Sulawesi Tenggara Tendensi konvergensi ekonomi wilayah dan peran kelautan dalam perekonomian Indonesia
wiliyah di Kawasan Timur Indonesia lainnya Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya Papua sebesar 5.
Bila diamati berdasarkan kecenderungan ketimpangan yang terjadi di antara pulau utama di Indonesia tersebut, mengindikasikan adanya kecenderungan bahwa
tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang telah dicapai selama ini lebih didominasi oleh peranan peningkatan sektor-sektor ekonomi yang terdapat di wilayah KBI,
khususnya Pulau Jawa dan Pulau Sumatera dibandingkan dengan wilayah-wilayah atau pulau-pulau utama lainnya di KTI. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Lutfhi
1995, dengan menggunakan data selama sebelas tahun pengamatan 1983-1993 ditunjukkan terdapat ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara wilayah-wilayah di
KBI dan KTI dimana pertumbuhan ekonomi wilayah di KBI jauh lebih pesat dibanding KTI.
Dominasi peran Pulau Jawa dan Pulau Sumatera sebagai representasi dari KBI menunjukkan kecenderungan yang terus berlangsung, sedangkan wilayah-wilayah
atau pulau-pulau utama lainnya terutama di KTI relatif stagnan Tabel 3. Apabila dilihat dalam konteks ketimpangan, maka tidak ada perkembangan berarti selama 20
tahun 1975-1995 dalam pangsa relatif PDRB regional KBI terhadap PDB total yang tetap dominan sebesar 80 dibanding PDRB regional KTI hanya berperan 20
Hadi, 2001. Dominasi ekonomi provinsi-provinsi ataupun puau-pulau utama dalam wilayah KBI terutama Jawa dan Sumatera yang semakin besar dalam pangsa relatif
terhadap PDB juga dikuatkan oleh hasil penelitian lainnya, seperti yang dilakukan oleh Garcia dan Soelistiningsih 1998 dengan menggunakan periode yang hampir
sama 1975-1995, yang menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi antar wilayah di KTI jauh tertinggal dibanding KBI.
Masalah mendasar yang masih berpotensi membayangi Indonesia dalam pembangunan ekonomi pada masa mendatang adalah ketimpangan ekonomi wilayah,
termasuk antar kawasan KBI dan KTI, terlebih lagi bila hal ini dikaitkan dengan peran kebijakan pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Hadi
2001, diketahui bahwa fenomena ketimpangan disparitas ekonomi wilayah di Indonesia tidak terlepas dari peran kebijakan pemerintah. Sebagai contoh, kebijakan
industrialisasi yang pernah diterapkan pemerintah untuk meningkatkan produksi non migas khusus yang berorientasi ekspor ternyata tidak didukung oleh pengusaan
teknologi dan dukungan bahan baku domestik khususnya dari sektor primer, tetapi lebih bersifat industrialisasi substitusi impor yang banyak berorientasi ke pasar
domestik inward looking pilicy yang tidak secara konsisten kepada kebijakan yang berorientasi ekspor outward looking pilicy.
Selanjutnya menurut Hadi 2001, dilihat dari lokasi produksi maka sektor industri yang berorientasi ke pasar domestik terpusat di Kawasan Barat Indonesia
KBI, khususnya di Pulau Jawa, sedangkan sektor primer selain sub sektor tanaman pangan, banyak terdapat di luar Jawa, khususnya di Kawasan Timur Indonesia KTI,
yaitu kehutanan, perikanan dan pertambangan. Hal ini juga berdampak kepada perbedaan kemajuan pembangunan infrastruktur di kedua kawasan tersebut.
Wilayah KBI yang mempunyai pasar domestik yang besar dan merupakan lokasi pusat perdagangan dan pemerintahan, mendapat keuntungan dalam kemajuan