Definisi Proses Persembuhan Luka

8 Lapisan dermis terletak di bawah epidermis terbentuk dari jaringan yang kaya akan kolagen dan sel elastis yang memb uat kulit menjadi kuat dan elastis. Dermis terdiri dari lapisan papilari dan lapisan retikuler. Lapisan paling atas dari dermi s terbentuk dari jaringan ikat yang diantaranya terdapat jaringan elastis, pembuluh darah dan pembuluh limfatik. Bagian bawah dari dermis terdiri atas lapisan retikuler yang membuat menjadi tebal dan terutama mengandung jaringan kolagen yang membantu penyebaran serabut elastis, pembuluh darah dan pembuluh limfatik dan adnexa dari epidermis. Gambar 2. Histologi kulit Adnexa mengandung struktur khusus yang berasal dari epidermis yang merupakan bagian penting dari dermis tapi dalam situasi tertentu dapat meluas ke bagian subkutis. Pada adnexa dapat ditemukan kelenjar keringat, kelenjar apokrin, kelenjar minyak, folikel rambut dan kelenjar khusus seperti kelenjar air mata. Lapisan ketiga setelah epidermis dan dermis adalah subkutis. Subkutis kadangkala tidak selalu disebut bagian dari kulit. Lapisan ini berada di bawah kulit dan mengandung banyak jaringan ikat, syaraf dan pembuluh darah yang menuju dermis dan terdapat lemak dan otot.

2.5 Persembuhan Luka

2.5.1 Definisi

Persembuhan luka adalah kembali menjadi normalnya integritas kulit dan jaringan yang berada di bawahnya. Luka kulit adalah terdapatnya kerusakan morfologi jaringan kulit atau jaringan yang lebih dalam, dengan perkataan lain persembuhan epidermis dermis subkutis 9 luka adalah kembali normalnya kerusakan morfologi kulit dan jaringan yang lebih dalam dengan kembalinya integritas kulit dan jaringan yang berada di bawahnya melalui beberapa tahap peradangan akut Slauson dan Cooper, 1990.

2.5.2 Proses Persembuhan Luka

Proses persembuhan luka terdiri dari tiga fase yaitu fase peradangan, fase fibroelastik serta fase pematangan dan perampingan jaringan Jones et al., 1996. Proses peradangan pada perlukaan meningkatkan tekanan hidrostatik dan mengganggu keseimbangan dalam pembuluh darah. Keadaan ini menyebabkan lebih banyak cairan keluar meninggalkan pembuluh darah untuk memasuki jaringan. Dinding venula dan kapiler yang kehilanga n permeabilitasnya terhadap protein menyebabkan albumin, globulin dan fibrinogen tercurah menuju jaringan sehingga jaringan mengandung cairan dengan komposisi serupa plasma darah Spector dan Spector,1980. Proses peradangan ditandai dengan beberapa faktor, seperti: vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan ke dalam ruang interstisial. Peradangan merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan jaringan yang luka diperbaiki dan diganti dengan jaringan baru serta reaksi yang menyebabkan musnahnya agen-agen yang membahayakan jaringan tubuh atau juga mencegah agar agen-agen tersebut tidak menyebar luas Rukmono, 1973. Reaksi peradangan berhubungan erat dengan kerusakan jaringan. Sel-sel yang rusak atau mati akan diangkat dengan cepat dari tempatnya melalui fagositosis Thomson dan Cotton 1997. Kehadiran leukosit polimorf nuklear dengan segera dan dalam jumlah besar di daerah radang merupakan pertahanan pertama terhadap infeksi. Proses peradangan mencakup perekrutan sel-sel radang dari pembuluh darah menuju jaringan luka. Sel-sel yang menginfiltrasi daerah luka diantaranya adalah neutrofil, limfosit, dan makrofag. 1. Neutrofil Sel neutrofil merupakan sel pertahanan pertama terhadap kontaminasi mikroba pada peradangan. Kehadiran sel ini pada daerah luka dipengaruhi oleh adanya produk- produk yang dilepaskan oleh bakteri dan sel-sel yang rusak atau mati. Neutrofil 10 bertugas membunuh dan memfagosit partikel-partikel asing yang terdapat pada luka dengan cara fagositosis Vegad, 1995. Setelah memfagosit partikel asing termasuk sisa nekrosa sel inang, neutrofil akan mati dan akan digantikan oleh makrofag sebagai sel pertahanan kedua. 2. Limfosit Limfosit merupakan unsur kunci pada proses kekebalan tubuh. Limfosit dibentuk di sumsum tulang pasca kelahiran, tetapi sebagian besar dibentuk di dalam kelenjar limfe, timus dan limpa dari sel prekursor yang berasal dari sumsum tulang Ganong, 2003. Limfosit tidak memiliki kemampuan untuk melakukan fagositosis dan hanya memiliki kemampuan untuk melakukan kemampuan kemotaksis yang terbatas. Dalam persembuhan luka, peran limfosit adalah melepaskan limfokin yang mempengaruhi populasi dari sel-sel radang lainnya. Beberapa limfokin yang dilepaskan limfosit berpengaruh terhadap makrofag dalam proses persembuhan luka Handayani, 2006. 3. Makrofag Makrofag merupakan salah satu sel radang dalam proses fagositosis. Makrofag mulai bermunculan setelah neutrofil menyelesaikan tugasnya. Menurut Kalangi 2004 makrofag mencerna dan memfagosit organisme patogen dan debris jaringan termasuk sel-sel neutrofil yang tidak berguna lagi. Fase proliferasi meliputi aktivitas mitosis sel-sel epidermis, sel-sel endotel dan sel-sel fibroblas. Fibroblas, sel-sel radang dan pembuluh darah baru memenuhi jaringan luka dan membentuk jaringan granulasi yang akan terlihat berwarna merah muda dan bergranulasi. Pada fase ini mulai terjadi proses re-epitelisasi dimana sel-sel epitel mulai bermigrasi dan berproliferasi ke jaringan luka Singer dan Clarks,1999. Pada pengamatan patologi anatomi dalam fase ini, pada luka akan terlihat adanya jaringan granulasi yang ditandai dengan munculnya keropeng. Re-epitelisasi merupakan tahapan perbaikan luka yang meliputi mobilisasi, migrasi, mitosis dan diferensiasi sel epitel. Tahapan-tahapan ini akan mengembalikan intregitas kulit yang hilang. Mitosis dan migrasi sel epitel akan berfungsi untuk mengembalikan integritas dari kulit. Pada permulaan kulit re-epitelisasi akan terjadi melalui pergerakan sel-sel epitel dari tepi jaringan bebas menuju jaringan rusak. Sel-sel akan mengalami perubahan 11 yang meliputi retraksi tenofilamen intrasel, disolusi sebagian besar desmosom intrasel dan pembentukan filamen aktin sitoplasma perifer. Perubahan ini akan memberikan mobilitas pada sel dan apparatus golgi sehingga sel-sel epidermis akan kehilangan polaritas apiko-basal dan menjulur dari kulit yang bebas menuju luka Kalangi, 2004. Pembentukan fibroblas berasal dari sel-sel mesenkim yang diisi oleh sel-sel radang, fibroblas, serat-serat kolagen dan kapiler-kapiler baru untuk membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan yang tidak rata yang disebut jaringan granulasi. Fibroplasia dalam proses persembuhan luka akan mengalami proliferasi dan migrasi ke dalam ruang luka. Fibroblas akan mengalami perubahan fenotip seperti retraksi retikulum endoplasma dan apparatus golgi dan pembentukan serabut aktin tebal. Setelah induksi dari perubahan fenotip maka miofibroblas akan bertambah kapasitas motilitas dan kontraktilitasnya. Bersamaan dengan itu miofibroblas bermigrasi ke dalam luka dan mendeposit matriks ekstraseluler longgar yang mengandung fibronektin dalam jumlah banyak. Sintesis fibronektin juga dapat dipengaruhi oleh trombin dan epidermal growth factor Kalangi, 2004. Epidermal Growth Factor atau EGF merupakan faktor pertumbuhan epidermis yang bekerja secara positif. EGF memiliki sifat meningkatkan keratinisasi epitel dan mempercepat migrasinya melintasi permukaan. Protein kompleks ini bertindak sebagai prekursor dengan melepaskan enzim Arginin esterase. Enzim ini melepaskan peptida lain yang secara biologis aktif untuk cedera jaringan misalnya Kinin . Faktor pengontrol khas jaringan yang mencegah epitel membelah diri pada biakan in vitro dikenal dengan nama Khalon Lewis,1986. Pada keadaan normal senyawa ini akan mencegah proliferasi berlebihan dan bila terjadi gangguan maka produksi Khalon akan menurun sehingga sel-sel bebas membagi diri hingga integritasnya dipulihkan Mayasari, 2003. Kontraksi luka berasal dari miofibroblas yang merupakan sel kontraktil. Miofibroblas merupakan jumlah terbesar dalam jaringan granulasi pada luka yang memperantarai kontraksi pada jaringan granulasi yang terlihat seperti otot Kalangi, 2004. 12 Neovaskularisasi adalah pembentukan pembuluh darah baru ke dalam luka yang terjadi bersamaan dengan fibroplasia. Rangkaian proses neovaskularisasi meliputi vasodilatasi dan kongesti dari vascular bed, elongasi dari pembul uh yang berhubungan dengan perkembangan varikosa, sinus, atau perubahan struktur pilihan serta disolusi membran basal pembuluh darah. Neovaskularisasi juga meliputi pertunasan atau pertumbuhan endotel ke dalam jaringan sekitarnya, migrasi distal dari endotel menghadap sumber angiogenik dengan mitosis proksimal, proliferasi sel endotel, pembentukan lumen kanalisasi, anastomosis dengan tunas endotel lainnya dan pembentukan simpul, perkembangan sirkulasi serta maturasi dan evolusi saluran-saluran dengan segmen-segmen arteri dan vena Kalangi, 2004. Fase pematangan ditandai dengan berkurangnya jumlah fibroblas secara berkala dan penurunan jumlah pembuluh-pembuluh kapiler. Serabut kolagen mengalami pertambahan jumlah dan menyusun diri sepanjang garis lebar luka. Secara berangsur- angsur luka meningkatkan kekuatan integritasnya terhadap tekanan. Pada fase pematangan ini matriks ekstraseluler sementara yang telah terbentuk pada fase sebelumnya digantikan oleh matriks kolagen dermis Anonim, 2003. Tahap akhir dari persembuhan luka ini merupakan tahap yang hampir bersamaan waktunya dengan tahap granulasi. Komposisi dan struktur matriks ektraseluler yang terbentuk pada masa jaringan granulasi akan terus menerus berubah. Perubahan ini akan bergantung pada waktu setelah terjadi perlukaan dan jarak tepi luka Putriyanda, 2006.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Persembuhan Luka