5 2.
Berapa kerugian ekonomi produksi kelapa sawit akibat konversi lahan perkebunan kelapa sawit menjadi pertambangan di Desa Daya Murni?
3. Bagaimana willingness to pay WTP perbaikan kualitas lingkungan pasca
tambang bagi masyarakat PETI di Desa Daya Murni?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah ingin mengetahui kerugian yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan. Sehingga, untuk menjawab tujuan umum
tersebut dilakukan melalui tujuan khusus yang dibuat dalam tujuan penelitian
untuk menjawab pertanyaan penelitian yang meliputi:
1. Mengidentifikasi persepsi Multi Stakeholder terkait kegiatan PETI di Desa
Daya Murni 2.
Mengestimasi kerugian ekonomi produksi kelapa sawit akibat konversi lahan perkebunan kelapa sawit menjadi pertambangan di Desa Daya Murni
3. Menganalisis willingness to pay WTP perbaikan kualitas lingkungan pasca
tambang bagi masyarakat PETI di Desa Daya Murni
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 wilayah penelitian dibatasi di Desa Daya Murni, 2 responden dalam penelitian ini adalah multi
stakeholder, masyarakat penambang di lokasi pertambangan di Desa Daya Murni, dan pemilik perkebunan kelapa sawit yang di konversi menjadi petambangan di
Desa Daya Murni.
6
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menurut Fauzi 2006, sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek
yaitu aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya
dan bagaimana teknologi digunakan. Sumber daya dapat dikatakan juga sebagai suatu komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang
bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasilkan seperti ikan, kayu, air bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai ekonominya karena
diasumsikan bahwa pasar itu eksis market based, sehingga transaksi barang dan jasa tersebut dapat dilakukan.
Sumber daya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung, juga dapat menghasilkan jasa-
jasa service lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat-manfaat
tersebut biasa kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis ecological function yang tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari
sumber daya. Nilai tersebut tidak hanya nilai pasar market value barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya, melainkan juga nilai jasa lingkungan yang
ditimbulkan oleh sumber daya tersebut Fauzi 2006.
2.2 Pertambangan
2.2.1 Definisi Pertambangan
Menurut undang-undang nomor 4 tahun 2009 yang dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
7 Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 1980
tentang penggolongan bahan-bahan galian terbagi atas tiga golongan yaitu: a. Golongan bahan galian strategis adalah: minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi,
gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batu bara, bahan-bahan galian radioaktip, nikel, dan timah.
b. Golongan bahan galian vital adalah: bauksit, tembaga, seng, emas, platina, perak, air raksa, intan, kristal kwarsa, dan belerang.
c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam golongan a atau b adalah: nitrat, pospat, garam batu, asbes, talk, mika, grafit, magnesit, batu permata,
pasir kwarsa, gips, bentonit, batu apung, tras, marmer, batu tulis, batu kapur, granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung
unsur-unsur mineral golongan a maupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Berdasarkan undang-undang nomor 11 tahun 1967 tentang ketentuan- ketentuan pokok pertambangan, pelaksanaan penguasaan negara dan pengaturan
usaha pertambangan golongan bahan galian strategis dan golongan bahan galian vital dilakukan oleh menteri. Pelaksanaan Penguasaan Negara dan pengaturan
usaha pertambangan golongan bahan galian c tidak termasuk golongan bahan galian strategis dan vital dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat yang
terdapat bahan galian tersebut. Usaha pertambangan golongan bahan galian strategis dilakukan oleh instansi pemerintah yang ditunjuk oleh menteri dan
dilakukan oleh perusahaan negara. Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan
pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja serta bagi kabupaten dan
kota merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah PAD. Industri pertambangan selain mendatangkan devisa dan menyedot lapangan kerja juga rawan terhadap
pengrusakan lingkungan. Banyak kegiatan penambangan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karena pengrusakan lingkungan, apalagi
penambangan tanpa izin selain merusak lingkungan juga membahayakan jiwa penambang karena keterbatasan pengetahuan si penambang dan juga karena tidak
adanya pengawasan dari dinas instansi terkait Yudhistira et al. 2011.