Akibat Perubahan Konsumsi Pemerintah pada Kelautan sebesar 100 di KBI
ketimpangan nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga atau mengindikasi adanya tendensi konvergensi dalam ketiga nilai tersebut kecuali hanya
kebijakan pengembangan kelautan yang dilakukan melalui peningkatan ekspor kelautan di NKRI yang memberikan dampak divergen terhadap perekonomian
wilayah. Sebaliknya, bila kebijakan tersebut hanya untuk wilayah-wilayah di KBI secara keseluruhan pada umumnya justru akan berdampak terhadap peningkatan
koefisien variasi ketimpangan nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga atau mengindikasi adanya tendensi divergen tidak konvergen pada
perekonomian dari wilayah-wilayah dalam kawasan tersebut KBI.
Namun demikian, bila kebijakan tersebut dikonsentrasikan hanya untuk wilayah di KTI, maka dampak terhadap penurunan koefisien variasi ketimpangan output,
nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga atau terdapat tendensi konvergensi nilai output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga tersebut relatif lebih
tinggi pada wilayah-wilayah di KTI dibandingkan dengan di NKRI. Hal ini berarti, bahwa dengan mengkonsentrasikan kegiatan ekonomi melalui peningkatan investasi,
ekspor, konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah pada kelautan di wilayah- wilayah dalam KTI memang akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi output,
nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga secara nasional, namun kebijakan ini akan mengurangi persoalan ketimpangan antarwilayah atau dengan kata lain
mampu meningkatkan konvergensi ekonomi wilayah dalam perekonomian nasional.
9 IMPLIKASI KEBIJAKAN: SEBUAH SINTESA
Pengetahuan tentang kondisi ketimpangan dan kecepatan konvergensi serta penentu pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia adalah penting. Jika kondisi
ketimpangan menunjukkan perkembangan yang menurun, atau tingkat kecepatan konvergensi yang meningkat, maka perhatian pemerintah seharusnya dapat lebih
ditujukan untuk menjamin bahwa hambatan-hambatan dalam mendorong mobilitas faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi wilayah seperti tingkat investasi modal
fisik, tingkat investasi modal manusia dan resultan dari tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat perkembangan teknologi dan penyusutan modal dapat ditekan
atau dikurangi. Dengan demikian peran faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut akan cenderung mengurangi ketimpangan dalam pendapatan per
kapita wilayah dan mampu meningkatkan tendensi proses konvergensi ekonomi wilayah di Indonesia. Namun jika tendensi proses konvergensi tersebut berlangsung
lambat, maka intervensi pemerintah pusat dan daerah secara langsung dibutuhkan untuk menjamin bahwa wilayah-wilayah miskin mendapat manfaat dari pertumbuhan
nasional yang tinggi.
Tingkat ketimpangan dalam pendapatan per kapita ekonomi wilayah di Indonesia adalah tergolong rendah dan menunjukkan perkembangan yang cenderung
menurun. Ketimpangan antar provinsi di Indonesia selama periode 1985-2010 tergolong dalam klasifikasi ketimpangan yang rendah, sebagaimana ditunjukkan dari
nilai Indeks Theil berkisar antara 0,0903 hingga 0,1366, atau dengan rata-rata nilai Indeks Theil sebesar 0,11. Ketimpangan tersebut sebagian besar 87,56 bersumber