadap wilayah lainnya dalam peningkatan output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga. Artinya meskipun peningkatan konsumsi rumah tangga
tersebut hanya dilakukan di wilayahnya masing-masing, ternyata masih memberikan peningkatan dalam persentase nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan
rumahtangga bagi wilayah-wilayah lainnya. Hal ini mendorong peningkatan persentase nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga yang relatif
lebih besar di wilayah masing-masing akibat perubahan komsumsi rumah tangga sebesar 100 secara merata pada semua wilayah di NKRI simulasi-1 dibandingkan
dengan hanya mengkonsentrasikannya di wilayah tertentu saja, yaitu di KBI untuk simulasi-2 atau KTI untuk simulasi-3 saja Tabel 106 dan Gambar 96.
Gambar 97. Tendensi Konvergensi Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan Rumahtangga Wilayah-wilayah secara Agregat di NKRI, KBI dan KTI berdasarkan Perubahan
Koefisien Variasi Akibat Perubahan Konsumsi Rumah Tangga pada Kelautan Sumber: disusun berdasarkan Tabel 106
Keterangan: Perubahan koefisien variasi yang bertanda negatif - menunjukkan kondisi yang semakin timpang
dan mengindikasikan terdapat tendensi perubahan semakin konvergen, dan sebaliknya tanda positif + semakin kurang timpang dan mengindikasikan terdapat perubahan semakin divergen.
Selanjutnya, dengan melakukan simulasi-1dan simulasi-3 menunjukkan bahwa akibat perubahan konsumsi pemerintah pada kelautan sebesar 100 baik untuk
seluruh wilayah NKRI dan untuk wilayah-wilayah di KTI berdampak terhadap tendensi konvergensi nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga.
Hal ini diitunjukkan oleh perubahan koefisien variasi output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga yang menurun negatif. Untuk simulasi-1 masing-masing
sebesar -0,013, -0,007, dan -0,012; dan untuk simulasi-3 masing-masing sebesar - 0,083, -0,201, dan -0,127. Sebaliknya pada simulasi-2
yaitu dengan mengkonsentrasikan peningkatan konsumsi pemerintah pada kelautan sebesar 100
hanya untuk wilayah-wilayah di KBI justru berdampak terhadap output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga yang semakin divergen, seperti ditunjukkan oleh
perubahan koefisien variasi masing-masing sebesar 0,014, 0,001, dan 0,002 Tabel 106 dan Gambar 97.
Hal penting lainnya yang menarik dari dampak spasial akibat perubahan konsumsi rumah tangga ini adalah bahwa dampak tendensi konvergensi tersebut
relatif lebih nyata lebih tinggi pada simulasi-3 dibandingkan dengan hasil simulasi- 1 maupun simulasi-2. Hal ini berarti, bahwa dengan mengkonsentrasikan peningkatan
konsumsi rumah tangga pada kelautan pada wilayah-wilayah di KTI akan berdampak terhadap tendensi konevergensi output, nilai tambah bruto dan pendapatan
rumahtangga yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilakukan pada wilayah-wilayah dalam NKRI.
Dampak Spasial Akibat Perubahan Konsumsi Pemerintah pada Kelautan Tabel 107 dan Gambar 98 menunjukkan bahwa hasil simulasi kebijakan yang
dilakukan baik dengan meningkat konsumsi pemerintah pada kelautan sebanyak dua kali meningkatkan sebesar 100 di semua wilayahNKRI simulasi-1,
mengkonsentrasikan peningkatan tersebut hanya di wilayah-wilayah yang tercakup dalam KBI simulasi-2, maupun hanya di wilayah-wilayah yang tercakup dalam KTI
simulasi-3 ternyata berdampak meningkatkan penciptaan output, nilai tambah bruto, dan pendapatan rumahtangga pada wiayah-wilayah tersebut dibandingkan dengan
kondisi sebelum simulasi.
Untuk simulasi-1, peningkatan persentase penciptaan output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga masing-masing sebesar 0,45, 0,49, dan 0,42;
untuk simulasi-2 masing-masing sebesar 0,40, 0,44, dan 0,37; dan untuk simulasi-3 masing-masing sebesar 0,05, 0,06, dan 0,31. Bila dicermati lebih
lanjut, ternyata peningkatan persentase penciptaan nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga
yang dihasilkan dari simulasi-2 dengan mengkonsentrasikan peningkatan konsumsi pemerintah pada kelautan sebesar 100
di wilayah-wilayah yang tercakup KBI yang relatif lebih besar dibandingkan dengan yang dihasilkan dari simulasi-3 dengan mengkonsentrasikan peningkatan konsumsi
pemerintah pada kelautan sebesar 100 di wilayah-wilayah yang tercakup KTI. Namun sebagaimana dampak perubahan komponen permintaan akhir lainnya, akibat
perubahan konsumsi pemerintah di kedua simulasi tersebut KBI dan KTI masih mampu memberikan dampak luberan spill-over effect terhadap wilayah lainnya.
Artinya meskipun peningkatan konsumsi pemerintah tersebut masih memberikan peningkatan dalam persentase nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan
rumahtangga wilayah-wilayah lainnya di luar wilayahnya sendiri inter-wilayah. Hal ini mendorong peningkatan persentase nilai output, nilai tambah bruto dan
pendapatan rumahtangga yang relatif lebih besar di wilayah masing-masing akibat perubahan konsumsi pemerintah tersebut sebesar 100 secara merata pada semua
wilayah di NKRI simulasi-1 dibandingkan dengan hanya mengkonsentrasikannya di wilayah tertentu saja, yaitu di KBI untuk simulasi-2 atau KTI untuk simulasi-3 saja
Tabel 107 dan Gambar 98.
Sumber: disusun berdasarkan Tabel 107 Gambar 98. Perubahan Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan Rumahtangga
Sektor Kelautan akibat Perubahan Konsumsi Pemerintah pada Kelautan di NKRI Simulasi-1, KBI Simulasi-2, dan KTI Simulasi-3