5.2. Pelaksanaan Program PNPM-P2KP di Desa Srogol
5.2.1. Pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat BKM dan Unit Pelasana UP di Desa Srogol
Pada bulan Juli tahun 2007, Desa Srogol mendapat tawaran dari pemerintah untuk menjadi wilayah sasaran Program P2KP. Hal ini berkaitan
dengan keberhasilan program tersebut dalam mengurangi tingkat kemiskinan di perkotaan sehingga pemerintah berencana untuk mengembangkan program
tersebut ke wilayah kabupaten. Program P2KP masuk ke Desa Srogol diawali dengan adanya penyuluhan dari sukarelawan Program P2KP pusat kepada
masyarakat yang dilaksanakan pada bulan Juli 2007. Dari penyuluhan tersebut didapatkan keputusan bahwa masyarakat Desa Srogol menerima Program P2KP.
Program P2KP merupakan program pengentasan kemiskinan yang berbeda dengan program-program lain, karena Program P2KP lebih mengedepankan pada
pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, program tersebut harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi oleh masyarakat sendiri. Artinya tidak ada campur
tangan pemerintah dalam program, kecuali dalam pencairan dana pinjaman. Pelaksanaan Program P2KP di Desa Srogol terdiri dari beberapa tahap yakni
sosialisasi program, pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat BKM, serta pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat KSM.
Sosialisasi Program PNPM-P2KP dilaksanakan oleh sukarelawan PNPM- P2KP Pusat dibantu oleh pemerintah atas desa. Sosialisasi tahap awal diadakan di
Balaidesa dengan mengundang ketua RW, ketua RT, pengurus PKK, dan Karang Taruna. Dalam sosialisasi tahap awal, diharapkan ketua RW dan ketua RT dapat
menyampaikan informasi mengenai Program PNPM-P2KP kepada warganya masing-masing. Kemudian di dalam tahap awal tersebut juga diinformasikan
bahwa perlu dibentuk sebuah lembaga khusus untuk menangani permasalahan kemiskinan, yakni Badan Keswadayaan Masyarakat BKM dan Kelompok
Swadaya Masyarakat KSM. BKM dapat berupa lembaga lokal yang telah lama terbentuk, seperti LKMD, atau sebuah lembaga yang dibentuk baru. Desa Srogol
memilih untuk membuat BKM baru. KSM merupakan sebuah kelompok sasaran yang menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan dana pinjaman.
Sosialisasi tahap kedua dilaksanakan di masing-masing RW di Desa Srogol yang dipimpin oleh sukarelawan PNPM-P2KP Pusat dan diwakili oleh
pejabat desa. Pada tahap kedua, kegiatan sosialisasi mengundang seluruh warga, baik laki-laki maupun perempuan. Faktanya, kehadiran perempuan saat itu sangat
minim, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Lh, pedagang kredit, sebagai berikut:
“Waktu itu teh ada acara penyuluhan P2KP. Karena bapak waktu itu masih ketua RW, ya ibu ikut diundang. Ibu dateng neng ke acara itu, tapi
ibu-ibu lainnya mah sedikit. Padahal udah diumumin di pengajian ge, kalau ada acara penyuluhan.”
Kemudian tidak sedikit perempuan yang merasa tidak perlu ikut kegiatan sosialisasi tersebut. Seperti yang dituturkan oleh ibu Sr, pedagang makanan kecil,
berikut:
“Dulu pernah ada acara-acara penyuluhan gitu, tentang program pinjaman uang kan yah? Tapi ibu mah ngga hadir, biar bapak aja yang
hadir. Itu kan kewajiban laki-laki atuh neng, ikut acara-acara begituan mah. Ibu mah di rumah aja ngurus anak.”
Kehadiran perempuan yang minim dalam kegiatan sosialisasi tahap kedua di masing-masing RW menjadikan banyak perempuan tidak begitu paham
mengenai program P2KP. Pengambilan keputusan di tingkat RW dan RT pun lebih didominasi oleh laki-laki. Padahal Program PNPM-P2KP merupakan
program yang telah berwawasan gender, sehingga perempuan juga memiliki andil dan peranan yang setara dengan laki-laki dalam menentukan keberhasilan
program. Pada sosialisasi tahap kedua tersebut disampaikan kembali kepada
masyarakat mengenai pembentukan BKM. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk memilih sendiri orang yang dianggap memiliki komitmen tinggi dalam
upaya pengentasan kemiskinan. Dalam tahap ini disampaikan pula mengenai tata cara pembentukan KSM dan cara mendapatkan pinjaman.
Pembentukan BKM diawali pada tingkat RT yakni masing-masing warga dalam satu RT memilih tiga orang perwakilan, baik laki-laki dan perempuan,
yang dapat dipercaya dan diakui komitmennya terhadap program. Pelaksanaan pemilihan perwakilan dilakukan seperti Pemilu, namun tidak ada calon dalam
pemilihan tersebut. Bapan Sk, ketua RW 04 menuturkan sebagai berikut:
“Pada waktu itu, masing-masing warga di tingkat RT memilih tiga orang untuk perwakilan. Bebas dek, siapa saja boleh dicalonkan. Boleh
mencalonkan diri sendiri. Tapi ya diharapkan yang orangnya bersih, jujur dan mau diajak repot.”
Nama-nama yang dicalonkan oleh seluruh warga kemudian diseleksi oleh ketua RT. Dari beragam nama yang dicalonkan, maka dipilih tiga orang yang
namanya paling sering muncul. Jumlah perwakilan RT untuk pembentukan BKM tahun 2008 adalah 51 orang yang terdiri dari laki-laki maupun perempuan.
Seluruh perwakilan RT yang berjumlah 51 orang tersebut kemudian dibawa ke tingkat desa untuk memilih 13 orang anggota BKM Desa Srogol. Pelaksanaan
pemilihan untuk anggota BKM serupa dengan pemilihan sebelumnya, yakni masing-masing orang bebas memilih siapapun dari 51 perwakilan yang hadir
untuk dicalonkan menjadi anggota BKM. Masing-masing orang memilih 5 orang dari 51 orang. Dari pemilihan tersebut didapat 13 orang yang akan menjadi
anggota BKM. Setelah pembentukan BKM, maka anggota BKM melakukan rapat untuk
menentukan ketua BKM dan Unit Pengelola UP yang terdiri atas Unit Pengelola Lingkungan UPL, Unit Pengelola Sosial UPS, serta Unit Pengelola Ekonomi
UPK. Semenjak awal kemunculannya, yakni pada tahun 1997, P2KP merupakan program pengentasan kemiskinan yang memberikan pinjaman dana kepada
masyarakat miskin untuk menjalankan usahanya, sehingga pada saat itu hanya ada UPK saja. Pada tahun 2007 pemerintah mulai mengembangkan unit sasaran
kegiatan P2KP menjadi lingkungan dan sosial, sehingga dibentuklah UPL dan UPS.
Dalam pelaksanaan BKM di Desa Srogol, agak berbeda dengan BKM di daerah lain, yakni tidak adanya ketua BKM. Hal ini disebabkan oleh setiap
anggota BKM memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam lembaga ini. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa BKM merupakan majelis
pertimbangan yang khusus menangani permasalahan kemiskinan, sehingga tidak ada jabatan apapun sesama anggota. Akan tetapi, dalam sebuah lembaga atau
organisasi, penting adanya seorang pemimpin yang akan mengarahkan para anggotanya dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu anggota BKM sepakat untuk
tetap memilih pemimpin dalam lembaga ini. Seperti yang dututurkan oleh Bapak Mn sebagai berikut:
“Di dalam BKM tidak ada ketua. Semua anggota BKM memiliki hak yang sama. Cuma yang namanya organisasi pasti harus ada yang
mimpin kan, biar jalannya organisasi terarah. Jadi anggota BKM sepakat agar ada satu orang koordinator. Saya sendiri ngga mau dek
disebut ketua, kesannya kok terlalu birokrasi yah? Lebih enak disebut koordinator.”
Diperkuat oleh pernyataan Bapak Nm, anggota BKM lainnya, berikut:
“Kami memang sengaja memilih Bapak Mn, karena kami menganggap bahwa beliaulah yang paling pantas memimpin BKM ini dek. Beliau juga
dulu pernah menjadi dosen, jadi mungkin lebih tahu tentang peraturan- peraturan dibanding kami.”
Pemilihan koordinator dilakukan dengan cara musyawarah yakni masing- masing anggota BKM memilih orang yang pantas untuk menjadi koordinator.
Sehingga pada tahun 2008 dipilihlah Bapak Mn sebagai koordinator BKM Desa Srogol. Tahap selanjutnya adalah anggota BKM memilih UPL, UPS, dan UPK.
Unit pelaksana UP merupakan orang-orang yang memiliki kompetensi tertentu dalam bidang lingkungan, sosial, dan ekonomi. UP berasal dari warga desa yang
dipilih oleh anggota BKM. Pada tahun 2008 terpilih tiga orang untuk menjadi UP yakni Bapak Sk sebagai UPL, Ibu Sh sebagai UPS, dan Ibu Ns sebagai UPK.
Masing-masing UP membantu warga untuk membuat Kelompok Swadaya Masyarakat KSM sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Pada tahun 2008, pemerintah mengganti P2KP menjadi PNPM-P2KP, namun tata cara pelaksanaan program tidak banyak berubah. Berikut ini
merupakan bagan yang menggambarkan tata cara pencairan dana pinjaman yang berlaku di Desa Srogol.
Gambar 2. Bagan Pencairan Dana PNPM-P2KP Desa Srogol, 2008
Sumber: BKM Desa Srogol, 2008
Relawan PNPM- P2KP Pusat
BKM Perencanaan Jangka
Panjang PJM Refleksi Kemiskinan
Pemetaan Swadaya mendata warga
miskin
KSM Unit Pelaksana UP:
UPL, UPS, UPK
Pencairan Dana Pinjaman
Pengajuan Proposal Pinjaman
Masyarakat Desa
Srogol
Di Desa Srogol tidak terjadi pergantian Unit Pelaksana seperti BKM yang telah mengalami pergantian hingga dua kali. Jumlah anggota BKM selama dua
periode adalah tetap 13 orang. Penggantian anggota BKM didasarkan pada ketidakaktifan anggota tersebut. Periode kedua yakni tahun 2009, ada empat orang
yang mengganti anggota BKM sebelumnya. Bapak Mn, koordinator BKM, menuturkan:
“Untuk tahun 2009 kita mengganti empat orang anggota BKM dengan orang lain. Karena pada kenyataannya empat orang itu kurang aktif di
BKM. Memang sih dek, disini kan atas dasar kerelaan, tidak ada gaji, jadi ya bagi yang motivasinya cari untung pasti tidak bertahan lama.”
Berbeda dengan BKM yang mengalami pergantian anggota, UP Desa Srogol baik UPL, UPS maupun UPK tidak mengalami penggantian anggota. Hal
ini dikarenakan BKM menganggap kinerja para UP sangat bagus sehingga tidak perlu diganti. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Nm, anggota BKM, sebagai
berikut:
“Kami sengaja memilih UP sesuai dengan kompetensinya. Misalnya untuk UPL, kan Pak Sk yang mengelola, karena Pak Sk itu ahli
bangunan. Jadi beliau tahu tentang harga material, pasir yang bagus, biar jalan dan jembatan di desa juga tahan lama. Trus juga UPS, Ibu Sh
ini. Beliau termasuk orang yang punya jiwa sosial tinggi, kebetulan Ibu Sh juga punya keahlian menjahit, jadi UPS Desa Srogol itu berupa
kursus sewing.”
Begitu juga dengan yang diungkapkan oleh Ibu Ns, UPK Desa Srogol, berikut:
“Awalnya teh saya ditawari oleh kakak saya, katanya BKM lagi nyari orang yang bisa komputer untuk bikin data warga miskin. Karena saya
bisa, saya langsung ditawari sama Pak Mn untuk jadi UPK. Sejak itulah saya jadi UPK sampai sekarang,”
UPL bertugas untuk memperbaiki jalan-jalan desa, saluran irigasi, jembatan, dan drainase desa. Menurut Bapak Sh, saat ini hampir 85 persen jalan-
jalan desa tidak ada yang jalan tanah, semua sudah jalan aspal dan jalan semen. Berikut merupakan gambar hasil kerja KSM Lingkungan yang dibina oleh UPL
yang terdapat di setiap RTRW di Desa Srogol.
Gambar 3. Pembangunan Drainase di RW 04, Desa Srogol, 2008
Telah dikemukakan oleh Bapak Nm sebelumnya bahwa UPS Desa Srogol berpusat pada kursus jahit atau oleh masyarakat desa disebut Kursus Sewing.
Kursus Sewing berhasil menarik pemuda-pemudi desa untuk mengikuti kursus tersebut. Banyaknya lulusan yang dihasilkan dari kursus sewing ini membuat
Desa Srogol menjadi salah satu penyuplai tenaga kerja untuk pabrik garmen yang letaknya tidak jauh dari desa. Berikut ini merupakan gambar lokasi kursus sewing
yang dikelola oleh UPS.
Gambar 4. Kursus Sewing di Desa Srogol, 2010
Sedangkan untuk UPK masih berupa pemberian pinjaman dana kepada warga miskin untuk menjalankan usahanya. Pengembalian pinjaman di Desa
Srogol terbilang paling lancar jika dibandingkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Cigombong.
5.2.2. Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat KSM Ekonomi Desa Srogol