Gambaran Usaha Ternak Sapi Perah

44 Tabel 12 Hasil Estimasi Faktor-faktor Produksi Variabel Koefisien t-hit P-value VIF Konstanta 0,587 2,42 0,021 Ln x1 0,288 4,43 0,000 1,7 Ln x2 0,101 3,38 0,002 2,3 Ln x3 0,208 5,61 0,000 1,1 Ln x4 0,067 4,45 0,000 1,4 Keterangan: R-Sq= 87,9 Signifikan pada taraf nyata 5 R-Sq adj= 86,4 Hasil analisis regresi menunjukan nilai koefisien determinasi R 2 fungsi produksi dugaan sebesar 87,9 . Nilai ini mengartikan bahwa sebesar 87,9 keragaman dari hasil produksi mampu dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang terdapat dalam model, dan sisanya yaitu 12,1 dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model. Faktor-faktor lain di luar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi susu adalah masa laktasi, pengaruh iklim dan cuaca, lingkungan peternak. Hasil regresi juga menunjukan Model fungsi Cobb-Douglas ini telah diuji asumsi klasik yaitu uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil uji asumsi dapat dilihat pada lampiran 1. Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa dari empat variabel bebas pada model, secara statistik variabel hijauan, konsentrat, ampas tahu dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap besarnya produksi susu pada taraf nyata 5. Penjelasan variabel bebas tersebut adalah sebagai berikut: 1 Hijauan Hipotesis hijauan diduga semakin tinggi penggunaan hijauan, maka semakin tinggi pula produksi susu yang di hasilkan. Hal ini karena hijauan merupakan pakan utama sapi perah, pakan hijauan mengandung kadar serat yang tinggi Sudono, 1999. Pada hasil regresi tingkat penggunaan hijauan memiliki p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 5 maka tingkat penggunaan hijauan berpengaruh nyata terhadap produksi susu di daerah penelitian. Besar koefisien hijauan 0,288 artinya setiap peningkatan 1 pakan hijauan mampu meningkatkan produksi susu sebesar 0,288 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap 45 cateris paribus. Rendahnya pengetahuan peternak tentang pengolahan pakan hijauan seperti pencacahan rumput lapang sebelum disajikan, pemilihan pakan hijauan dengan porsi daun yang lebih banyak dan porsi batang yang lebih sedikit, hijauan yang dilayukan dan perlakuan fisik lainnya pada pakan hijauan yang dapat meningkatkan produktivitas susu kurang diperhatikan. Menurut Syarif dan Harianto 2011, sebelum diberikan kepada sapi, pakan rumput segar harus dilayukan terlebih dahulu minimum selama enam jam setelah dipanen. Tujuannya untuk menghindari kembung pada sapi. Rumput juga sebaiknya dicacah terlebih dahulu agar sapi mudah memakannya dan akan meningkatkan konsumsi sapi terhadap pakan rumput. Berdasarkan data yang diperoleh, pemberian pakan hijauan oleh peternak reponden berbeda-beda, pemberian hijauan maksimal yang dilakukan peternak responden ialah sebesar 45 kgekorhari sedangkan pemberian hijauan minimal yang dilakukan peternak responden ialah sebesar 20 kgekorhari, dengan rata-rata tingkat penggunaan pakan hijauan untuk sapi laktasi oleh peternak responden ialah sebesar 30,8 kgekorhari. Menurut Asmaki et al. 2009 jumlah pakan hijauan yang diberikan kepada sapi perah dewasa agar dapat memproduksi susu secara maksimal ialah sekitar 10 dari berat badan sapi. Ketersedian pakan hijauan di lokasi penelitian masih memadai, hal ini karena setiap peternak di lokasi penelitian memiliki lahan hijauan sendiri. Ketika ketersediaan hijauan di lahan milik mereka mulai menipis, peternak bisa mendapatkan hijauan di lahan milik koperasi ataupun membeli hijauan di produsen lain. 2 Konsentrat Hipotesis variabel konsentrat akan berbanding lurus dengan jumlah produksi susu yang dihasilkan. Hal ini karena konsentrat merupakan pakan tambahan terhadap pakan utama sapi perah, konsentrat mengandung energy dan protein yang tinggi dan serat kasar yang rendah, sehingga peningkatan pemberian pakan konsentrat akan meningkatkan produksi susu. Berdasarkan hasil regresi variabel konsentrat memiliki p-value sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf nyata 5 maka jumlah pakan konsentrat yang diberikan berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi susu. Besar koefisien 46 variabel konsentrat adalah 0,101 artinya setiap peningkatan 1 penggunaan pakan konsentrat akan meningkatkan produksi susu sebesar 0,101 dengan asumsi cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin tinggi tingkat pemberian pakan konsentrat maka susu yang di produksi pun semakin meningkat. Tidak semua zat makanan dan nutrisi dapat terpenuhi dari pakan hijauan oleh karena itu perlu bahan makanan pelengkap bagi ternak yang berfungsi untuk melengkapi nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Konsentrat merupakan salah satu jenis pakan pelengkap bagi ternak. Berdasarkan hasil perhitungan analisis fungsi Cobb-Douglas diketahui bahwa pengaruh peningkatan konsentrat terhadap peningkatan produksi susu relatif kecil. Hal ini diduga karena oleh beberapa hal antara lain: 1 berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, peternak tidak menggunakan takaran yang pasti dalam pemberian jumlah konsentrat, peternak hanya menggunakan perkiraan saja, 2 berdasarkan hasil wawancara diketahui pula bahwa terdapat beberapa peternak yang mengeluh karena kualitas konsentrat yang kurang baik. Data yang diperoleh menunjukan bahwa pemberian pakan konsentrat oleh peternak reponden bervariasi, rata-rata tingkat penggunaan pakan konsentrat untuk sapi laktasi oleh peternak responden ialah sebesar 3,35 kgekorhari, dengan pemberian konsentrat tertinggi yang dilakukan peternak responden ialah sebesar 6 kgekorhari sedangkan pemberian konsentrat terendah yang dilakukan peternak responden ialah sebesar 1,23 kgekorhari. Menurut Syarif dan Harianto 2011, pakan yang diberikan kepada sapi perah pada masa produksi salah satunya ialah pakan konsentrat yang memiliki kandungan protein 15 . Rata-rata peternak di lokasi penelitian memperoleh pakan konsentrat dengan membeli di koperasi, namun ada pula peternak yang memperoleh pakan konsentrat dengan membeli dari produsen lain. 3 Ampas Tahu Variabel ampas tahu diduga berpengaruh positif terhadap produksi susu, semakin tinggi jumlah pemberian pakan ampas tahu semakin banyak produksi susu yang dihasilkan. Ampas tahu merupakan pakan tambahan untuk sapi perah, yang memiliki kandungan protein yang tinggi bermanfaat untuk memproduksi 47 susu dan pemeliharaan jaringan tubuh. Ampas tahu berasal dari limbah pembuatan tahu yang bahan utamanya berupa kacang-kacangan sehingga memiliki kandungan protein yang baik untuk sapi perah. Hasil regresi variabel ampas tahu memiliki p-value sebesar 0.000 lebih kecil dari taraf nyata 5 , hal ini menyatakan bahwa variabel ampas tahu berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi susu. Besar koefisien ampas tahu sebesar 0,208 , artinya setiap 1 peningkatan penggunaan pakan ampas tahu mampu meningkatkan produksi susu sebesar 0,208 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap cateris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis, yaitu semakin tinggi penggunaan ampas tahu maka produksi susu akan semakin tinggi. Pemberian pakan ampas tahu oleh peternak reponden bervariasi, dari data yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata tingkat penggunaan pakan ampas tahu untuk sapi laktasi oleh peternak responden adalah sebesar 18,59 kgekorhari, dengan pemberian ampas tahu tertinggi yang dilakukan peternak responden adalah sebesar 27,27 kgekorhari sedangkan pemberian konsentrat terendah yang dilakukan peternak responden adalah sebesar 7,27 kgekorhari. Menurut Syarif dan Harianto 2011, penggunaan pakan ampas tahu pada sapi perah pada masa produksi adalah sekitar 10 kgekorhari, menurutnya pemberian ampas tahu penting untuk mempertahankan kestabilan produksi susu. Rata-rata peternak reponden memperoleh pakan ampas tahu dengan membelinya dari pihak swasta. Terkadang kebutuhan ternak akan ampas tahu ini tidak terpenuhi karena adanya keterbatasan produksi ampas tahu. Keterbatasan ketersediaan ampas tahu ini menyebabkan peternak untuk sementara menghentikan pemberian ampas tahu sebagai pakan ternaknya, hal ini biasanya berakibat pada turunya produksi susu yang dihasilkan ternak. 4 Tenaga Kerja Tenaga kerja diduga berbanding lurus dengan jumlah susu yang dihasilkan ternak, karena semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan maka akan mempermudah perawatan ternak sehingga ternak akan lebih terawat dan jumlah susu yang dihasilkan pun semakin tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan fungsi produksi, tenaga kerja memiliki p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 5 , maka variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah susu yang dihasilkan ternak pada taraf nyata 5 . Besar koefisien tenaga kerja sebesar