BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Gender dan Jenis Kelamin
Pada umumnya, masyarakat menganggap bahwa gender merupakan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan sebagai refleksi dari perbedaan
jenis kelamin, bahkan pada masyarakat tertentu, gender dianggap sebagai kodrat Tuhan. Pengertian seperti ini sangat keliru, namun telah berkembang dan
mengakar dalam budaya masyarakat. Konsep gender berbeda dengan jenis kelamin.
Secara struktur biologis atau jenis kelamin, manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan yang masing-masing memiliki alat dan fungsi biologis yang
melekat serta tidak dapat dipertukarkan. Fakih 1999 dalam Qoriah 2008 mendefinisikan jenis kelamin sebagai pensifatan atau pembagian dua jenis
kelamin yang ditentukan secara biologis yang melekat secara permanen pada diri seseorang yang tidak dapat dipertukarkan. Begitu pula yang dikemukakan oleh
Mosse 1993 bahwa jenis kelamin biologis merupakan pemberian, kita dilahirkan sebagai seorang laki-laki atau perempuan. Pendapat ini diperkuat dengan
pernyataan Handayani 2008 bahwa laki-laki tidak dapat menstruasi, tidak dapat hamil, karena tidak memiliki organ reproduksi, sedangkan perempuan tidak
bersuara berat, tidak berkumis, karena keduanya memiliki hormon yang berbeda. Mosse 1993 menjelaskan bahwa jalan yang menjadikan kita maskulin
atau feminin adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis oleh kultur kita. Sejak kita sebagai bayi mungil hingga mencapai usia tua,
kita mempelajari dan mempraktikkan cara-cara khusus yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi kita untuk menjadi laki-laki dan perempuan. Hal inilah yang
disebut dengan gender. Istilah gender merupakan penafsiran yang melekat pada laki-laki dan
perempuan sebagai hasil dari proses pembentukan struktur sosial dan kultural Hadiprakoso, 2005. Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat Fakih 1999
dalam Qoriah 2008 yakni gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum
laki-laki dan perempuan yang dikontruksikan secara sosial maupun kultural. Begitu pula yang dikemukakan oleh Mugniesyah 2002 bahwa konsep gender
adalah perbedaan sifat laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan oleh sistem nilai budaya dan struktur sosial. Bentukan sosial atas laki-laki dan perempuan itu
antara lain: perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan, sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan
perkasa. Sifat-sifat di atas dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu ke waktu. Holzner 1997 dalam Saptari 1997 menyatakan bahwa ideologi gender
ialah segala aturan, nilai-nilai stereotipe yang mengatur hubungan antara wanita dan pria, melalui pembentukan identitas feminin dan maskulin. Maskulin adalah
sifat-sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi pria, sedangkan feminin merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang dipercaya
dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi wanita. Feminitas dan maskulinitas berkaitan dengan stereotipe peran gender. Lebih lanjut Mosse 1996 menjelaskan
bahwa peran gender dapat berubah seiring waktu dan berbeda antara satu kultur dengan kultur lainnya. Peran juga dipengaruhi oleh kelas sosial, usia, dan latar
belakang etnis. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, tetapi
dibedakan atau dipilah-pilah menurut kedudukan, fungsi, dan peranan masing- masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan Handayani, 2008.
2.1.2. Bentuk-Bentuk Ketidakadilan