-2.52 3.11 Papua dan Kep. Maluku
memperoleh jumlah observasi yang blebih besar, data PDRB sektoral tersebut kemudian diinterpolasi dengan menggunakan pendekatan metode interpolasi linier.
Hasil pendugaan pertumbuhan atau konvergensi ekonomi wilayah di Indonesia dengan memasukkan peubah-peubah pangsa sektor-sektor kelautan selama periode
2005-2010, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 83 diperoleh nilai koefisien determinasi R
2
yang besar yaitu sebesar 0,8133 untuk hasil pendugaan menggunakan pendekatan CEM dan sebesar 0,9148 untuk hasil pendugaan
menggunakan pendekatan FEM. Hal ini berarti bahwa dengan menggunakan kedua pendekatan tersebut diketahui bahwa peubah-peubah bebas model dapat menjelaskan
perubahan peubah terikatnya pertumbuhan ekonomi wilayah masing-masing sebesar 81,33 dan 91,48. Sisanya masing-masing sebesar 18,76 dan 8,52 dijelaskan
oleh peubah-peubah lainnya di luar model. Kemudian berdasarkan uji serempak uji F dari model ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama peubah bebas yang
digunakan dalam model berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia selama periode 2005-2010.
Sebelum dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai hasil pendugaan ini, terlebih dahulu perlu dipilih model mana dari kedua model tersebut common effect
model - CEM atau fixed effect model - FEM yang memberikan hasil terbaik.
Sementara pendugaan random effect model REM tidak dapat diestimasi dilakukan pendugaannya karena dalam hal ini pendugaan REM dihadapkan pada keterbatsan
jumlah cross-section yang tidak dapat memenuhi sejumlah bagian koefisien untuk estimator antara. Untuk itu pemilihan model pendekatan yang terbaik tersebut
digunakan dapat dilakukan dengan menggunakan hasil uji Chow. Uji Chow, yaitu: Ho: model mengikuti pooled, dan Hi: model mengikuti fixed effect. Untuk
pendugaan pertumbuhan ekonomi wilayah atau tendensi proses konvergensi wilayah pulau utama di Indonesia selama periode 2005-2010 diperoleh hasil pengujian dengan
menggunakan Uji Chow ini sebagaimana tertera pada Lampiran 35, diperoleh nilai F-statistik uji sebesar 6,255365 diperoleh nilai probabilitas p-value sebesar 0,0049
yang lebih kecil dari
α = 0,05, sehingga diputuskan Ho ditolak dan disimpulkan untuk menggunakan model FEM karena lebih baik dibandingkan menggunakan model
CEM. Dengan demikian berdasarkan hasil uji Chow diketahui bahwa untuk pendugaan peran sektor-sektor kelautan dalam pertumbuhan ekonomi wilayah atau
tendensi proses konvergensi ekonomi wilayah pulau utama di Indonesia periode 2005-2010 lebih baik digunakan metode fixed effect model FEM.
Berdasarkan hasil pendugaan dengan menggunakan pendekatan FEM diketahui bahwa hampir keseluruhan peubah-peubah pangsa sektor-sektor kelautan
memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia selama periode 2005-2010. Peubah pangsa sektor perikanan tangkap laut
SPDRBTL
it
, pangsa PDRB sektor perikanan budidaya laut dan payau SPDRBBL
it
, pangsa PDRB sektor pertambangan dan penggalian di laut dan lepas pantai
SPDRBTG
it
, pangsa PDRB sektor industri maritim SPDRBIM
it
, pangsa PDRB sektor bangunan kelautan SPDRBBK
it
, pangsa PDRB sektor angkutan air laut dan sungai SPDRBAL
it
, pangsa PDRB sektor wisata bahari SPDRBWB
it
, dan pangsa PDRB sektor jasa kelautan SPDRBJK
it
masing-masing memiliki koefisien parameter sebesar 0,0312, 0,0247, 0,0231, 0,0490, 0,0340, 0,0326, 0,0829, dan
0,0263. Hal ini berarti bahwa ceteris paribus, jika masing-masing pangsa PDRB sektor-sektor tersebut meningkat sebesar sebesar 1 maka pertumbuhan ekonomi
wilayah pulau utama di Indonesia akan berubah meningkat masing-masing sebesar 0,03, 0,02, 0,02, 0,05, 0,03, 0,03, 0,03, dan 0,08.
Namun demikian, berdasarkan hasil uji individu uji t, tidak semua peubah pangsa PDRB sektor-sektor kelautan tersebut berpengaruh nyata secara statistik. Dari
delapan peubah pangsa PDRB sektor-sektor kelautan tersebut, hanya enam peubah yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia selama
periode 2005-2010. Keenam peubah tersebut adalah peubah pangsa PDRB sektor angkutan air laut dan sungai, pangsa PDRB sektor industri maritim, dan pangsa
PDRB sektor perikanan tangkap laut berpengaruh nyata taraf
α = 5 nyata pada selang kepercayaan 95, kemudian pangsa PDRB sektor bangunan kelautan, pangsa
PDRB sektor pertambangan dan penggalian, dan pangsa PDRB sektor wisata bahari berpengaruh nyata taraf
α = 10 nyata pada selang kepercayaan 90. Selanjutnya berdasarkan hasil pendugaan dengan menggunakan pendekatan
FEM, Tabel 83 diketahui bahwa hasil pendugaan peran kelautan dalam tendensi proses konvergensi kondisonal ekonomi wilayah pulau utama di Indonesia selama
periode 2005-2010, yang dalam hal ini dilakukan dengan memasukkan peubah- peubah pangsa PDRB sektor-sektor kelautan, di samping peubah-peubah makro
ekonomi wilayah yang lainnya. Hasil pendugaan tersebut, memberikan tanda sign koefisien parameter peubah pendapatan per kapita awal
β
1
yang negatif dan nyata pada taraf
α =0,01. Dengan demikian berdasarkan hasil pendugaan menggunakan CEM dan FEM, disimpulkan bahwa telah terjadi tendensi proses konvergensi
kondisional ekonomi wilayah provinsi dan pulau utama Indonesia selama periode 2005-2010.
Kedua hasil pendugaan menggunakan metode CEM dan FEM tersebut memperlihatkan kecepatan proses konvergensi yang berbeda. Dengan menggunakan
pendekatan CEM, pendugaan peran sektor-sektor kelautan dalam tendensi proses konvergensi kondisional ekonomi wilayah pulau utama selama periode 2005-2010
dengan memasukkan peubah-peubah pangsa PDRB sektoral dari sektor-sektor yang tercakup dalam bidang kelautan dalam persamaan yang diduga berlangsung dengan
kecepatan berkisar sebesar 0,03-0,05 per tahun, dan menghasilkan angka half-life berkisar selama 12,98-24,31 tahun. Sementara dengan menggunakan pendekatan
model FEM diperoleh kecepatan tendensi proses konvergensi ekonomi wilayah pulau utama selama periode 2005-2010 sebesar 0,02-0,04 per tahun, dan menghasilkan
angka half-life berkisar selama 17,67-28,51 tahun.
Untuk menduga peran pangsa PDRB sektor-sektor kelautan dalam kecepatan proses kovergensi ekonomi, baik antar wilayah pulau utama di Indonesia periode
2005-2010 dilakukan berdasarkan hasil uji Wald. Dengan melakukan Uji Wald, analisis ini dapat mengetahui seberapa-besar peran masing-masing sektor kelautan
atau secara bersama agregat dalam kecepatan proses konvergensi ekonomi wilayah tersebut.
Tabel 83. Hasil Pendugaan Peran Sektor-sektor Kelautan dalam Pertumbuhan dan Konvergensi Ekonomi Wilayah Pulau Utama di Indonesia, 2005-2010
Peubah CEM
FEM Koefisien
Nilai Prob.
Koefisien Nilai
Prob. -
Konstanta 0.2603
0,0730 1,3931
0,0168 -
Pendapatan per Kapita Awal Ln PDRBK
it-1
-0,0516 0,0384
-0,0385 0,0480
- Investasi Modal Fisik Ln PMTDB
it
0,0609 0,1135
0,0401 0,0539
- Investasi Modal Manusia Ln HUCAP
it
0,0041 0,8648
0,0539 0,2835
- Resultante Pertumbuhan Penduduk + Pertumbuhan Teknologi+ Penyusutan
Modal n+g+d
it
-0,0267 0,2568
-0,0325 0,0885
- Pangsa PDRB Sektor Perikanan Tangkap
Laut SPDRBTL
it
0,0141 0,7236
0,0312 0,0504
- Pangsa PDRB Sektor Perikanan Budidaya
Laut dan Payau SPDRBBL
it
0,0166 0,6146
0,0247 0,1419
- Pangsa PDRB Sektor Pertambangan dan
Penggalian di laut atau Lepas Pantai SPDRBTG
it
0,0164 0,1904
0,0231 0,0649
- Pangsa PDRB Sektor Industri Maritim
SPDRBIM
it
0,0433 0,0197
0,0490 0,0491
- Pangsa PDRB Sektor Bangunan Kelautan
SPDRBBK
it
0,0197 0,0273
0,0340 0,0612
- Pangsa PDRB Sektor Angkutan Air Laut
dan Sungai SPDRBAL
it
0,0260 0,0839
0,0326 0,0306
- Pangsa PDRB Sektor Wisata Bahari
SPDRBWB
it
0,0181 0,0499
0,0829 0,0953
- Pangsa PDRB Sektor Jasa Kelautan Lainnya
SPDRBJK
it
0,0031 0,9202
0,0263 0,4773
Cross Effect:
- Sumatera_Cross
- Jawa_Cross
- Kalimantan_Cross
- Sulawesi_Cross
- Bali-Nusteng_Cross
- Papua_Kep.Maluku_Cross
0,2479 0,2268
-0,2708 0,2502
-0,2370 -0,2172
R
2
0,8133 0,9478
R
2
-adjust 0,6816
0,8738 F-statistik
6,1736 12,8100
ProbF-stat. 0,0004
0,0000 DW
1,8544 1,9612
Kecepatan Konvergensi,
bsm
0,03 0,04
Half-life, t tahun
24,31 18,02
Kecepatan Konvergensi,
rmr
0,05 0,04
Half-life, t tahun
12,98 17,67
Uji Chow: Ho diterima pada taraf α = 0,05 CEM lebih baik dibanding FEM
Uji Housemen: Ho ditolak pada taraf α = 0,05 FEM lebih baik dibanding REM
Sumber: Hasil pengolahan data Lampiran 33dan Lampiran 34 Keterangan:
bsm
kecepatan konvergensi terimplikasi transfer teknologi Barro dan Sala-i-Martin,1992
rmr
kecepatan konvergensi terimplikasi pendapatan Romer, 2006
Dalam proses penghitungannya, Uji Wald ini diterapkan untuk menguji berbagai restriksi dalam persamaan regresi sebagaimana yang digunakan dalam
pendugaan konvergensi ekonomi wilayah di atas yang dilakukan dalam dua langkah uji, yaitu:
1 Melakukan uji koefisien regresi untuk melihat apakah faktor-faktor pangsa
PDRB sektoral dari sektor-sektor kelautan adalah nyata dalam model. Dalam hal ini menguji hipotesis: Ho:
β
5
, β
6
, β
7, …
β
12
= 0; dan Hi: β
5
, β
6
, β
7, …
β
12
≠ 0. 3 Melakukan uji perbedaan antara koefisien konvergensi
β
1
dari model lengkap dengan koefisien konvergensi
β
1
dari model yang tidak melibatkan faktor- faktor pangsa PDRB sektoral dari sektor-sektor kelautan tersebut peubah
SPDRBTL
it
,, SPDRBBL
it
, SPDRBTG
it
, SPDRBIM
it
, SPDRBBK
it
, SPDRBAL
it
, SPDRBWB
it
, dan SPDRBJK
it
,. Jika hasil uji ini memberikan keputusan bahwa nilai koefisien konvergensi tersebut berbeda secara nyata, disimpulkan bahwa
kontribusi faktor penjelas pangsa PDRB sektor-sektor kelautan tersebut adalah nyata terhadap kecepatan konvergensi ekonomi antar wilayah pulau utama di
Indonesia.
Hasil Uji Wald untuk langkah pertama dan langkah kedua tersebut masing- masing tersaji pada Tabel 84 dan Tabel 85.
Tabel 84. Hasil Uji Wald Signifikansi Perbedaan Koefisien Peubah-Peubah Pangsa Sektor-sektor Kelautan dalam Persamaan Konvergensi Ekonomi antar
Wilayah Pulau Utama di Indonesia, 2005-2010
Statistik Uji Nilai
Derajat Bebas Probabilitas
F-statitsik 8,661020
8, 12 0,0006
Chi-Square 69,28816
8 0,0000
Ikhtisar Hipotesis Nol Ho:
Restriksi dinormalisasi = 0 Nilai
Simpangan Baku
C5 atau SPDRBTL
it
-0,032527 0,023330
C6 atau SPDRBBL
it
0,031159 0,045283
C7 atau SPDRBTG
it
-0,024728 0,029090
C8 atau SPDRBIM
it
0,023076 0,019556
C9 atau SPDRBBK
it
-0,048796 0,022295
C10 atau SPDRBAL
it
-0,033592 0,006243
C11 atau SPDRBWB
it
0,032620 0,013314
C12 atau SPDRBJK
it
0,082932 0,045795
Sumber: hasil pengolahan data Lampiran 36 Keterangan:
Restriksi diasumsikan linier di dalam koefisien uji Wald mengikuti hasil pendugaan metode FEM
Tabel 84 memperlihatkan hasil Uji Wald untuk menguji signifikansi koefisien parameter dari peubah-peubah pangsa sektor-sektor kelautan SPDRBTL
it
,,
SPDRBBL
it
, SPDRBTG
it
, SPDRBIM
it
, SPDRBBK
it
, SPDRBAL
it
, SPDRBWB
it
, dan SPDRBJK
it
, sebagai restriksi yang harus diuji dalam model. Berdasarkan hasil uji Wald tahap pertama ini Tabel 84, diputuskan untuk menolak Ho pada taraf
α =0,01 atau dengan tingkat keyakinan 99, disimpukan bahwa koefisien peubah-peubah
pangsa PDRB sektor-sektor kelautan tersebut sebagai restriksi dalam persamaan regresi adalah berpengaruh nyata dalam model. Dengan demikian, jika peubah-
peubah tersebut dikeluarkan dari persamaan konvergensi ekonomi wilayah provinsi dan pulau utama akan mempengaruhi kecepatan konvergensi ekonomi masing-
masing wilayah tersebut.
Selanjutnya hasil Uji Wald untuk menguji perbedaan koefisien konvergensi antara model lengkap dengan Peubah-Peubah Pangsa Sektor-sektor Kelautan dan
Model Tidak Lengkap tanpa Peubah-Peubah Pangsa Sektor-sektor Kelautan tersaji pada Tabel 85.
Tabel 85. Uji Wald Perbedaan Koefisien Konvergensi antara Model Persamaan dengan dan tanpa Peubah-Peubah Pangsa Sektor-sektor Kelautan pada
Wilayah Pulau Utama di Indonesia, 2005-2010
Statistik Uji Nilai
Derajat Bebas Probabilitas
F-statitsik 10,11027
1, 12 0,0079
Chi-Square 10,11027
1 0,0015
Ikhtisar Hipotesis Nol Ho: Restriksi dinormalisasi = 0
Nilai Simpangan Baku
0,2174476+C1 1,710559
0,53796 Sumber: hasil pengolahan data Lampiran 38
Keterangan: Restriksi diasumsikan linier di dalam koefisien uji Wald mengikuti hasil pendugaan metode FEM
C1 = kofisien parameter peubah pendapatan per kapita awal PDRBK
it-1
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 85 diputuskan untuk menolak Ho dengan taraf
α =0,01 untuk setiap peubah yang diuji, sehingga disimpukan pada tingkat keyakinan 99 terdapat perbedaan yang nyata dalam kecepatan proses
konvergensi antara model lengkap dengan Peubah-Peubah Pangsa Sektor-sektor Kelautan dengan model tidak lengkap tanpa Peubah-Peubah Pangsa Sektor-sektor
Kelautan untuk persamaan konvergensi ekonomi antar pulau utama di Indonesia periode 2005-2010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peubah-peubah
pangsa PDRB sektor-sektor kelautan masing-masing berpengaruh nyata terhadap tingkat kecepatan proses konvergensi ekonomi antar wilayah pulau utama di
Indonesia selama periode 2005-2010.
Hasil perbandingan selengkapnya antara model konvergensi lengkap dengan memasukkan peubah-peubah pangsa PDRB sektor-sektor kelautan dengan model
konvergensi tidak lengkap tanpa peubah-peubah pangsa PDRB sektor-sektor kelautan dapat dilihat pada Tabel 86. Berdasarkan perbandingan hasil uji
konvergensi antara kedua model tersebut, diketahui bahwa dengan mengeluarkan peubah-peubah pangsa PDRB sektor-sektor kelautan antar wilayah pulau utama di
Indonesia selama periode 2005-2010 menunjukkan perbedaan kecepatan tendensi proses konvergensi antara kedua model tersebut, dimana dengan tidak memasukkan
peubah-peubah pangsa sektor-sektor kelautan SPDRBTL
it
,, SPDRBBL
it
, SPDRBTG
it
, SPDRBIM
it
, SPDRBBK
it
, SPDRBAL
it
, SPDRBWB
it
, dan SPDRBJK
it
, akan menyebabkan kecepatan tendensi proses konvergensi ekonomi wilayah pulau utama
di Indonesia selama periode 2005-2010 berlangsung relatif lebih cepat, yaitu berkisar sebesar 0,02 tahun; dengan half-life yang lebih singkat berkisar selama -13,50
hingga -14,85 tahun.
Tabel 86. Perbandingan Hasil Uji Konvergensi Ekonomi antar Wilayah Pulau Utama di Indonesia Periode 2005-2010 antara Persamaan Konvergensi dengan dan
tanpa memasukkan Peubah-peubah pangsa Sektor-sektor Kelautan
Kriteria Perbandingan Model Tidak
Lengkap Model Lengkap
Perbedaan
Koefisien Konvergensi β
1
-0,0215 -0,0032
R
2
0,7489 0,9478
R
2
-adjust 0,6390
0,8738 -
Kecepatan Konvergensi,
per tahun 0,02
0,04 0,02
- Half-life, t tahun
31,52 18,02
-13,50 -
Kecepatan Konvergensi,
rmr
per tahun 0,02
0,04 0,02
- Half-life tahun
31,52 17,67
-14,85
Sumber: hasil pengolahan data Keterangan:
model persamaan regresi dengan memasukkan peubah-peubah pangsa sektor-sektor kelautan model persamaan regresi tanpa memasukkan peubah-peubah pangsa sektor-sektor kelautan
8 DAMPAK SEKTORAL DAN SPASIAL KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KELAUTAN TERHADAP PEREKONOMIAN DAN TENDENSI
KONVERGENSI EKONOMI WILAYAH DI INDONESIA
Berdasarkan struktur sektoral dan spasial dari perekonomian wilayah di Indonesia sebagaimana yang ditunjukikan dari model Interregional Input-Output
IRIO satelit kelautan Indonesia tahun 2010 updating, dilakukan dua kelompok simulasi kebijakan untuk menguji dampak pengembangan kelautan terhadap
perekonomian dan konvergensi ekonomi sektoral dan spasial. Simulasi kebijakan pertama berkaitan dengan kebijakan sektoral kelautan pada tingkat nasional, yaitu
dengan melipat-duakan komponen permintaan akhir investasi, ekspor, konsumsi
rumah tangga dan konsumsi pemerintah dan menghitung dampaknya secara sektoral terhadap perekonomian output, nilai tambah bruto dan pendapatan dan tendensi
konvergensi ekonomi wilayah di Indonesia. Simulasi kebijakan yang kedua berkaitan dengan kebijakan spasial yang ditujukan untuk membandingkan dampak terhadap
perekonomian output, nilai tambah dan pendapatan rumahtangga dan tendensi ekonomi wilayah antara akibat mengkonsentrasikan kegiatan ekonomi kelautan di
wilayah-wilayah dalam Kawasan Barat Indonesia KBI dengan di wilayah-wilayah yang termasuk dalam Kawasan Timur Indonesia KTI. Disamping itu, simulasi
kebijakan spasial ini juga dilakukan dengan membandingkan keduanya simulasi pada wilayah-wilayah di KBI dan KTI dengan hasil simulasi meratakan kegiatan
ekonomi kelautan dengan meningkatkan di semua wilayah Indonesia NKRI, baik untuk perekonomian output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga dan
tendensi konvergensi ekonomi wilayah di Indonesia.
Analisis Dampak Sektoral Pengembangan Kelautan
Simulasi dampak sektoral dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mensimulasikan dampak terhadap perekonomian nasional akibat kebijakan
pengembangan kelautan yang dilakukan melalui peningkatan komponen permintaan akhir sektor-sektor kelautan, dalam hal ini terdiri dari investasi, ekspor dan konsumsi
rumah tangga pada kegiatan ekonomi kelautan sebesar dua-kali lipat meningkat sebesar 100 dari sebelumnya di semua wilayah.
Dampak Sektoral Akibat Perubahan Investasi Kelautan
Tabel 87 menyajikan dampak sektoral terhadap output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga akibat adanya peningkatan investasi kelautan sebesar dua-
kali lipat 100 dari sebelumnya pada tahun 2005. Hasil simulasi pada Tabel 87 menunjukkan bahwa peningkatan investasi sektor-sektor yang tercakup dalam bidang
kelautan sebesar 100 akan meningkatkan output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga pada seluruh sektor perekonomian nasional masing-masing sebesar
2,40, 2,71, dan 2,34; dan pada sektor kelautan masing-masing sebesar 15,40, 13,46, dan 14,27.
Lima sektor kelautan yang mempunyai kenaikan output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga terbesar akibat meningkatkan investasi kelautan nasional
sebesar 100, --berdasarkan hasil simulasi pada Tabel 87--, adalah: sektor-6 industri pengolahan hasil perikanan laut dan payau, sektor-7 industri alat angkutan laut dan
sungai, perbaikan dan peralatannya, sektor-12 jasa kelautan lainnya, sektor-5 pengilangan minyak bumi dari laut atau lepas pantai, dan sektor-11 wisata bahari.
Di samping itu, terdapat tiga sektor berikutnya yang mengalami kenaikan output cukup besar, yaitu: sektor-10 hotel dan restoran di sekitar pantaipesisir, sektor-1
perikanan tangkap laut, dan sektor-2 perikanan budidaya perikanan laut dan payau. Kenaikan output terbesar pada lima sektor tersebut masing-masing sebesar 47,45,
34,66, 24,97, 21,03, dan 11,86; dan diikuti oleh tiga sektor berikutnya masing-masing sebesar 6,74, 7,73, dan 7,74. Kenaikan nilai tambah bruto
terbesar pada lima sektor terbesar masing-masing sebesar 54,91, 34,54, 23,46, 21,54, dan 9,37; dan selanjutnya diikuti oleh tiga sektor berikutnya masing-
masing sebesar 6,87, 6,76, 6,75. Kemudian kenaikan pendapatan rumahtangga terbesar pada lima sektor tersebut masing-masing sebesar 57,94, 34,68, 26,80,
21,20, dan 9,36; di samping diikuti oleh tiga sektor berikutnya masing-masing sebesar, 7,78, 7,58, dan 7,56.
Secara sektoral, perubahan investasi kelautan sebesar 100 pada perekonomian nasional semua wilayah memberikan dampak terhadap tendensi perubahan
koefisien variasi atau tendensi konvergensi dari output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga kelautan yang semakin konvergen untuk sektor-sektor yang
tercakup dalam bidang kelautan agregat. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan koefisien variasi output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga untuk
sektor-sektor yang tercakup dalam bidang kelautan secara agregat, yaitu masing- masing sebesar -0,08, -0,13 dan -0,25 Tabel 88, Tabel 89, dan Tabel 90.
Perubahan koefisien variasi yang bertanda negatif - dari setiap output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga untuk keseluruhan sektor, sektor-sektor
kelautan dan sektor-sektor non kelautan. Semakin negatif perubahan koefisien variasi tersebut berarti semakin timpang, yang berarti bahwa semakin konvergen output, nilai
tambah bruto dan pendapatan rumahtangga dari sektor-sektor tersebut setelah perubahan investasi kelautan sebesar 100 untuk semua wilayah di Indonesia.
Sebaliknya bila perubahan koefisien variasi tersebut bertanda positif + berarti bahwa setelah perubahan investasi kelautan sebesar 100 untuk semua wilayah di
Indonesia, maka output, nilai tambah bruto dan pendapatan rumahtangga dari sektor- sektor tersebut memiliki tendensi yang semakin divergen.
Bila diamati berdasarkan perubahan koefisien variasi ketimpangan tersebut, terlihat bahwa akibat perubahan investasi kelautan berdampak terhadap derajat
tendensi konvergensi pada sektor-sektor yang tercakup dalam bidang kelautan secara agregat yang lebih besar pada perubahan pendapatan rumahtangga dibandingka nilai
tambah bruto dan output. Hal ini menunjukkan bahwa respons investasi kelautan terhadap perubahan pendapatan rumahtangga lebih besar dibandingkan yang terjadi
terhadap nilai tambah bruto dan output yang dihasilkan dari sektor-sektor kelautan secara agregat.
Tabel 87. Dampak Sektoral Akibat Perubahan Investasi Bidang Kelautan sebesar 100 terhadap Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan rumahtangga Perekonomian Wilayah di Indonesia
Nilai Rp. Juta Perubahan
Nilai Rp. Juta Perubahan Nilai Rp.
Juta Perubahan
Sektor-1 77,971,621
83,765,910
7.43
51,726,556 55,224,873
6.76
16,575,703 17,829,482
7.56
Sektor-2 39,774,754
42,849,077
7.73
26,876,168 28,689,816
6.75
8,802,453 9,469,772
7.58
Sektor-3 254,027,353
257,748,863 1.47
220,939,592 224,256,770
1.50 69,102,815
69,661,410 0.81
Sektor-4 48,097,577
48,582,627 1.01
28,202,937 28,492,574
1.03 8,319,474
8,406,264 1.04
Sektor-5 400,547,874
500,584,209 24.97
138,210,654 170,637,971