Efisiensi Produksi Analisis efisiensi produksi dan peran koperasi terhadap usaha ternak Sapi Perah di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

16 prasarana produksi, budidaya, pengolahan, sampai dengan subsistem tataniaga. Kelembagaan peternak adalah organisasi yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat sendiri yang didasari atas kesamaan kepentingan dibidang peternakan dan memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga secara tertulis Tawaf et al., 2009. Koperasi peternakan adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari pengusaha dan buruh peternakan yang berkepentingan dan mata pencahariannya langsung berhubungan dengan peternakan.koperasi peternakan dapat didirikan sesuai dengan jenis ternak. Dalam KPS Bogor ini jenis ternak berupa sapi perah. Pada usahaternak sapi perah, kelembagaan koperasi dibedakan antara koperasi primer yang terdiri dari koperasi persusuan atau koperasi yang bergerak di bidang persusuan koperasi single purpose dan KUD Unit Susu, serta koperasi sekunder, yaitu Gabungan Koperasi Susu Indonesia GKSI Tawaf et al., 2009. Dalam hal ini KPS Bogor termasuk Koperasi Primer. Peternak susu di Indonesia tidak dapat lepas dari keberadaan koperasi karena mayoritas peternak sapi perah di Indonesia ialah peternak kecil dan sifat susu yang mudah rusak, sedangkan lokasi peternak yang biasanya jauh dari konsumen sehingga untuk menyelamatkan produk tersebut diperlukan peran koperasi Subandriyo dan Adiarto, 2009. Oleh karena itu KPS sangat berperan penting dalam pembangunan usaha ternak sapi perah rakyat untuk mengatasi kesulitan modal dan keterbatasan pengetahuan dalam mengelola usaha ternak. Pengadaan sarana produksi sebagai modal yang diperlukan peternak dapat diatasi dengan fasilitas kredit dari KPS, sementara keterbatasan pengetahuan dapat diatasi dengan diadakannya program penyuluhan bagi peternak untuk mengikuti bimbingan baik dari segi teknis maupun non teknis yang diadakan oleh KPS. Pembinaaan yang dilakukan KPS terhadap anggota paling efektif dengan cara pendekatan kelompok. Kelompok peternak sapi perah merupakan wadah tempat berinteraksi para anggota kelompok dalam memenuhi kebutuhan peningkatan usaha ternaknya, sebagai wahana untuk memperoleh fasilitas belajar, fasilitas sarana ternak dan fasilitas pengaturan untuk kelancaran dan keamanan usaha ternak yang lebih menguntungkan. Kelompok peternak sapi perah harus mampu mempermudah anggotanya memperoleh kredit sapi perah, memperoleh sarana 17 produksi peternakan pakan, obat- obatan, pelayanan inseminasi buatan IB dan mempermudah pemasaran hasil usaha ternaknya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Darmawan et al. 2008 beberapa peran koperasi khususnya yang telah dilakukan oleh KPSBU Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ialah penyedia sarana teknis seperti 1 pengangkutan konsentrat secara gratis 2 pelayanan IB secara gratis, dan 3 peternak dapat memperoleh modal bibit melalui program sapi bergulir. Selain penyedia sarana teknis KPSBU Lembang juga menyediakan pelayanan pinjam uang dengan lima kali angsuran. Menurut Purwantini 2001 peran koperasi dalam sub sistem produksi antara lain menyediakan pakan konsentrat, pengadaan bibit dan pelayanan kesehatan hewan. Dalam pemasaran susu, koperasi berperan dalam mengumpulkan hasil susu dari peternak yang selanjutnya dipasarkan ke IPS. Dalam pembinaan peternak, koperasi melalui aparatnya melakukan dan penyuluhan dalam kaitannya untuk meningkatkan produksi dan kualitas. Koperasi susu yang dikembangkan sebaiknya dapat menguasi semua kegiatan agribisnis dari kegiatan hulu sampai hilir dalam suatu system agribisnis terpadu dan efisien. Dalam program pembangunan persusuan nasional, perhatian khusus dilakukan pada pengembangan usaha peternakan sapi perah rakyat dengan meningkatkan peran koperasi serta keikutsertaan swasta. Pembangunan usaha sapi perah rakyat diarahkan untuk meningkatkat pendapatan petani ternak, mendorong ndiversifikasi pangan dan perbaikan mutu gizi masyarakat, optimasi usaha tani, penyerapan tenaga kerja, aspek konservasi, dan mendorong pertumbuhan perekonomian pedesaan Subandriyo dan Adiarto, 2009. 18 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Pendapatan Usaha Ternak Menurut Suherman 2007 pendapatan usaha ternak sapi perah ialah penerimaan usaha ternak sapi perah dikurangi dengan biaya produksi pengelolaan selama periode 1 tahun. Penerimaan usaha ternak sapi perah ialah besarnya penerimaaan yang diperoleh dari usaha ternak sapi perah, termasuk penerimaan tunai maupun yang diperhitungkan selama periode satu tahun, sedangkan biaya produksi pengelolaan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam pemeliharaan ternak sapi perah, termasuk biaya produksi tunai maupun yang diperhitungkan selama periode satu tahun. Biaya produksi dibagi 2 yaitu biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost. 1 Biaya tetap fixed cost Biaya tetap ialah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya biaya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Dalam usaha ternak, biaya ini termasuk biaya sewa kandang dan lain-lain. 2 Biaya Tidak Tetap variable cost Biaya lainnya termasuk dalam biaya tidak tetap karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi. Misalnya pengeluaran- pengeluaran untuk konsentrat, biaya pengelolaan ternak dan lain-lain, tetapi pengertian biaya tetap dan variable ini hanya pengertian untuk jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap dapat menjadi biaya tidak tetap, misalnya sewa tanah dapat berubah, alat-alat pertanian harus ditambah dan bangunan harus diperluas Mubyarto, 1989. Penerimaan sapi perah terdiri dari penjualan sapi yang tidak produktif, penjualan anak sapi yang tidak digunakan sebagai peremajaan, penjualan pupuk kandang dan hasil penjualan terbesar adalah dari penjualan susu Siregar dalam Hapsari, 2008. Penerimaan usaha tani dibagi menjadi: a. Penerimaan Tunai Usaha tani Penerimaan tunai usaha tani adalah nilai yang diterima dari penjualan 19 usaha tani. Adapun penerimaan tunai dalam usaha ternak sapi perah berupa penjualan output utama yaitu susu. b. Penerimaan Kotor Total Usaha tani Penerimaan kotor atau total usaha tani adalah penerimaan dalam jangka waktu biasanya satu tahun atau satu musim, baik yang dijual tunai maupun yang tidak dijual tidak tunai, seperti konsumsi keluarga, bibit, dan pakan ternak.

3.1.2 Konsep Fungsi Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah

Menurut Soekardono 2009, fungsi produksi menggambarkan hubungan teknis antara jumlah input yang digunakan dan jumlah output yang dihasilkan persatuan waktu. Fungsi produksi dibagi menjadi tiga daerah produksi berdasarkan elastisitas produksi dari faktor - faktor produksi. Pada daerah I produksi masih dapat ditingkatkan dengan cara pemakaian jumlah input yang lebih besar dan keuntungan maksimum belum tercapai, daerah I disebut Daerah Irasional. Pada daerah I nilai elastisitas produksi adalah lebih besar dari 1. Pada daerah II nilai elastisitas produksi terletak antara 0 dan 1. Pada daerah II telah dicapai keuntungan maksimum dengan tingkat penggunaan faktor produksi tertentu, daerah II disebut Daerah Rasional. Pada Daerah III nilai elastisitas produksinya bernilai lebih kecil dari nol penambahan faktor produksi menjadi tidak lagi efisien sehingga daerah ini disebut daerah irasional. Kurva produksi dijelaskan pada Gambar 1. Secara matematis, fungsi produksi dapat ditulis: dimana = output atau produk dan = input- input atau faktor faktor produksi yang berbeda, dalam penelitiannya Anisa 2008 mengatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam usaha ternak sapi perah ialah jumlah sapi, tenaga kerja, rumput, konsentrat, ampas tahu, ampas singkong. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Vidiyanti 2004, menurutnya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dalam usahaternak sapi perah ialah hijauan, konsentrat, sapi laktasi, pendidikan, umur, dan pengalaman. Dalam upaya meningkatkan produksi, pengusaha dapat menambah input-input secara keseluruhan atau hanya sebagian saja yang lainnya tetap.