KSM dan Pengembalian Pinjaman

Tabel 13. mengenai perguliran dana pinjaman Program PNPM-P2KP di Desa Srogol, memperlihatkan bahwa dana pinjaman yang diberikan pemerintah kepada desa tersebut selama dua periode terbilang cukup besar yakni Rp 150 juta. Pada periode pertama, bidang ekonomi mendapat pinjaman dana sebesar Rp 58 juta yang dibagi menjadi dua tahap yakni tahap pertama di bulan November 2008 sebesar Rp 34 juta dan tahap kedua di bulan April 2009 sebesar Rp 24 juta. Pembagian dana pinjaman ke dalam dua tahap ini bertujuan untuk melihat sejauhmana kemampuan masyarakat dalam mengembalikan pinjaman. Terbukti pada periode I tahap pertama ada tunggakan sebesar Rp 350.000,- dan terlunasi pada tahap kedua. Periode II mulai berjalan pada bulan September 2009 dengan menggunakan dana bergulir yang telah terlunasi pada periode I yakni sebesar Rp 58 juta. Ternyata respon masyarakat cukup baik dalam mengembalikan pinjaman, terlihat di bulan September 2009, pengembalian pinjaman tidak ada tunggakan. Tingkat kelancaran pengembalian pinjaman yang tinggi membuat pemerintah kembali memberikan dana pinjaman sebesar Rp 34 juta di bulan April 2010, sehingga total dana pinjaman untuk periode II adalah sebesar Rp 92 juta. Saat ini pinjaman periode II tahap kedua bulan Maret 2010 sedang berjalan, sehingga belum dapat dilihat sejauhmana tingkat pengembalian pinjaman di desa tersebut.

6.1.2. KSM dan Pengembalian Pinjaman

Keberhasilan Program PNPM-P2KP di Desa Srogol tidak hanya dilihat dari tingkat kelancaran pengembalian pinjaman, tetapi juga perkembangan KSM. Pada bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa jumlah KSM di tahun 2008 hanya 12 KSM yang tersebar di lima RW. Pembentukan 12 KSM tersebut dilakukan oleh BKM dan UPK dengan harapan dapat menjadi KSM pioneer yang berhasil. Sayangnya, sampai tahap kedua, yakni bulan April 2009, hanya 10 KSM yang bertahan atau dapat mengembalikan pinjaman dengan lancar. Ketertarikan masyarakat terhadap program mulai terlihat di bulan Januari 2009 ditandai dengan munculnya KSM-KSM baru yang dibentuk sendiri oleh masyarakat. KSM-KSM baru tersebut telah mengajukan diri kepada UPK untuk mendapatkan dana pinjaman. Dikarenakan belum memasuki tahap kedua pencairan dana pinjaman, KMS-KSM baru tersebut dimasukkan ke dalam daftar tunggu. Seperti yang dituturkan oleh UPK sebagai berikut: “Awal pinjaman hanya 12 KSM. Semuanya kita yang bentuk, setiap RW ada satu sanpai dua KSM. Yang paling berhasil hanya dua KSM. Tahap dua di bulan April berkurang jadi 10 KSM, karena dua KSM macet. 10 KSM yang lama ditambah KSM baru. Kan Desember Januari banyak tuh yang berminat, tapi masuk ke daftar tunggu dulu. Baru di bulan April kita kasih mereka pinjaman. Sampai sekarang, 12 KSM yang paling awal, berkurang lagi jadi 8 KSM, itu juga kebanyakan di RW 03.” Perkembangan KSM yang cukup pesat ini menggambarkan besarnya animo masyarakat terhadap program. Kemacetan pengembalian pinjaman yang dialami oleh beberapa KSM pioneer bukanlah penghalang masyarakat untuk ikut mendapatkan pinjaman. Sampai periode II tahap kedua atau April 2010, jumlah KSM di Desa Srogol adalah 39 KSM. Data lengkap mengenai jumlah KSM di Desa Srogol dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 14. Jenis dan Jumlah KSM Desa Srogol, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 2010 No. Jenis KSM Jumlah buah Persen 1. Laki-Laki 11 28,2 2. Perempuan 18 46,2 3. Campuran 10 25,6 Total 39 100 Sumber: UPK PNPM-P2KP, 2010 Berdasarkan Tabel 14. tentang jenis dan jumlah KSM di Desa Srogol tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah KSM perempuan lebih banyak 46,2 persen dibanding dengan KSM laki-laki 28,2 persen. Hal ini menggambarkan bahwa perempuan lebih membutuhkan pinjaman daripada laki-laki. Seperti yang dituturkan UPK sebagai berikut: “Kita sengaja memperbanyak perempuan dalam KSM agar perempuan itu bisa bantu suami menambah pendapatan. Tapi tetap perempuan dari golongan Pra Sejahtera yang sudah punya usaha. Biasanya sih mereka punya warung kecil.” Penuturan UPK ini didukung oleh Bapak Mn, koordinator BKM yaitu: “Awalnya program pinjaman bergulir ini memang untuk perempuan dari keluarga miskin dengan tujuan dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Tapi seiring berjalannya program, ternyata banyak juga warga laki-laki yang berminat.” Sesuai dengan tujuan program dalam Pedoman Umum Program PNPM- P2KP, sasaran program adalah warga miskin atau pra sejahtera. Pelaksanaan program di Desa Srogol telah memenuhi persyaratan Program PNPM-P2KP yakni hanya warga miskin yang mendapat bantuan pinjaman dana. Data selengkapnya mengenai jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat kekayaan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15. Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Responden Berdasarkan Tingkat Kekayaan di Desa Srogol, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 2010 No. Tingkat Kekayaan Jumlah orang Persen 1. Pra sejahtera 28 58.3 2. Sejahtera 20 41.7 Total 48 100 Sumber: Data Primer, 2010 Tabel 15. menunjukkan bahwa perbandingan antara responden yang tergolong pra sejahtera 58,3 persen dengan responden yang tergolong sejahtera 41,7 persen hampir sama besar. Hal ini menunjukkan terjadi ketidtingkat aksesuaian dalam sasaran program. Menurut Pedoman Umum PNPM-P2KP, program tersebut ditujukan pada warga miskin atau pra sejahtera, namun penerima pinjaman di Desa Srogol hampir separuhnya adalah warga golongan sejahtera. Menurut pengakuan UPK, banyaknya warga golongan sejahtera yang menerima pinjaman dana adalah warga yang dulunya miskin, kemudian memiliki usaha dan usaha tersebut telah berkembang. Sedangkan warga pra sejahtera, umumnya tidak memiliki usaha atau usaha tersebut tidak berkembang. Salah satu persyaratan yang diajukan oleh BKM dan UPK pada masyarakat yang ingin mendapatkan pinjaman adalah harus memiliki usaha. Persyaratan ini pula tidak sesuai dengan Pedoman Umum Program PNPM-P2KP yang hanya mensyaratkan penerima program adalah warga miskin. Berikut adalah Tabel 16. yang menunjukkan sebaran responden berdasarkan usaha yang dimiliki. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usaha Yang Dimiliki di Desa Srogol, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 2010 No. Usaha Jumlah Persen 1. Tidak Memiliki 9 18,8 2. Memiliki 39 81,2 Total 48 100 Sumber: Data Primer, 2010 Persyaratan yang diajukan oleh BKM dan UPK yakni memiliki usaha agaknya memang dipenuhi oleh anggota KSM. Sebanyak 81,2 persen responden memiliki usaha sedangkan 18,8 persen tidak memiliki usaha. Responden yang tidak memiliki usaha, umumnya adalah ibu rumah tangga. Berikut ini adalah gambar-gambar usaha yang dimiliki oleh responden. Gambar 5. Jenis Usaha Warung yang Dimiliki Oleh Anggota KSM, 2010 Gambar 6. Jenis Usaha Jahit yang Dimiliki Oleh Anggota KSM, 2010 Dengan mengikuti Program PNPM-P2KP dan mendapatkan pinjaman, diharapkan masyarakat miskin mampu mengembangkan usaha yang dimilikinya agar menjadi lebih maju. Hal ini dikarenakan pinjaman dana tersebut dapat digunakan untuk menambah modal usaha. Data selengkapnya mengenai sebaran responden berdasarkan perkembangan usaha dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perkembangan Usaha Desa Srogol, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 2010 No. Perkembangan Usaha Jumlah Persen 1. Tidak Punya Usaha 9 18,8 2. Tidak Berkembang 12 25,0 3. Usaha Berkembang 27 56,2 Total 48 100 Sumber: Data Primer, 2010 Tabel 17. Memperlihatkan bahwa sebanyak 56,2 persen responden memiliki usaha yang berkembang sebagai dampak dari mengikuti program. Sedangkan 25 persen responden mengaku bahwa usahanya tidak berkembang bahkan bangkrut. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Lh pedagang kredit, sebagai berikut: “Wah usaha ibu mah sekarang sudah bangkrut neng. Ngga berkembang, banyak yang ngutang. Uang segitu mah mana cukup buat modal lagi, pan cuma Rp 500.000. Lamun dulu mah ibu masih berani ngredit sampai kampung sebelah, gara-gara banyak yang ngutang, ngga muter lagi ‘nyak duitnya, ya sudah ibu ngredit di sekitar sini saja. Ya modalnya dari duit PNPM itu.” Besar pinjaman yang diberikan UPK kepada anggota KSM berkisar antara Rp 500.000,- hingga Rp 1.000.000,-. Pada periode I setiap anggota KSM mendapat pinjaman sebesar Rp 500.000,-. Tingkat kelancaran pengembalian pinjaman pada periode I, membuat BKM dan UPK sepakat menaikkan nominal dana pinjaman. Bagi KSM yang seluruh anggotanya lancar, maka diberi pinjaman sebesar Rp 1.000.000,-. KSM yang telah mendapatkan pinjaman Rp 1.000.000,- berada di RW 03. Data selengkapnya mengenai sebaran responden berdasarkan besar pinjaman tersaji dalam tabel berikut. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarakan Besarnya Pinjaman Desa Srogol, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 2010 No. Besarnya Pinjaman Jumlah orang Persen 1. Kecil 45 93,8 2. Besar 3 6,2 Total 48 100 Sumber: Data Primer, 2010 Data di dalam Tabel 18. menunjukkan bahwa hanya 6,2 persen responden yang sudah mendapat pinjaman dengan nominal lebih besar, sedangkan 93,8 persen respoden masih mendapat pinjaman sebesar Rp 500.000,-. Hal ini dibenarkan oleh Ibu Wt, pedagang gado-gado salah seorang responden sebagai berikut: “Ibu masih diberi pinjaman Rp 500.000,-. Yah memang itu kecil atuh neng, ngga cukup kalau buat bikin usaha. Uang itu juga ibu pakai buat nambah modal, tapi ya kadang masih ngga cukup.” Sedangkan Ibu Ms, pedagang warung kelontong, yang telah mendapatkan pinjaman Rp 1.000.000,- menuturkan sebagai berikut: “Alhamdulillah neng, ibu sudah dapat pinjaman Rp 1.000.000,-. Itu karena teman-teman satu kelompok pada lancar semua. Ngga ada yang macet.” Program pinjaman dana bergulir dari PNPM-P2KP pada awalnya memang ditujukan bagi warga miskin, namun dalam pelaksanaan program di Desa Srogol, program tersebut lebih ditujukan pada perempuan. Pemilihan perempuan sebagai penerima pinjaman memiliki tujuan yaitu agar perempuan dapat membantu suaminya dalam meningkatkan pendapatan keluarga sehingga tercapainya suatu keadaan sejahtera. Berdasarkan tujuan tersebut, maka perlu dilihat pula tingkat tingkat akses perempuan dalam program selain pengembalian pinjaman yang menjadi kunci keberhasilan program di Desa Srogol. Akses perempuan dalam pelaksanaan Program PNPM-P2KP dilihat dari sejauhmana perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam program mulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan program. Pada tahap perencanaan program yaitu pembentukan BKM, peran perempuan tidak terlihat. Sedangkan pada tahap pelaksanaan program yaitu mendapatkan pinjaman dana, mayoritas perempuan memiliki tingkat akses yang tinggi terhadap program. Data selengkapnya mengenai jumlah responden berdasarkan tingkat akses terhadap program dapat dilihat di Tabel 19. Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Akses Terhadap Program di Desa Srogol, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 2010 No. Tingkat Akses Jumlah Persen 1. Rendah 7 14,6 2. Tinggi 41 85,4 Total 48 100 Sumber: Data Primer, 2010 Tabel 19. tentang akses terhadap pinjaman, menunjukkan bahwa akses perempuan terhadap program cukup tinggi yaitu sebesar 85,4 persen. Angka ini menggambarkan bahwa program telah memberikan kesempatan yang besar kepada perempuan untuk meminjam dana bergulir. Sama halnya dengan pengembalian pinjaman yang dinilai paling lancar di Kecamatan Cigombong, terbukti memang pengembalian pinjaman di desa ini lancar. Berikut merupakan data sebaran responden berdasarkan lancarnya pengembalian pinjaman. Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Pinjaman Desa Srogol, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 2010 No. Tingkat Pengembalian Pinjaman Jumlah Persen 1. Macet 10 20,8 2. Tidak Macet 38 79,2 Total 48 100 Sumber: Data Primer, 2010 Dari Tabel 20. di atas, diketahui bahwa 79,2 persen respoden berhasil mengembalikan pinjaman dengan lancar. Angka ini juga membuktikan pernyataan BKM dan UPK desa setempat yang menyatakan bahwa Desa Srogol memiliki tingkat pengembalian pinjama terlancar di Kecamatan Cigombong. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Program PNPM-P2KP di Desa Srogol cukup berhasil, dilihat dari tingginya akses perempuan terhadap program serta tingginya tingkat pengembalian pinjaman.

6.1.3. Analisis Keberhasilan Program PNPM-P2KP Berdasarkan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

2 64 128

Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

2 51 132

Analisis Gender Dalam Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) (Kajian Program Beras Seha! di Desa Ciburuy, Kecall1atall Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 7 237

Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 11 194

Kelembagan Berkelanjutan dalam Pertanian Organik (Studi Kasus Komunitas Petani Padi Sawah, Kampung Ciburuy,Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

6 103 177

Partisipasi masyarakat miskin terhadap penanggulangan kemiskinan dalam program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM-M) perkotaan di Desa Cadasngampar, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

0 5 120

Optimalisasi fungsi pekarangan melalui program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 2 12