Perumusan masalah Tujuan penelitian Manfaat penelitian

pada Bulan Mei 2006 Anonim 2006. Dengan demikian, akar penyebab karhutla di Indonesia lebih banyak diakibatkan oleh pembakaran yang dilakukan masyarakat terutama petani. Sadjati 2012 menyebutkan bahwa masyarakat petani masih melakukan kebiasaan membakar dalam penyiapan lahan, karena adanya anggapan bahwa membakar dapat menyuburkan tanah, selain itu resiko dan dampak dari karhutla tidak akan dirasakan oleh masyarakat di pedesaan, karena metode ini adalah metode yang paling cepat, murah dan mudah. Praktek penyiapan lahan yang lebih ramah lingkungan dapat dijumpai pada praktek –praktek penyiapan lahan dengan membakar secara tradisional. Masyarakat Petapahan Riau menerapkan aturan untuk melakukan penjagaan selama pembakaran, serta sanksi apabila api meluas ke lahan orang lain Permana Kurniawan 2001. Contoh lainnya adalah masyarakat Kantu di Kalimantan Barat yang melibatkan upacara ritual dalam tahapan – tahapan penyiapan lahan sehingga tercipta pengawasan secara adat dalam praktek membakar Dove 1988. Permasalahan terjadi saat masyarakat pendatang berusaha meniru pola pembakaran dalam pembersihan lahan namun tidak mengetahui secara lengkap cara dan tahapan yang seharusnya dilakukan dalam penyiapan lahan. Pembakaran dilakukan dengan motivasi memperoleh keuntungan sebesar –besarnya tanpa mengerti aspek bahaya dari praktek tersebut Sudaryanto et al. 1999. Sears et al. 2004 menyebutkan bahwa perilaku seringkali dikaitkan dengan sikap. Praktek penyiapan lahan berkaitan dengan pilihan, sedangkan pilihan dapat berkaitan dengan sikap. Sikap masyarakat pendatang dan lokal terhadap praktek pembakaran yang berbeda akan mempengaruhi praktek yang berbeda juga antara kelompok masyarakat dalam penyiapan lahan.

1.2. Perumusan masalah

Praktek penyiapan lahan dengan membakar oleh masyarakat tradisional dengan aturan –aturan dan urutan langkah tertentu, menjadi suatu kegiatan pengendalian agar pembakaran tidak menjadi kejadian karhutla. Adanya interaksi antara petani lokal dan pendatang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dua arah terutama pada praktek penyiapan lahan. Kondisi seperti ini diindikasikan akan berdampak pada tingkat bahaya karhutla. Masuknya petani pendatang yang lebih modern melalui program transmigrasi ataupun migran spontan, memungkinkan terjadinya pergeseran praktek penyiapan lahan dengan membakar secara tradisional yang dilakukan petani lokal. Penelitian terhadap tata cara praktek penyiapan lahan dengan membakar antara kelompok masyarakat lokal dan tradisional serta pendatang diperlukan untuk dapat melihat bentuk –bentuk praktek pembakaran yang dilakukan oleh masyarakat serta dampaknya terhadap kejadian karhutla. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : 1. Bagaimana praktek–praktek penyiapan lahan dengan membakar yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lokaltradisional dan pendatang? 2. Bagaimana sikap dan perilaku kelompok masyarakat dalam penyiapan lahan dengan membakar? 3. Apa yang melatarbelakangi timbulnya sikap dan perilaku membakar tersebut?

1.3. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Membandingkan praktek–praktek penyiapan lahan dengan membakar oleh kelompok masyarakat pendatang dan tradisionallokal ; 2. Menentukan sikap dan perilaku kelompok masyarakat pendatang dan tradisonallokal dalam penyiapan lahan dengan membakar; 3. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut.

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bentuk- bentuk praktek pembakaran dan dampaknya terhadap kejadian karhutla. Informasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk mencari solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi setiap tahun di Provinsi Jambi maupun di tempat lain. II. LANDASAN TEORI

2.1. Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan dan lahan didefinisikan sebagai kejadian dimana api melahap bahan bakar bervegetasi, yang terjadi di kawasan hutan dan non-hutan yang menjalar secara bebas dan tidak terkendali Syaufina 2008. Di Indonesia istilah inilah yang lebih sering didengar terkait dengan kejadian kebakaran hutan karena kebakaran tidak hanya terjadi di dalam hutan tapi juga di kawasan non- hutan. Saat ini, 70 kebakaran terjadi di lahan non-hutan dan 30 di kawasan hutan Dit. PKH 2010. Faktor penyebab terjadinya karhutla dibagi menjadi faktor alam dan manusia. Di Indonesia, 99 faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh manusia baik disengaja maupun tidak disengaja Sumantri 2007. Kesengajaan dilakukan terutama pada kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan dan alih fungsi lainnya. Dalam beberapa kasus, api juga digunakan dalam konflik lahan, misalnya api digunakan oleh perusahaan untuk mendesak petani pemilik lahan agar menerima ganti rugi dengan harga rendah atau digunakan oleh petani untuk membalas dendam terhadap perusahaan yang merugikan mereka dalam jual beli lahan. Penyiapan lahan dengan membakar yang dilakukan oleh masyarakat dilakukan baik dalam sistem perladangan maupun perkebunan milik masyarakat. Dalam pertan ian atau perladangan, kegiatan “sonor“ yang dilakukan masyarakat Sumatera Selatan dan Lampung, menggunakan api untuk membuka lahan yang akan ditanami padi rawa. Di Jambi, sebagian besar pembukaan perkebunan karet dimulai dengan kegiatan pembersihan lahan dengan cara membakar baik di hutan primer maupun di hutan sekunder yang awalnya digunakan untuk pertanian atau perladangan Junaedi 2010. Kegiatan masyarakat lainnya yang menggunakan api adalah kegiatan perikanan, pencarian kayu dan sumberdaya lahan basah lainnya Chokkalingam et al. 2004. Faktor pemicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia adalah penyimpangan iklim dan adanya sumber energi berupa kayu, gambut dan batubara Sumantri 1997. Perubahan iklim yang menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang, adanya gelombang panas, serta adanya kegiatan manusia yang menyebabkan mengeringnya lahan gambut dan rawa –rawa, misalnya penebangan hutan, pembuatan kanal, serta pembangunan perkebunan dalam skala besar memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Dengan demikian, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dipengaruhi oleh faktor manusia kebiasaan dan ketergantungan serta didorong juga kondisi alami berupa faktor iklim.

2.2. Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan