Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu ditingkat Peternak

51 yang dijual peternak ke KPS. Rata-rata biaya listrik yang dikeluarkan peternak di lokasi penelitian ialah sebesar Rp 97.692 per bulan. Biaya listrik ini termasuk biaya penerangan kandang dan penerangan untuk rumah peternak karena di KUNAK Cibungbulang ini terdiri dari kavling- kavling berisi rumah, lahan kering dan kandang. Para peternak membeli kavling ini dengan cara kredit, setiap bulannya rata-rata mereka harus mengeluarkan biaya untuk membayar kredit sebesar Rp 273.703 per kavling. Biaya lainnya ialah biaya untuk air sebesar Rp 10.000 per bulan, air merupakan salah satu komponen penting dalam usaha ternak sapi perah, selain untuk minum sapi, setiap harinya peternak menggunakan air untuk membersihkan kandang dan memandikan sapi. Air bersih di kawasan ini dikelola oleh pihak KPS. Biaya lainnya ialah upah tenaga kerja HOK, rata-rata peternak responden menggunakan tenaga kerja luar keluarga, hal ini dikarenakan para pemilik usaha ternak banyak yang berasal dari luar kawasan penelitian, sehingga mereka lebih memilih untuk meperkerjakan orang lain. Rata-rata tenaga kerja yang digunakan per satuan usaha ternak ialah sebanyak 1,29 HOK, dengan biaya tunai yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga per HOK adalah sebesar Rp 35.517. Penerimaan utama peternak sapi perah berasal dari produksi susu yang dihasilkan. Setiap harinya peternak reponden memperoleh hasil susu rata-rata sebanyak 76,81 liter, sehingga dalam satu bulan, rata-rata peternak dapat memperoleh susu sebanyak 2.304,17 liter, dengan harga rata-rata jika dijual ke KPS sebesar Rp 4.132 per liter. Harga ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kualitas susu yang diperoleh peternak, rata-rata susu yang diperoleh peternak di lokasi peneliian memiliki kadar lemak sebesar 3,88 dan kadar protein sebesar 2,80. Menurut Sudono 1999 bangsa sapi Fries Hollands rata-rata menghasilkan susu dengan kadar lemak sebesar 3,45 dan kadar protein sebesar 3,15. Penerimaan lainnya diperoleh dari hasil penjualan ternak dan penerimaan susu untuk pedet. Dalam satu tahun rata-rata terdapat tiga jenis sapi yang dijual peternak yaitu sapi afkir, pedet, dan jantan dewasa, namun tidak semua peternak melakukan penjualan ternak setiap tahunnya. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dalam satu tahun terdapat 10 orang peternak dari total 36 peternak responden yang menjual sapi afkir, rata-rata afkir yang dijual adalah 52 ialah 1,1 ekor per tahun, dengan harga Rp 14.000.000 per ekor, sehingga penerimaan yang diperoleh peternak dari penjualan afkir adalah sebesar Rp 4.277.778 per tahun, atau sekitar Rp 356.481 per bulan. Penjualan lainnya adalah penjualan pedet, pedet merupakan anak sapi, jenis sapi ini dijual karena belum dapat menghasilkan susu dan perlu biaya besar untuk memeliharanya, namun tidak sedikit pula peternak yang memelihara pedetnya untuk dibesarkan dan diperah susunya kelak. Berdasarkan hasil wawancara terdapat 12 orang peternak dari total 36 responden yang menjual pedet, rata-rata penjualan pedet per tahun ialah 1,83 ekor per peternak, dengan harga rata-rata Rp 4.350.000 per ekor, sehingga penerimaan yang diperoleh peternak dari penjualan pedet ialah sebesar Rp 2.658.333 per tahun, atau sekitar Rp 221.528 per bulan. Ternak lainnya ialah ternak jantan dewasa, berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa dalam satu tahun terdapat 10 orang peternak dari total 36 peternak responden yang menjual sapi jantan dewasa, dengan rata-rata penjualan sebanyak 1,1 ekor jantan dewasa per peternak per tahun, dengan harga rata-rata Rp 20.000.000 per ekor, sehingga penerimaan yang diperoleh peternak dari penjualan jantan dewasa per tahun ialah sebesar Rp 6.111.111, atau sekitar Rp 509.259 per bulan, maka rata- rata penerimaan dari penjualan ternak per peternak responden per tahun ialah sebesar Rp 13.047.222 atau sebesar Rp 1.087.269 per bulan. Penerimaan lainnya berasal dari penerimaan susu untuk pedet, penerimaan ini termasuk penerimaan diperhitungkan. Rata-rata penerimaan yang diperoleh dari susu untuk pedet ialah sebesar Rp 2.174.754 per bulan. Dari data yang ada diperoleh biaya tunai yang harus dikeluarkan peternak untuk menjalankan usaha ternak nya adalah sebesar Rp 8.544.459 per bulan, sedangkan bila biaya diperhitungkan dimasukan ke dalam pengeluaran, maka didapat biaya total sebesar Rp 8.595.320 per bulan. Dengan demikian dapat diketahui pendapatan atas biaya tunai per peternak sebesar Rp 4.238.394 per bulan dan pendapatan atas biaya total per peternak bernilai Rp 4.187.533 per bulan. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Vidiyanti 2004 di KUNAK Cibungbulang diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 24.849.506 per tahun atau sekitar Rp 2.070.792 per bulan dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 7.690.979 per tahun atau sebesar Rp 640.914 per bulan. 53 Maka dapat disimpulkan usaha ternak sapi perah di KUNAK Cibungbulang terus berkembang menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil hasil perhitungan diketahui bahwa pendapatan yang diterima peternak sudah menguntungkan, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu 1 masih rendahnya tingkat produktivitas ternak yang dipelihara, rata-rata produktivitas per ekor sapi di lokasi penelitian adalah sebesar 10,04 literekorhari hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain tingat kuantitas dan kualitas pakan yang kurang memadai dan manajemen budidaya ternak yang masih rendah 2 harga susu per liter yang diterima peternak masih rendah oleh karena itu perlu adanya peran koperasi.

6.3 Analisis Penggunaan Input optimal

Penggunaan input optimal dapat dilihat melalui nilai produk marjinal NPM dan biaya korbanan marjinal BKM dari setiap fungsi produksi. NPM diperoleh dari hasil perkalian antara Produk Fisik Marjinal MPP dengan harga produk Py. Sedangkan BKM merupakan harga beli dari masing-masing faktor produksi. Secara ekonomis, hasil produksi dikatakan optimal jika memiliki rasio NPM dan BKM sama dengan satu untuk seluruh faktor produksi yang digunakan. Faktor produksi yang digunakan dalam analisis penggunaan input optimal pada penelitian ini ialah faktor produksi hijauan kgekorhari, konsentrat kgekorhari dan ampas tahu kgekorhari, dengan variabel Y adalah produksi susu literekorhari. Faktor produksi tenaga kerja tidak dimasukan dalam perhitungan input optimal karena rata- rata tenaga kerja dilokasi penelitian ialah tenaga kerja luar keluarga. Sekitar 27 dari 36 responden merupakan tenaga kerja luar keluarga atau hanya sebagai peternak pekerja, sedangkan rata-rata peternak pemilik tidak menetap di lokasi penelitian, sehingga penggunaan tenaga kerja di lokasi penelitian dilakukan dengan sistem borongan yaitu tenaga kerja luar keluarga dipekerjakan dan dibayar penuh untuk satu bulan bekerja. Rata- rata harga faktor produksi yang digunakan dilokasi penelitian yaitu hijauan Rp 275 per kilogram, konsentrat Rp 2.041 per kilogram dan harga ampas tahu Rp 600 per kilogram. Harga pakan hijauan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan peternak ketika harus membeli pakan hijauan, saat lahan hijauan yang mereka miliki tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak. 54 Harga produk yang digunakan ialah rata-rata harga susu per liter yaitu Rp 4.132. Rasio NPM dan BKM untuk faktor-faktor produksi usahaternak di KUNAK Cibungbulang ditunjukan oleh Tabel 14. Tabel 14 Rasio NPM dan BKM untuk Faktor- Faktor Produksi Usaha Ternak di KUNAK Cibungbulang Tahun 2014 Faktor Produksi NPM BKM Rasio NPMBKM Input Aktual X Input Optimal X Hijauan 378,44 275 1,38 30,8 42,38 Konsentrat 1.300,14 2.041 0,64 3,35 2,13 Ampas Tahu 397,18 600 0,66 18,59 12,30 Nilai produk marjinal NPM untuk variabel hijauan adalah 378,44 ini berarti bahwa setiap penambahan hijauan satu kilogram akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 378,44, dan biaya korbanan marjinal untuk hijauan ialah sebesar Rp 275. Dari data yang ada dapat diketahui bahwa rasio NPMBKM untuk hijauan sebesar 1,38 NPMBKM 1, artinya penggunaan hijauan masih belum optimal, produksi susu dapat ditingkatkan dengan menambah penggunaan hijauan, sehingga akan meningkatkan pendapatan peternak. Keuntungan maksimal tercapai jika pemberian hijauan awal 30,8 kgekorhari ditambah menjadi 42,38 kgekorhari. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Kementrian Pertanian 2010, bahawa hijauan diberikan kepada sapi laktasi pada siang hari setelah pemerahan sebanyak 30 – 50 kgekorhari. Rasio NPMBKM untuk variabel konsentrat ialah sebesar 0,64 NPMBKM 1, dengan nilai produk marjinal sebesar 1.300,14, hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan satu kilogram konsentrat akan berakibat pada peningkatan pendapatan sebesar Rp 1.300,14. Biaya korbanan marjinal untuk konsentrat ialah sebesar Rp 2.041, ini menunjukan bahwa tambahan biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk satu kilogram konsentrat lebih besar, sehingga untuk dapat meningkatkan pendapatan perlu mengurangi penggunaan input konsentrat. Keuntungan optimal terjadi bila peternak mengurangi pemberian konsentrat awal 3,35 kgekorhari menjadi 2,05 kgekorhari. Menurut Syarif dan Harianto 2011, pakan konsentrat diberikan sebanyak 8 kgekorhari. Tingkat penggunaan pakan konsentrat di lokasi 55 penelitian tergolong masih rendah, hal ini karena rata-rata kualitas konsentrat yang digunakan peternak responden masih rendah, sehingga peeternak perlu menggurangi penggunaan konsentrat atau peternak harus memberikan tambahan atau suplementasi bahan pakan yang lebih berkualitas, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berproduksi susu sapi perah induk. Nilai produk marjinal NPM untuk variabel ampas tahu adalah sebesar 397,18, sehingga setiap penambahan ampas tahu sebanyak satu kilogram akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 397,18, namun biaya korbanan marjinal untuk setiap kilogram ampas tahu lebih besar yaitu sebesar Rp 600. Hal ini juga digambarkan dengan rasio NPM BKM dari input ampas tahu yang bernilai 0,66 NPMBKM 1, menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi ini masih belum optimal, artinya produksi susu dapat ditingkatkan dengan mengurangi penggunaan ampas tahu, sehingga akan meningkatkan pendapatan peternak. Peternak akan mendapatkan keuntungan maksimal jika pemberian ampas tahu yang semula 18,59 kgekorhari dikurangi menjadi 12,30 kgekorhari. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Syarif dan Harianto 2011, bahwa penggunaan pakan ampas tahu pada sapi perah pada masa produksi ialah sekitar 10 kgekorhari. Oleh karena itu perlu adanya penggurangan penggunaan pakan ampas tahu di lokasi penelitian.

6.4 Peran Koperasi dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Peternak

Upaya untuk mengoptimalkan keuntungan peternak selain penggunaan input optimal adalah dengan bantuan koperasi. Usaha peternakan rakyat di Kawasan Usaha Peternakan KUNAK Cibungbulang Bogor tidak dapat lepas dari peran KPS Bogor. Hampir seluruh peternak di KUNAK Cibungbulang merupakan anggota aktif KPS Bogor. Kategori anggota aktif KPS Bogor adalah peternak sapi perah yang sudah masuk anggota dan aktif mengirimkan susunya ke KPS Bogor sekurang-kurangya 80 dari jumlah produksinya. Rata-rata alasan mereka lebih memilih untuk bergabung di koperasi adalah banyaknya kemudahan yang mereka peroleh, seperti mudahnya akses terhadap pakan, pelayanan kesehatan, serta kemudahan dalam pemasaran susu. Meskipun harga jual susu di luar koperasi 56 lebih tinggi, peternak tetap lebih memilih untuk menjual susu nya kepada pihak koperasi. Indikator keberhasilan Koperasi Peternak Susu KPS untuk mensejahterakan anggota antara lain berkembangnya bisnis koperasi sehingga akan meningkatkan aset anggota. Keberhasilan bisnis KPS dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain upaya KPS meningkatkan produktivitas ternak dan jumlah produksi masing-masing anggota dan penanganan pasca panen produk Rusdiana dan Sejati, 2009. Peran utama yang dilakukan KPS Bogor adalah sebagai penyedia lahan KUNAK Cibungbulang dan berperan dalam mengelola peternak di KUNAK Cibungbulang. Terdapat beberapa karyawan yang dipekerjakan KPS Bogor dalam mengelola KUNAK Cibungbulang. Tabel 15 menunjukan jumlah karyawan yang bekerja di KPS Bogor. Tabel 15 Jumlah Pegawai KPS Bogor Tahun 2012 No Bagian unit Karyawan wilayah Non-KUNAK Karyawan wilayah KUNAK 1 Susu Murni 6 4 2 Susu Pasteurisasi 3 3 Pakan Ternak 10 1 4 Pelteknak 8 5 Waserda dan unit simpan pinjam 2 6 Umum, keuangan dan satpam 8 11 Jumlah 37 16 Beberapa upaya lain yang telah dilakukan KPS Bogor untuk meningkatkan produktivitas ternak dan jumlah produksi masing masing peternak antara lain dengan pelayanan kesehatan, penyedia pakan ternak, pemasaran produk, Waserda Warung Serba Ada dan Simpan Pinjam. 1 Pelayanan Kesehatan Peningkatan skala usaha bukan hanya penambahan jumlah pemeliharaan sapi-sapi perah induk saja, tetapi juga peningkatan kemampuan berproduksi susu dari sapi-sapi perah induk yang dipelihara. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah adalah kesehatan sapi perah tersebut. Pelayanan kesehatan yang diberikan KPS Bogor untuk peternak di KUNAK Cibungbulang berupa pelayanan ahli medis dan obat-obatan. Terdapat dua ahli medis di kawasan tersebut. Pelayanan yang diberikan medis berupa Inseminasi 57 Buatan IB, Pemeriksaan Kebuntingan PKB, Pemeriksaan Kesehatan Hewan Keswan, dan penyuluhan. Terdapat dua cara untuk membuahi sapi perah betina, yaitu dengan melakukan Inseminasi Buatan IB atau dengan cara mengawinkan sapi perah betina dengan sapi jantan. Pembuahan sapi perah betina di KUNAK Cibungbulang umumnya dilakukan dengan cara Inseminasi Buatan IB. Proses IB dilakukan dengan cara menyuntikan semen yang disediakan ke sapi betina, peternak memperoleh semen dari KPS Bogor. Proses penyuntikan semen dilakukan oleh petugas medis, rata-rata penyuntikan yang dilakukan peternak responden dalam satu periode laktasi adalah sebanyak 2,3 kali penyuntikan, dengan biaya Rp25.000 per sekali penyuntikan. Pelaksanaan IB di KPS Bogor sudah dilakukan dengan baik. Proses pelaksanaan IB ini memberikan beberapa keuntungan antara lain: menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantannya telah mati, menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinaan karena fisik pejantan terlalu besar, menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin Syarif dan Harianto, 2011. Setelah proses IB selesai dilaksanakan, maka pihak medis akan melakukan pemeriksaan kebuntingan PKB untuk memastikan keberhasilan proses IB. Pengetahuan peternak dan petugas lapang tentang kebuntingan ternak setelan IB sangat penting untuk memutuskan tindakan selanjutnya terhadap ternak tersebut, jika proses inseminasi pertama tidak berhasil maka perlu dilaporkan untuk dilakukan inseminasi lagi. Pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan pihak medis jika ada keluhan dari peternak. Sistem pelaporan pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan dengan cara, KPS Bogor menyediakan kotak keluhan kesehatan, sehingga peternak yang memiliki masalah dengan kesehatan ternaknya dapat memasukan surat keluhan kesehatan ternak kedalam kotak tersebut dan nantinya medis akan langsung datang ke lokasi peternak, namun untuk penyakit ringan seperti masuk angin,demam pada ternak dan lain-lain. Biasanya peternak menanganinya dengan 58 cara memberikan obat-obatan tradisional seperti jamu atau membeli obat yang disediakan koperasi. Pelayanan lain yang diberikan KPS Bogor dalam pemeliharaan kesehatan ternak ialah penyuluhan. Penyuluhan diberikan kepada peternak oleh medis setiap harinya. Materi penyuluhan yang diberikan berupa teknik-teknik pemeliharaan ternak seperti penyuluhan kebersihan hewan ternak, kebersihan kandang, kesehatan ternak dan lain-lain. Sistem penyuluhan bermacam-macam, namun yang sering dilakukan ialah setiap harinya pihak medis berkeliling ke beberapa lokasi peternak dan memberikan penyuluhan langsung kepada masing-masing peternak. Setiap peternak di kawasaan ini berhak mendapatkan informasi tanpa harus mengeluarkan biaya. 2 Penyedia Pakan Ternak Pakan merupakan faktor penting dalam usaha ternak, produktifitas dan kualitas susu yang dihasilkan sapi sangat dipengaruhi oleh pakan. Pakan utama sapi perah di lokasi penelitan adalah hijauan, konsentrat, dan ampas tahu. Peran KPS Bogor dalam penyediaan pakan adalah sebagai berikut: a KPS Bogor sebagai penyedia pakan hijauan Masing-masing kavling di KUNAK Cibungbulang memiliki lahan kosong yang berfungsi untuk ditanami rumput sebagai pakan utama ternak, jika rumput di lahan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan ternak, KPS Bogor menyediakan lahan hijauan di lokasi IV Desa Cibitung Kulon dengan luas 5,34 Ha. Hijauan tersebut dapat dimanfaatkan peternak tanpa harus mengeluarkan biaya. b KPS Bogor sebagai penyedia pakan konsentrat KPS Bogor juga menyediakan pakan konsentrat. KPS Bogor menjalin kerjasama oprasional dalam bidang produksi pakan konsentrat dengan pihak swasta. Unit usaha ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi peternak dalam memperoleh pakan ternak dengan harga yang terjangkau. Bahan baku pakan konsentrat terdiri dari tepung gandum Wheat Pollard, onggok, bungkil kopra, tetes tebu, dedak padi, dan kulit kacang afkir. Konsentrat dikemas dengan ukuran 40 kgkarung. KPS Bogor menjual konsentrat dengan harga Rp 2.150kg kepada anggota. Konsentrat yang dipesan peternak lansung dikirim ke KUNAK Cibungbulang. Gambar 4 menunjukan produksi pakan konsentrat KPS Bogor. 59 Gambar 4 Produksi Pakan Konsentrat KPS Bogor Tahun 2010-2012 3 Pemasaran Produk Produk utama peternak di KPS Bogor adalah susu. Peternak sapi perah yang sudah masuk anggota aktif KPS Bogor berkewajiban untuk menyetorkan susu ke KPS Bogor sekurang-kurangnya 80 dari jumlah produksinya. Tabel 16 menunjukan perkembangan produksi susu literhari anggota KPS Bogor. Tabel 16 Perkembangan Produksi Susu Anggota Aktif KPS Bogor 2010-2012 Tahun Jumlah Anggota Aktif Produksi susu literharipeternak 2010 265 65,70 2011 249 53,68 2012 204 69,45 Setiap hari nya peternak anggota aktif KPS Bogor di wilayah KUNAK menyetorkan susu ke koperasi yang letak nya berada di kawasan tersebut, penyetoran susu dilakukan pada pagi dan sore hari. KPS Bogor memberi fasilitas berupa kendaraan jemputan susu bagi peternak yang tidak memiliki kendaraan. Kondisi jalan yang rusak pun seringkali dikeluhkan oleh peternak, hal ini karena banyaknya susu yang tumpah lapang. Fasilitas lain yang diberikan koperasi adalah pengukuran kualitas susu. PT Indolakto sebagai IPS yang bekerjasama dengan KPS Bogor menentukan harga berdasarkan kualitas susu yaitu: kandungan protein, kandungan fat dan TPC angka kuman rataan. Semakin tinggi tingkat kandungan protein dan fat maka semakin tinggi pula harganya. Tabel 17 menunjukan tingkat mutu susu tahun 2012 yang diterima KPS Bogor dari peternak. 100 200 300 2010 2011 2012 284 233 141 Produksi TonBulan Tahun 60 Tabel 17 Tingkat Mutu Susu KPS Bogor 2012 Kandungan Protein Kandungan Fat Frekuensi Penalti TPC per tahun Total Solid KPS Bogor 2,82 3,78 139 11,68 Wilayah KUNAK 2,80 3,88 52 11,71 Wilayah Non-KUNAK 2,85 3,69 87 11,66 Menurut Sudono 1999 bangsa sapi Fries Hollands rata-rata menghasilkan susu dengan kandungan sebesar 3,45 dan kandungan protein sebesar 3,15 . Target mutu susu yang diharapkan KPS Bogor adalah TPC maksimal 3 juta, namun realisasinya rata-rata sebesar 3,9 jutaml. Apabila kandungan kuman dalam air susu mencapai 5 jutaml maka dikenakan penalti Rp 100kg. Susu yang telah mengalami proses pengecekan kemudian memasuki proses pendinginan susu di dalam mesin cooling unit, proses ini merupakan kegiatan pengolahan susu, susu dikondisikan pada suhu dua derajat untuk menghambat perkembangan bakteri. Susu yang telah mengalami pengontrolan berdasarkan standar industri selanjutnya dikirim ke Industri Pengolahan Susu IPS. PT. Indolakto dan PT. Cikande merupakan Industri Pengolahan Susu yang menampung hasil susu KPS Bogor di KUNAK Cibungbulang. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seringkali susu yang dihasilkan peternak mengalami penolakan oleh pihak IPS, hal ini karena adanya peternak nakal yang menyetorkan susu yang mengandung antibiotik atau berasal dari ternak yang sakit. hal ini sangat merugikan peternak lain dan pihak koperasi. Upaya yang dilakukan koperasi untuk menangani masalah tersebut ialah menncari pasar susu alternatif yang tidak terlalu mempermasalahkan residu antibiotik dengan resiko harga yang murah, upaya lain ialah melakukan sosialisasi terhadap peternak. Oleh karena itu perencanaan produksi di KUNAK Cibungbulang ini difokuskan untuk memenuhi standar kualitas susu yang diterapkan IPS dan meningkatkan kualitas susu di KUNAK Cibungbulang. Fokus lain ialah meningkatkan produksi susu di kawasan tersebut, karena meningkatnya permintaan susu. 61 Penerimaan peternak dari hasil menjual susu, dapat diambil peternak pada setiap awal bulan di KPS Bogor. Penerimaan diperoleh dari akumulasi liter susu yang disetorkan peternak ke koperasi dalam satu bulan. 4 Waserda Warung Serba Ada dan Simpan Pinjam Unit usaha Waserda warung serba ada pada KPS Bogor berperan menyediakan alat-alat yang dibutuhkan peternk seperti milk can, karet sapi, sepatu boot, arit dan alat-alat peternakan lainnya, selain itu Waserda juga menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan ternak. KPS Bogor juga memfasilitasi peternak dengan unit usaha simpan pinjam. Untuk dapat menggunakan sarana ini, peminjam harus merupakan anggota aktif yang telah mengirimkan susu selama minimal sepuluh bulan terakhir berturut-turut. Tujuan kegiatan simpan pinjam ini ialah untuk membantu peternak dalam kesulitan modal misal pembuatan kandang, pembelian sapi perah dan lain-lain. Proses pembayaran dilakukan dengan cara potongan langsung dari hasil penerimaan menjual susu di KPS Bogor. Dari beberapa fasilitas yang diberikan KPS Bogor untuk mensejahtrakan peternaknya, terlihat bahwa koperasi sangat berperan dalam proses produksi susu dari hulu hingga hilir. KPS Bogor berperan sebagai penyedia pakan ternak hingga proses distribusi dan pemasaran. Namun ada beberapa hal yang masih dapat ditingkatkan untuk meningkatkan kesejahtraan peternak. Beberapa hal yang masih dapat ditingkatkan oleh KPS Bogor seperti penyuluhan mengenai manajemen usaha ternak yang lebih baik, penyuluhan mengenai tata cara pemberian pakan dan lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak responden terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh KPS Bogor antara lain: perlu adanya perbaikan sarana di KUNAK Cibungbulang seperti perlu adanya perbaikan bendungan agar tidak terjadi kebocoran air yang menyebabkan kelangkaan air bersih, lalu adanya perbaikan ruas jalan di kawasan tersebut karena jalan yang rusak menyebabkan resiko tumpah susu di perjalanan, perlu adanya perbaikan kualitas konsentrat yang dijual oleh koperasi, perlu adanya tambahan tenaga medis karena saat ini baru terdapat dua orang tenaga medis untuk sekitar 1020 populasi sapi induk, dan yang paling banyak menjadi perhatian peternak ialah peningkatan harga susu.