Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan

Tabel 1 Lanjutan Dampak kebakaran hutan dan lahan Sumber tulisan 2. Bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan mengganggu kehidupan masyarakat lintas negara. Terganggunya transportasi, aktivitas ekonomi, kesehatan dan hubungan politik ASEAN 2003 3. Kualitas udara melampaui batas aman yang ditetapkan WHO hingga 3 kali lipat sepanjang 200 hari dalam setahun. Bisa menyebabkan kematian 15.000 orang, belum termasuk dampaknya terhadap anak –anak, bayi, orang lanjut usia serta manusia dengan tingkat kesehatan yang rentan Marlier et al. 2012

2.3. Pembakaran terkendali controlled burning dan Zero burning

Syaufina 2008 menyatakan bahwa pembakaran terkendali controlled burning adalah penggunaan api secara bijaksana dengan menggunakan teknik tertentu, berdasarkan pengetahuan perilaku api di suatu tempat yang telah ditentukan pada kondisi cuaca yang cocok untuk mencapai hasil tertentu yang telah ditetapkan. Teknik yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pembakaran, bahan bakar, topografi, dan kondisi cuaca agar kerusakan sumberdaya dapat dicegah atau dikurangi. Praktek pembakaran terkendali sudah dilakukan oleh masyarakat tradisional sejak ribuan tahun yang lalu. Saat ini di Indonesia masih terdapat beberapa masyarakat tradisional yang masih melakukan praktek tersebut, misalnya masyarakat Dayak Kenayang Syaufina 2008. Pembakaran terkendali digunakan dalam pemberantasan hama penyakit, membersihkan sampah penebasan dan penebangan, dan memperbaiki kesuburan tanah dengan persyaratan tertentu. Saharjo 1999 menyebutkan bahwa pembakaran terkendali dapat dijadikan alternatif dalam pencegahan kebakaran hutan di hutan Acacia mangium karena dapat digunakan untuk mengurangi bahan bakar. Pembakaran terkendali dapat mengurangi bahaya karhutla dan mengurangi risiko bencana asap. Kebijakan penerapan zero burning merupakan respon terhadap kebakaran besar tahun 19971998. Zero burning didefinisikan sebagai teknik pembersihan lahan dengan membiarkan sisa vegetasi terdekomposisi di dalam lokasi lahan in- situ pembersihan tanpa perlakuan pembakaran. Kebijakan pemberlakuan teknik ini disepakati oleh Menteri Lingkungan Hidup se-ASEAN pada pertemuan yang membahas penanggulangan bencana asap pada Bulan April tahun 1999 ASEAN 2003. Penerapan kebijakan ini dilakukan untuk usaha perkebunan, kehutanan serta sektor lainnya pada sektor usaha komersil, sedangkan untuk masyarakat kecil kemungkinan penggunaan teknik ini sulit dilakukan karena keterbatasan peralatan dan anggaran. Zero burning dilakukan dengan memanfaatkan teknologi mekanis serta perlakuan lainnya yang menggunakan obat –obatan.

2.4. Sikap dan perilaku manusia

Sikap dalam psikologi sosial seringkali dikaitkan dengan proses terjadinya perilaku. Pengertian mengenai sikap sendiri terus berkembang mulai dari penekanan terhadap pentingnya proses belajar aspek kognitif dari masa lalu, motivasi dan emosional masa sekarang, serta teori tiga komponen sikap kognitif, afektif dan perilaku Sears et al. 2004. Azwar 1995 mengemukakan tiga kerangka pemikiran besar dari pengertian sikap yang dibangun mulai tahun 1928, meliputi kerangka pengertian pertama yang diwakili Louis Thorstone, Rensis Likert dan Charles Osgood yang memberikan pengertian bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Pengertian ini menjelaskan bahwa sikap merupakan hal yang mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak. Pemikiran ke dua diwakili oleh Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Allport yang memberikan pengertian tentang sikap yang lebih komplek yang merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara –cara tertentu. Pemikiran ketiga, melalui tokoh Secord dan Backman, yang berorientasi kepada skema triadik triadic scheme yang memberikan pengertian bahwa sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Hal senada disampaikan Walgito 2003 yang menyimpulkan tentang pengertian sikap sebagai organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon dan berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Beberapa pengertian tersebut, menjadi dasar berpikir dalam penelitian ini bahwa sikap dibangun dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif.