9 Menurut Harlan 2009 yang mengacu pada BPHN 1976 dalam Rani
2004, dalam pertambangan umum kita mengenal beberapa macam cara penambangan yaitu penambangan dalam under-ground mining, penambangan
terbuka open-pit mining, penambangan hydrolis hydraulic mining, dan pengerukan dredging, yang dapat dilakukan di darat maupun di laut. Menurut
Shenyakov 1970 dalam Rani 2004 menyatakan bahwa pertambangan bahan bangunan pasir dan batu menggunakan sistem pertambangan terbuka open-cut
mining. Hal ini dilakukan karena jenis bahan galian tersebut berada di permukaan tanah atau dalam kedalaman yang tidak terlalu dalam. Penambangan pasir dapat
dilakukan dengan cara konvensional dan cara mekanis.
2.2.4 Dampak kegiatan pertambangan
Menurut Arwan 2011 yang mengacu pada Direktorat Sumber Daya Mineral dan Pertambangan 2003 dan Kementerian Lingkungan Hidup 2002,
kerusakan lahan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan pertambangan maupun pasca pertambangan. Dampak yang ditimbulkan akan berbeda pada setiap
jenis pertambangan, tergantung pada metode dan teknologi yang digunakan. Kebanyakan kerusakan lahan yang terjadi disebabkan oleh perusahaan tambang
yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dan adanya penambangan emas tanpa izin yang melakukan proses penambangan secara liar dan tidak ramah
lingkungan.
Semakin besar skala kegiatan pertambangan, semakin besar pula area dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan
dapat bersifat permanen atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula. Secara umum kerusakan lahan yang terjadi akibat aktivitas pertambangan antara
lain Dyahwanti 2007: 1.
Perubahan vegetasi penutup
2. Perubahan topografi
3. Perubahan pola hidrologi
4. Kerusakan tubuh tanah
Menurut Sujatmiko 2012, mengemukakan penambangan emas membawa dampak baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif. dampak dari sisi
positifnya adalah membuka kesempatan kerja bagi masyarakat lingkar tambang,
10 meningkatnya pendapatan masyarakat, tumbuhnya usaha penunjang kegiatan
pertambangan seperti: usaha warung makan, pabrikasi alat-alat pertambangan konvensional. Dilihat dari sisi negatifnya adalah pencemaran terhadap air, baik
berupa erosi maupun larutnya unsur-unsur logam berat leaching karena sistem penirisan yang tidak baik, pencemaran udara berupa debu dan kebisingan oleh
mesin penyedot material, perubahan kontur, perubahan alur sungai akibat penambangan emas di sungai, dan perubahan bantaran sungai akibat
penambangan emas di tebing sungai.
2.3 Konversi Lahan
Menurut Lestari 2009 dalam Mustofa 2011, mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi
sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif masalah
terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor
yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu
kehidupan yang lebih baik. Menurut Isa 2006 faktor-faktor yang mendorong terjadinya konversi lahan
pertanian menjadi non pertanian adalah: 1.
Faktor kependudukan: pesatnya peningkatan jumlah penduduk telah meningkatkan permintaan tanah untuk perumahan, jasa, industri, dan fasilitas
umum lainnya. 2.
Kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian antara laoin pembangaunan real estate, kawasan industri, kawasan perdagangan, dan jasa-jasa lainnya yang
memerlukan lahan yang luas. 3.
Faktor ekonomi: tingginya land rent yang diperoleh aktivitas sektor non pertanian dibandingkan sektor pertanian.