Pengaruh strategi resorce base learning terhadap hasil belajar matematika siswa

(1)

Nurul Qomariyah, Pengaruh Strategi Resource Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi resource based learning terhadap hasil belajar matematika siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian the post-test only control design. Populasinya adalah seluruh siswa MTs Al-Ikhlas, Jakarta Selatan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling

dimana sampel akan dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar matematika berbentuk esai sebanyak 8 soal pokok bahasan segi empat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan thitung 2,783 dan ttabel 2,381 pada taraf signifikansi 5% yang berarti thitung > ttabel (2,783 > 2, 381), jadi hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi resource based learning terhadap hasil belajar matematika siswa. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan strategi resource based lerning lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Kata kunci: strategi resource based learning, hasil


(2)

ABSTRACT

Nurul Qomariyah, The Effect of Resource Based Learning Strategy To Students Outcomes In Mathematics. The Paper Of Mathematic Education Department, Faculty of Education And Teaching Science. Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

The purpose of this research is to determine the effect of resource based learning strategy to student outcomes in mathematics. The research method is quasi experiment with post-test only design. Population from this research is all student MTs Al-Ikhlas, South Jakarta for sampling technique use in this research who are purposive sampling in two class, experimental class and control class. Instrument mathematics learning outcomes are 8 essay test at the subject of four side. Data analysis technique used in this research are t-test to test the hypotesys with thitung

2,783 and ttabel 2,381 in taraf signifikansi 5% it’s mean thitung > ttabel (2,783 > 2, 381) and the conclusion of this research is have effect used resource based learning strategy to students outcomes in mathematics. The students who taught with resource based learning strategy have mean score of student mathematics learning outcomes higher than who taught with conventional approach.


(3)

Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, nikmat akal, serta nikmat yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam atas nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa agama islam.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan, pengarahan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Ibu Mafalinda Fatra, M.Pd, selaku ketua jurusan pendidikan matematika

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku sekertaris jurusan pendidikan matematika. 4. Bapak Ali Hamzah dan Ibu Gelar Dwirahayu, selaku pembimbing I dan pembimbing

II penulis yang mau meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan dukungan kepada penulis selama proses bimbingan.

5. Ibu Dra Afidah Mas’ud, selaku penasehat akademik. 6. Seluruh dosen dan staf jurusan pendidikan matematika.

7. Ibu Maimunah, kepala sekolah MTs Al-Ikhlas tempat penulis mengadakan penelitian. 8. Ibu Subhati, selaku Guru pamong kelas VII di kelas yang peneliti gunakan sebagai

sampel penelitian.

9. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10. Adik-adikku tersayang, terutama ina yang mau membantu penulis dalam proses pegetikan skripsi.

11. Teman-teman seperjuangan di matematika angkatan 2005, semoga sukses selalu. 12. Sahabat-sahabatku Liria, Ilah, Fitri, Huda, Bilqis, Indah, Feti. Semoga kita terus

berhubungan baik dan saling silaturahmi walaupun sudah jarang bertemu.

13. Untuk semua orang yang ada dalam kehidupan penulis yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi.


(4)

karena terbatasnya kemampuan penulis.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi bidang ilmu pengetahuan, Amin.

Jakarta, Juli 2010 Penulis

Nurul Qomariyah NIM.105017000473


(5)

LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 7

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

A. Deskripsi Teoretis ... 8

1. Resource Based Learning ... 8

a. Pengertian Resource Based Learning ... 8

b. Manfaat Sumber Belajar ... 9

c. Media Komunikasi Dalam Resource Based Learning .... 10

d. Ciri-ciri dan Jenis Strategi Resource Based Learning .... 11

e. Perbedaan Strategi Resource Based Learning dengan Pembelajaran Konvenvional ... 15

2. Hasil Belajar Matematika ... 17

a. Pengertian Belajar ... 17

b. Pengertian Matematika ... 19


(6)

b. Karakteristik Pendidikan Matematika ... 25

c. Tujuan Pendidikan Matematika ... 26

4. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

B. Kerangka Berpikir ... 28

C. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Metode dan Desain Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data... 34

E. Instrumen Hasil Belajar ... 36

1. Uji Validitas ... 36

2. Uji Reliabilitas ... 37

3. Uji Taraf Kesukaran ... 38

4. Uji Daya Beda ... 38

F. Teknik Analisa Data ... 41

1. Pengujian Prasyarat Analis ... 41

a. Uji Normalitas ... 41

b. Uji Homogenitas ... 42

2. Pengujian Hipotesis ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Data ... 45

1. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen.. 46

2. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 49

B. Pengujian Data ... 51

1. Pengujian Prasyarat Analisis ... 51

a. Uji Normalitas ... 51

b. Uji Homogenitas ... 53

2. Pengujian Hipotesis ... 53

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55


(7)

B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Tabel 2.1 Perbedaan Strategi Resource Based Learning dengan Pembelajaran

Konvensional ... 17

Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik Matematika dan Pendidikan Matematika ... 25

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 32

Tabel 3.2 Desain Kontrol Yang Hanya Menggunakan Postes ... 34

Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas ... 37

Tabel 3.4 Klasfikasi Indeks Kesukaran ... 38

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 39

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 40

Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 45

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen 46 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen 49 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 52

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Konrol ... 52

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 53


(9)

Bagan 2.1 Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran ... 19

Bagan 2.2 Ranah Hasil Belajar ... 22

Bagan 2.3 Teknik Penilaian Dalam Pengukuran ... 24

Bagan 2.4 Kerangka Berfikir Penelitian ... 30

Bagan 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen 48 Bagan 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol .. 50


(10)

Lampiran 1. Desain Pembelajaran Strategi Resource Based Learning ... 63

Lampiran 2. Desain Pembelajaran Strategi Klasikal (Konvensional) ... 68

Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Uji Coba Hasil Belajar Matematika ... 88

Lampiran 4 Tes Uji Coba Hasil Belajar Matematika ... 89

Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Uji Coba Hasil Belajar Matematika ... 91

Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 95

Lampiran 7 Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 96

Lampiran 8 Kunci Jawaban Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 97

Lampiran 9 Uji Validitas ... 99

Lampiran 10 Uji Reliabilitas ... 101

Lampiran 11 Uji Taraf Kesukaran ... 103

Lampiran 12 Uji Daya Beda ... 105

Lampiran 13 Hasil Belajar Matematika Siswa ... 107

Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 108

Lampiran 15 Ukuran Variabilitas Kelas Eksperimen ... 111

Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 114

Lampiran 17 Ukuran Variabilitas Kelas Kontrol ... 117

Lampiran 18. Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 120

Lampiran 19. Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 122

Lampiran 20. Uji Tes Homogenitas ... 124

Lampiran 21. Perhitungan Uji t ... 125

Lampiran 22. Tabel Nilai ”r” Product Moment ... 127

Lampiran 23. Luas Kurva Di Bawah Normal ... 128

Lampiran 24. Distribusi Chi Square (X2) ... 129

Lampiran 25. Nilai Kritis Distribusi F ... 130 Lampiran 26. Nilai Kritis Distribusi t


(11)

A. Latar belakang masalah

Tujuan pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah menciptakan manusia yang cerdas. Dengan pembangunan, Indonesia bisa disejajarkan dengan bangsa-bangsa lain. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia yang cerdas dan terampil.

Dalam buku Anwar1 tercantum pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa, “Pemerintah Negara Indonesia berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kebudayaan nasional, meningkatkan kesejahteraan umum dan pelaksanaan suatu pendidikan nasional”. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan juga untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Selanjutnya, pada buku Made2 terdapat pasal 31 ayat 1 UUD 1945 berbunyi: tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran. Itu berarti semua warga Negara Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan.

Seperti yang terkandung dalam al-qur’an surah Al Mujaadilah ayat 11 berikut:

1

Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Kelembagaan Agama Islam DEPAG, 2003), h. 30 – 31.

2

Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 44


(12)

Artinya:

… Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs al-Mujaadilah: 11)3

Ayat al-qur’an di atas menjelaskan bahwa orang yang berilmu dan berpendidikan memiliki derajat yang tinggi disisi Allah. Oleh karena itu, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, pendidikan sangatlah penting untuk mencerdaskan Bangsa Indonesia, sehingga Negara Indonesia dapat maju dan bisa bersaing dengan negara-negara lain. Sebab itu, pemerintah harus berupaya agar seluruh masyarakat Indonesia memperoleh pendidikan yang layak melalui gerakan wajib belajar guna memenuhi Sumber Daya Manusia (SDM) Negara.

Proses pendidikan pada hakekatnya adalah interaksi yang terjadi antara guru dan murid. Dan pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar yang sering kali terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Menurut Alisuf4 belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Proses perubahan tingkah laku atau proses belajar yang terjadi pada diri individu itu merupakan proses internal psikologis yang tidak dapat diketahui secara nyata.

Terdapat 3 masalah pokok dalam belajar, yaitu: masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar, mengenai bagaimana proses belajar itu berlangsung, dan masalah mengenai hasil belajar. Jadi, belajar merupakan suatu proses yang terjadi pada individu hingga ia memperoleh sesuatu dari proses tersebut.

Matematika adalah kegiatan manusia sehari-hari, oleh karena itu matematika disebut sebagai human activity seperti yang diugkapkan oleh Frudenthal (Gravenmeijer)5 This approach to mathematics educational became known as realistic mathematics education later on. The key idea here is that

3

Al-‘Aliyy, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Diponegoro, 1995), h. 434

4

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 60

5

Gravemeijer, Developing Realistic Mathematics Education, (Culemborg: Tchnipress, 1994), h.13


(13)

student should be given the opportunity to reinvent mathematics under the guidance of an adult.

Dari ungkapan di atas, Frudenthal mengatakan bahwa pembelajaran matematika merupakan aktifitas manusia sehari-hari. Matematika mampu dikaitkan dengan kehidupan nyata, intinya adalah agar siswa bisa memiliki kesempatan untuk mempelajari sendiri matematika di bawah bimbingan guru.

Setiap hari sebenarnya kita melakukan aktifitas yang berunsur matematika, seperti perhitungan jarak ketika sedang berpergian, membeli barang di supermarket, membagi kue ke teman. Semua aktifitas tersebut memiliki unsur matematika. Karena itu peran ilmu matematika sangat penting diterapkan di dalam pendidikan dan menjadi suatu bidang study yang wajib dipelajari oleh para siswa dari tingkat pendidikan TK hingga perguruan tinggi.

Selain sebagai aktifitas sehari-hari, matematika juga merupakan sarana berfikir untuk menumbuh kembangkan pola pikir yang logis, sistematis, objektif, kritis, kreatif, dan rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. Matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan keterampilan otak sehingga harus dilatih dengan metode yang sesuai atau yang cocok dengan kondisi anak. Jadi, matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan sarana berfikir dan keterampilan otak sehingga siswa yang mempelajarinya memerlukan latihan dengan metode yang sesuai dengan kondisi mereka.

Abdurrahman (Alisuf)6 mengemukakan ada 5 alasan pentingnya belajar matematika, karena merupakan: Sarana berfikir jelas dan logis, Sarana untuk memecahkan kehidupan sehari-hari, Sarana mengenal pola-pola hubungan dengan generalisasi pengalaman, Sarana untuk mengembangkan kreatifitas, dan Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari baik di Sekolah Dasar maupun sekolah lanjutan, masih banyak siswa yang menganggap mata pelajaran matematika sebagai pelajaran yang tidak penting untuk dipelajari karena hanya

6


(14)

membuat kepala mereka pusing dengan rumus-rumus rumit yang harus mereka hafalkan apalagi jika ditambah dengan suasana kelas yang menegangkan.

Proses belajar mengajar yang selama ini digunakan oleh guru di sekolah adalah proses belajar mengajar secara konvensional, yaitu pembelajaran klasik yang terpusat pada guru sedangkan murid belajar dengan cara yang hanya datang, duduk, dengar, catat, hapal, ulangan dan lulus.

Menurut Joko Susilo7 sesungguhnya, dalam belajar tidak harus dilakukan dengan duduk diam dan berkonsentrasi penuh. Namun belajar harus disertai dengan kenyamanan serta menyenangkan bagi para peserta didik yang sedang belajar. Untuk itu, belajar dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Ada yang belajar dengan mendengarkan musik, menonton Tv, belajar dengan ngemil, bahkan ada juga yang dengan model sistem kebut semalam.

Belajar matematika pun juga memerlukan kenyamanan dan menyenangkan ketika siswa dalam proses belajar, sehingga mata pelajaran yang sering dianggap sulit dan menyeramkan itu pada akhirnya mampu membuat siswa tertarik mempelajarinya dan akan mencapai prestasi belajar yang memuaskan sesuai dengan tujuan belajar mengajar matematika. Cara belajar yang kaku dan hanya terpaku pada buku paket sekolah dan guru dapat diperbaiki dengan cara menerapkan metode pembelajaran yang dapat membangun SDM berkualitas. Salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat di aplikasikan melalui strategi resources based learning.

Menurut Suryobroto8 Resource based learning adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa tentang luas dan keanekaragaman sumber-sumber informasi tersebut berupa buku, jurnal, surat kabar, multi media dan sebagainya. Memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber belajar diharapkan peserta didik dengan mudah dapat memahami konsep materi pembelajaran.

7

M. Joko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, (Yogyakarta: PINUS, 2006), h. 7

8

B Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 215


(15)

Resources based learning merupakan salah satu strategi penerapan paradigma konstruktivisme. Dalam paradigma pendidikan tradisional, guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar. Dalam paradigma pendidikan modern, tidak lagi demikian. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber lain tidak hanya guru. Apalagi dalam era informasi saat ini, informasi tersedia dimana-mana dalam berbagai bentuk dan jenis mulai dari bentuk cetak, non-cetak, bahkan sumber belajar dari manusia itu sendiri.

Strategi resource based learning lebih berpusat pada siswa (student centered learning) yang memungkinkan siswa dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri, dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator. Segala sesuatu yang kita temui dapat digunakan sebagai sumber belajar matematika. Dalam proses pengumpulan informasi siswa akan membaca, mendengar, menyentuh, atau melihat sendiri sumber informasi tersebut. selama proses tesebut, mereka akan mengembangkan metode untuk menangkap informasi penting tersebut. Bisa saja dengan cara mencatat pada kartu catatan, atau dalam bagan atau mungkin juga mereka membuat salinan (copy) dari buku, koran, dll.

Keaktifan siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan strategi

resource based learning diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar. Prestasi adalah hasil yang dicapai. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Strategi resource based learning akan membuat siswa mengembangkan sikap positif dan keterampilan yang sangat berguna bagi dirinya dalam era informasi yang sedang dan akan dihadapinya kelak. Jadi, pada akhirnya resource based learning dapat membekali keterampilan hidup bagi siswa dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi mereka dalam belajar matematika.

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis mencoba mengangkat permasalahan sumber belajar tersebut ke dalam skripsi dengan judul, “Pengaruh strategi Resource Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.


(16)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa belajar matematika tidak harus terpaku hanya kepada guru dan buku saja. Namun belajar matematika dapat dilakukan dengan banyak cara melalui berbagai sumber (resource based learning), maka penulis mencoba mengidentifikasi beberapa masalah, antara lain:

1. Sumber yang dipakai dalam pembelajaran masih terbatas. 2. Guru lebih mendominasi pembelajaran di dalam kelas.

3. Cara belajar kaku dan hanya terpaku pada buku paket dan guru 4. Proses belajar mengajar yang klasik dan membosankan

5. Hasil belajar matematika yang tergolong rendah

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis memberi pembatasan masalah pada:

1. Hasil belajar yang penulis ambil dalam penelitian ini hanya dibatasi pada hasil postes (instrumen prestasi belajar matematika).

2. Sumber-sumber yang penulis gunakan dalam penelitian strategi resource based learning hanya terbatas pada hasil pencarian dari internet dan buku perpustakaan.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalahnya ialah: Apakah strategi resource based learning

memiliki pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian yang akan penulis lakukan adalah:

1. Penulis ingin mengetahui pengaruh penggunaan strategi resource based learning terhadap hasil belajar matematika siswa.

2. Penulis ingin memperkenalkan kepada siswa tentang proses pembelajaran dengan menggunakan strategi resource based learning.


(17)

F. Manfaat Hasil Penelitian.

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk:

1. Para guru sebagai referensi dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi resource based learning.

2. Para siswa agar memanfaatkan berbagai sumber didalam belajar, terutama mata pelajaran matematika.


(18)

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritis

1. Resource Based Learning

a. Pengertian Resource Based Learning

Menurut Sri Widawati (Suryobroto)1 resource based learning adalah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan sesuatu atau sejumlah individu atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang berkaitan dengan itu, bukan dengan cara konvensional dimana guru menyampaikan beban pelajaran kepada murid.

Menurut Baswick (Suryobroto)2 pembelajaran berdasarkan sumber “resource based learning” melibatkan keikutsertaan secara aktif dengan berbagai sumber (orang, buku, jurnal, suratkabar, multi media, web dan masyarakat), dimana siswa akan termotivasi untuk belajar dengan berusaha meneruskan informasi sebanyak mungkin.

Menurut Evaline3 sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, sumber belajar semakin lama semakin bertambah banyak jenisnya sehingga memungkinkan siswa dapat belajar mandiri secara lebih baik.

Menurut Seels & Richey (Agusnadi)4 sumber belajar adalah manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak ke bentuk bahan pembelajaran dan dapat dikategorikan menjadi 4 jenis teknologi yaitu cetak, audiovisual, komputer, dan terpadu.

Dari berbagai pendapat di atas tentang resource based learning penulis berkesimpulan bahwa resource based learning adalah bentuk belajar yang

1

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah…, h. 215

2

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah…, h. 216

3

Eveline Siregar, Pengembangan Belajar Berbasis Sumber, dari

www.teknologipendidikan.net, 11 Februari 2008.

4

Agusnadi, Sumber Belajar dan Manfaatnya Dalam Pembelajaran, dari

www.centralischool.ac, 19 Februari 2009.


(19)

melibatkan berbagai macam sumber belajar seperti (orang, buku, surat kabar, web, teknik dan pengalaman) agar para siswa dapat belajar secara aktif.

Banyak sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam pengajaran dengan menggunakan strategi bukan hanya guru yang merupakan satu-satunya sumber belajar selain itu murid juga tidak hanya dapat belajar di dalam kelas, tapi mereka juga bisa di laboratorium, perpustakaan dan bahkan di luar sekolah.

Pembelajaran dengan menggunakan strategi resource based learning

membuat guru memiliki berbagai macam peran. Ada kalanya ia memberi penjelasan kepada siswa secara keseluruhan dan dilain waktu guru dapat bertindak sebagai pemimpin diskusi kelompok apabila para siswa belajar secara individual, guru dapat bertindak sebagai penasihat, sumber informasi, pengawas, fasilitator, dan sebagainya.

Guru bertanggung jawab atas hasil anak didiknya secara keseluruhan oleh karena itu guru harus selalu memantau dalam setiap langkah proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, penentuan dan mengumpulkan sumber-sumber informasi, memberi motivasi dan mamberi bantuan kepada siswa apabila diperlukan.

b. Manfaat Sumber Belajar

Pembelajaran dengan menggunakan strategi resource based learning

memiliki beberapa manfaat bagi perkembangan siswa dalam belajar. Menurut Dorrell (Agusnadi)5 keuntungan belajar berbasis sumber, antara lain:

(1) Memungkinkan untuk menemukan bakat terpendam pada diri seseorang yang selama ini tidak tampak. Tidak saja pada masa sekolah, tapi perkembangan terus berlanjut sepanjang hidup, memungkinkan perluasan wawasan dan arahan.

(2) Memungkinkan pembelajaran berlangsung terus menerus dan belajar menjadi mudah diserap dan lebih siap diterapkan. Ketrampilan dan pengetahuan meningkat secara bersamaan, dan

(3) Seseorang dapat belajar sesuai dengan kecepatannya, sesuai waktunya

5

Agusnadi, Sumber Belajar dan Manfaatnya Dalam Pembelajaran, dari


(20)

sendiri dan waktu kerja, tanpa rasa takut akan persaingan, atau adanya orang lain yang mengawasi.

Berkenaan dengan keuntungan belajar berbasis aneka sumber atau

resource based learning dalam belajar yang telah dikemukakan oleh Dorrel di atas, Dorrel mengutip pernyataan Alan Mumford (Agusnadi)6 bahwa manfaat belajar berbasis aneka sumber adalah: (1) dapat meningkatkan kemampuan belajar, (2) dapat meningkatkan motivasi belajar, (3) dapat menumbuhkan kesempatan belajar yang baru, (3) dapat mengurangi ketergantungan pada atasan dan guru, (4) dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan baru ketika proses belajar.

Dari berbagai pernyataan di atas tentang manfaat belajar dengan menggunakan strategi resource based learning dapat disimpulkan bahwa manfaat belajar dengan menggunakan strategi resource based learning adalah untuk melatih siswa belajar mandiri dan bertanggung jawab dengan pelajaran yang sedang mereka pelajari.

c. Media Komunikasi Dalam Resource Based Learning

Perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Dari buku yang ditulis kemudian lahirlah buku-buku yang dicetak. Alat cetak pertama kali ditemukan oleh Gutenberg pada abad kelima belas. Kemampuan membuat kertas secara cepat dengan alat yang canggih tersebut membawa revolusi dalam media komunikasi dengan diterbitkannya surat kabar dan majalah dalam jumlah jutaan tiap hari.

Komputer juga mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan media komunikasi, komputer membuka kesempatan yang tak terbatas untuk menyimpan data dan digunakan setiap waktu jika diperlukan. Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan komputer dalam media komunikasi bagi pendidikan.

6

Agusnadi, Sumber Belajar dan Manfaatnya Dalam Pembelajaran, dari


(21)

Sewaktu gambar hidup ditemukan oleh Thomas Alfa Edison pada tahun 1913 dalam buku Nasution7 dijelaskan bahwa buku-buku segera akan digantikan oleh gambar hidup dan seluruh pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui pendengaran akan tetapi melalui penglihatan, contohnya pada materi segitiga dan segiempat, siswa dapat melihat dengan jelas proses pembuatan bangun segitiga secara terperinci dalam media komputer.

Di Amerika Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan disamping guru, buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk memperbaiki proses belajar.

Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem solving” tentang pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan mengajar itu. Untuk itu, perlu dilaksanakannya strategi pembelajaran yang memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia secara maksimal, yaitu dengan menjalankan strategi resource based learning.

d. Ciri-ciri dan Jenis Strategi Resource Based Learning

Sumber pembelajaran berdasarkan sifat dasarnya dibagi menjadi 2, yaitu: Sumber insani (guru, sastrawan, tokoh masyarakat, tutor sebaya, dsb) dan Sumber non-insani (buku, majalah, surat kabar, radio tv, internet, dsb). Kedua sumber tersebut memiliki pengaruh yang sama besar dalam perkembangan pendidikan. Sebab itu, pembelajaran dengan menggunakan berbagai sumber sangatlah penting. Berikut ini akan dijelaskan ciri-ciri belajar dengan menggunakan strategi

Resource Based Learning.

Menurut Nasution8 ciri-ciri belajar berdasarkan sumber (Resource Based Learning):

7

S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 20

8


(22)

1) Memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran.

2) Memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.

3) Berhasrat untuk mengganti pasifitas murid dalam belajar tradisional dengan belajar aktif.

4) Berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai sumber.

5) Memberi kesempatan kepada murid untuk belajar menurut kecepatan dan kesanggupan mereka masing-masing.

6) Lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar.

7) Berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri sendiri dalam hal belajar yang memungkinkannya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya. Jadi, berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, belajar berdasarkan sumber (resource based learning) merupakan suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan sepenuhnya segala sumber belajar termasuk alat-alat audio-visual serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bisa belajar sesuai dengan kepintaran mereka masing-masing agar mereka dapat belajar secara aktif.

Penggunakan strategi resource based learning perlu adanya perencanaan kegiatan belajar dan pertimbangan sumber-sumber yang tersedia di sekolah agar bisa memotivasi minat dan keterlibatan diri siswa dalam proses pembelajaran. Untuk itu, apa yang dipelajari dengan sumber-sumber tersebut harus memiliki makna pembelajaran agar kepercayaan diri siswa terhadap belajar dapat terus berkembang.

Strategi resource based learning dipakai dalam pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan dalam melaksanakan tugas apa saja berdasarkan teknik, pemecahan masalah, percobaan dan penelitian, tergantung kepada keputusan guru serta kemungkinan yang ada dalam rangka kurikulum yang berlaku disekolah itu.

Sumber pembelajaran juga banyak jenisnya. Jenis sumber pembelajaran Menurut Association of Education Communication Technologi (AECT) dalam


(23)

Agusnadi9 meliputi semua sumber yang dapat digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan sebagai fasilitas belajar, sumber tersebut terdiri dari:

Pertama: Message/Pesan, Informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data, termasuk disini bahan pelajaran yang dituangkan dalam buku. Contohnya adalah ketika siswa belajar tentang materi segitiga dan segiempat guru meminta siswa untuk menyebutkan benda apa saja yang ada disekitar mereka yang berbentuk segitiga dan persegi.

Kedua: People/narasumber, Manusia yang bertindak sebagai penyaji pesan. Contohnya adalah guru memberi masukan dan membantu siswa mengenai materi segitiga dan persegi yang masih belum bisa mereka mengerti dengan baik. Ketiga: Materials/bahan, Perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat (tranparansi, slide, film, audio, vidio, modul, majalah, buku, dan sebaginya). Contohnya guru menjelaskan bagian-bagian serta sifat-sifat segitiga dan persegi dengan menggunakan media power point.

Keempat: Device/alat, Suatu perangkat keras yang digunakan untuk menyempaikan pesan yang tersimpan dalam bahan (OHP, tape recorder, pesawat radio, dan sebagainya). Contohnya guru meminta siswa membuat bentuk bangun datar dari karton.

Kelima: Technique/teknik, Acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan pesan. Contohnya guru mengajak siswa belajar ke tempat yang bisa memperkenalkan mereka dengan bentuk bangun datar secara luas.

Keenam: Setting/lingkungan, Suasana sekitar dimana pembelajaran disampaikan. Lingkungan belajar dibagi menjadi dua: yaitu: Lingkungan fisik dan lingkungan non-fisik. Lingkungan fisik terdiri dari ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan non-fisik terdiri dari iklim belajar, tenang, ramai, lelah, dan sebagainya.

9

Agusnadi, Sumber Belajar dan Manfaatnya Dalam Pembelajaran, dari


(24)

Dari contoh-contoh di atas, belajar matematika dengan menggunakan sumber pembelajaran akan terlihat lebih menarik dan tidak membosankan sehingga memacu siswa untuk terus berprestasi dalan pelajaran matematika.

Menurut Nasution10 dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi Resource based learning perlu diperhatikan hal-hal berikut: (a). Pengetahuan yang ada.

Guru harus mengetahui tentang latar belakang murid dan pengetahuan murid tentang materi pelajaran.

(b). Tujuan pelajaran.

Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapai dengan pelajaran itu. Tujuan ini turut menentukan metode yang akan digunakan oleh guru.

(c). Memilih metodologi.

Metode pengajaran banyak ditentukan oleh tujuan. Bila topik yang dihadapi itu luas seperti dalam pengajaran unit, berbagai metode akan perlu digunakan. Biasanya metode-metode itu mengandung unsur seperti berikut:

a) Uraian tentang apa yang akan dipelajari. b) Diskusi dan pertukaran pikiran.

c) Kegiatan-kegiatan yang manggunakan media. d) Kegiatan-kegiatan dalam lingkungan sekolah.

Dalam berbagai kegiatan itu murid-murid berlatih untuk mengadakan observasi yang sistematis, membuat catatan, dan membuat laporan tertulis. (d). Koleksi dan penyediaan bahan.

Harus diketahui bahan dan alat yang dimiliki oleh sekolah. Bahan dapat pula dipinjam, seperti buku-buku perpustakaan. Sumber-sumber diluar sekolah juga dapat dimanfaatkan bila diperlukan.

(e). Penyediaan tempat.

Segala kegiatan harus dilakukan dalam ruangan tertentu. Ruangan sering merupakan suatu kesulitan dalam melaksanakan pelajaran yang memerlukan

10


(25)

berbagai fasilitas dan kegiatan yang berbagai macam.

Guru harus mengetahui latar belakang serta pengetahuan murid tentang materi pelajaran matematika yang akan diajarkan. Guru juga harus merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapai dengan pelajaran itu. Setelah itu guru baru bisa menentukan metode apa yang akan digunakan.

Menurut Handymom11 proses pembelajaran dengan strategi resource based learning mendorong siswa untuk bisa bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri dan dapat melatih kemandirian belajar sehingga pembelajaran dapat lebih tertanam dalam dirinya karena ia sendiri secara pribadi yang menemukan dan membangun pemahaman.

Chaeruman12 menjelaskan ada serangkaian proses yang harus dilakukan siswa dengan panduan, bimbingan dan arahan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan sumber, yaitu: Mengidentififkasi pertanyaan atau permasalahan yang ditemui, Merencanakan cara mencari informasi, Mengumpulkan informasi, Menggunakan Informasi, Membuat informasi mudah difahami kemudian langkah terakhir adalah evaluasi. Jika siswa dapat seluruhnya melakukan aktifitas tersebut, maka siswa akan lebih aktif belajar dengan kemampuan mereka masing-masing dalam mencari sumber informasi yang dibutuhkan.

e. Perbedaan Strategi Resource Based Learning Dengan Pembelajaran Konvensional.

Jika dahulu diutamakan soal mengajar, maka akhir-akhir ini ditonjolkan soal belajar, selain itu diketahui bahwa belajar akan lebih berhasil bila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Sedangkan pembelajaran konvensional yang dimaksud disini adalah pembelajaran secara klasikal, seperti yang biasa kita lihat sehari-hari disetiap sekolah pada umumnya. Pada pembelajaran ini guru mengajar sejumlah siswa dikelas dan setiap siswa diharuskan memiliki kecepatan belajar yang sama dan proses pembelajaran

11

Handymom, Belajar Berbasis Aneka Sumber, dari www.teknologipendidikan.com, 9 Juli 2009

12

Uwes A. Chaeruman, Tips Melaksanakan Resource Based Learning, dari


(26)

berpusat pada guru.

Oleh sebab itu, banyak kegagalan dan frustasi yang dialami oleh anak-anak. Pengaruhnya terhadap anak itu sendiri dapat dirasakan dengan rasa malas belajar, benci terhadap pelajaran, merasa terpaksa ke sekolah, rasa rendah diri dan berbagai efek negatif lainnya.

Beberapa karakteristik dalam pembelajaran konvensional antara lain menyandarkan kepada hafalan, pemilihan informasi ditentukan oleh guru, cenderung pada satu bidang tertentu, memberikan sekumpulan informasi pada siswa tanpa menindak lanjuti apakah siswa tersebut paham atau tidak.

Butuh informasi yang beraneka ragam dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran strategi resource based learning. Dalam buku Made Wena13 dijelaskan jika beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketersediaan sumber belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Tanpa adanya sumber belajar yang memadai amat suli bagi seorang guru untuk melaksanakan proses pembelajaran.

Salah satu usaha untuk membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan resource based learning. Cara belajar ini memberi kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhannya. Ia bebas pula belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya.

Menurut B Suryobroto14 belajar dengan resource based learning

merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan siswa agar dapat memecahkan masalah sehingga pengalamannya dapat berkembang dan memungkinkan untuk mencipta, menggabungkan, menyusun unsur-unsur yang ada menjadi sesuatu hal yang baru dan menjadi satu kesatuan dan kemungkinan adanya beberapa bentuk jawaban yang di dapat.

Tabel di bawah adalah beberapa perbedaan pembelajaran secara konvensional dengan pembelajaran yang menggunakan strategi resource based learning.

13

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif dan Kotemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 15

14

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), cet. 2, h. 221


(27)

Tabel 2.1

Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan Strategi Resource Based Learning

Pembelajaran Konvensional Strategi resource based learning 1. Siswa duduk, catat, dengar, dan hafal 1. Siswa dilibatkan secara aktif 2. Sumber informasi hanya guru 2. Sumber informasi selain guru

adalah internet dan lingkungan sekolah.

3. Siswa tidak dituntut untuk menemukan konsep

3. Siswa dituntut untuk menemukan konsep

4. Metode yang digunakan oleh guru adalah ekspositori

4. pemanfaatan metode lain dengan kebutuhan materi pembelajaran. 5. Suasana kelas membosankan 5. Suasana belajar jadi hidup 6. Materi Pembelajaran banyak dan

berat

6. Materi pembelajaran disederhanakan

7. Banyak waktu yang terbuang 7. Penggunaan waktu se-efektif mungkin

Karena itu, jika guru ingin meningkatkan hasil belajar siswa maka banyaknya sumber belajar sangat penting bagi perkembangan pembelajaran dan keaktifan siswa.

2. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktifitas yang biasa dilakukan oleh semua orang dari segala umur. Mulai dari lahir, kita sudah mengalami yang namanya suatu proses belajar, belajar makan, belajar minum, belajar berdiri, belajar berjalan, belajar mengenal lingkungan sekitar, dan hingga dewasa manusia terus mengalami suatu proses belajar.

Belajar secara umum yang bisa dilakukan dimana dan kapan saja itu disebut sebagai belajar non-formal, sedangkan belajar yang dilakukan di sekolah


(28)

dan perguruan tinggi disebut belajar formal, dimana ada strategi, metode, rencana dan materi khusus yang akan disampaikan oleh guru.

Menurut teori konstruktivisme (Sardiman)15 belajar adalah kegiatan yang aktif dimana siswa belajar membangun sendiri pengetahuannya. Dan belajar itu sendiri pasti memiliki tujuan-tujuan, tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari oleh orang yang belajar ada juga yang tidak memahami betapa pentingnya belajar. Menurut Alisuf Sabri16 tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu.

Menurut Cronbach (Sumadi)17 didalam bukunya yang berjudul Education Psychology menyatakan bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah mengalami dan dalam mengalami itu siswa mempergunakan panca inderanya. Morgan, Gagne, Samuel Soejitu dan H.C Witherington adalah beberapa ahli yang mendefinisikan belajar dengan menitikberatkan pada perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau proses aktifitas siswa.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas penulis menarik kesimpulan bahwa belajar adalah kegiatan aktif yang membangun pengetahuan siswa dengan mempergunakan panca inderanya hingga menghasilkan perubahan tingkah laku. Kegiatan belajar harus ada 4 kondisi yang fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:

a) Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu.

b) Suatu perangsangan atau isyarat tertentu sebagai signal/ tanda materi yang akan dipelajari.

c) Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau perubahan fisiologis. d) Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.

Menurut Alisuf Sabri18 keempat kondisi fundamental dalam kegiatan belajar tersebut sekarang sudah harus menjadi dasar orientasi didaktis guru dalam

15

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 38

16

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 58

17

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.231

18


(29)

mengola kegiatan belajar mengajar. Belajar sebagai proses atau aktifitas yang disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut adalah: Faktor yang berasal dari luar pelajar (Ekstern), yaitu: faktor sosial dan faktor non-sosial, dan Faktor yang berasal dari dalam pelajar (Intern), yaitu: Faktor Fisiologis dan Faktor Psikologis.

Gagne (Joko)19 menjelaskan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu: Kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Kompenen tersebut dijelaskan dalam bagan berikut:

Berinteraksi dengan

Bagan 2.1 Keadaan internal

dan proses kognitif siswa

Stimulus dari lingkungan

Hasil Belajar Informasi verbal Keterampilan intelek Keterampilan motorik Sikap

Siasat kognitif

Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran

Belajar mencakup semua aspek mental psikologis manusia. Belajar menghasilkan perubahan perilaku baik positif maupun negatif. Ciri-ciri kegiatan yang disebut belajar ialah:

1) Belajar menghasilkan perbuatan tingkah laku pada diri orang yang belajar baik secara aktual maupun potensial.

2) Perubahan itu merupakan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif menetap.

b. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematike, asal kata mathema

yang berarti pengetahuan atau ilmu. Secara etimologi yaitu ilmu pengetahuan

19

M. Joko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, (Yogyakarta: PINUS, 2006), h. 26-27


(30)

yang diperoleh dengan bernalar.

Wikipedia20 dijelaskan seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan.

Menurut Jhonson dan Myklebus (Andi)21 Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir.

Matematika dalam pengajaran prakstisnya, seperti yang telah dialami dan diamati mengikuti perkembangan psikologi siswa yaitu dimulai dari yang simpel, konkrit menuju yang kompleks dan yang abstrak.

Pembatasan pengertian matematika diatas tidak tunggal, masih banyak ilmuan yang mengartikan dan mendefinikannya namun simpulannya bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan eksak yakni mengandung informasi tenang objek tertentu dalam dimensi-dimensi pengukuran dan terdiri dari pengetahuan numerik, penalaran logika, serta aturan-aturan yang sistematis.

Penulis menyimpulkan pengertian matematika adalah ilmu pengetahuan yang menitik beratkan pada daya berfikir atau bernalar.

c. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Menurut Mulyono Abdurrahman22, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Pengertian tersebut senada

20

Wikipedia Bahasa Indonesia, Matematika, dalam http://wikipedia.org/wiki/matematika, copyright 29 Juli 2010

21

Andi Nasution, Landasan Matematika, (Jakarta: Bantara Karya Aksara, 1980), h. 26

22

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet.II, h. 37.


(31)

dengan pendapat Nana Sudjana23 yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Gagne (Sudjana)24 membagi lima kategori hasil belajar, yakni :

1. Informasi verbal, yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis.

2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol

3. Strategi kognitif (cognitive strategy), orang yang memiliki kemampuan ini dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berpikir.

4. Keterampilan motoris, orang yang memiliki keterampilan motoris, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.

5. Sikap, merupakan kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap yang jelas, mampu untuk memilih secara tegas di antara beberapa kemungkinan.

Sementara itu, menurut revisi Benjamin S. Bloom ranah hasil belajar, yaitu:

• Mengingat : Mengingat kembali informasi • Memahami : Menjelaskan ide atau konsep

• Menerapkan : Menerapkan informasi pada situasi yang berbeda

• Menganalisis : Menguraikan informasi ke dalam bagian lebih rinci, terkait satu dengan yang lain dan dapat dipahami.

23

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.XIII, h. 22.

24


(32)

• Mengevaluasi :Menetapkan keputusan dari hasil penilaian atau penghitungan atau melalui beberapa tahap pengujian.

• Berkreasi : Merumuskan ide baru, produk, atau cara memandang sesuatu.

Dari ranah hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dapat disajikan melalui bagan di bawah ini:

Bagan 2.2 Ranah Hasil Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, ketercapaian hasil belajar dapat dikategorikan menjadi beberapa kriteria, yaitu:25

a) Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b) Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c) Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.

25

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006), Cet.III, h. 107.


(33)

d) Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Menurut Nasution (Sunartombs)26 tujuan hasil belajar bagi siswa yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa dalam belajar.

Tes hasil belajar matematika yang sering kali digunakan disekolah- sekolah biasanya tes tersebut adalah buatan guru itu sendiri (teacher made test). Tes yang dibuat oleh guru ini digunakan untuk menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian hasil belajar.

Membuat tes hasil belajar dibagi menjadi dua bentuk:

1) Tes Subjektif, yang pada umumnya tes ini berbentuk uraian. Tes bentuk uraian adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.

Soal-soal bentuk uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5 – 10 buah. Soal uraian ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi dan menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.

2) Tes Objektif, yang pada umumnya tes ini berbentuk pilihan ganda (multiple choice). Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelamahan dari tes bentuk esai.

Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari pada tes bentuk uraian, dan biasanya tes ini berjumlah sekitar 30 – 40 soal.

Dalam buku Mudjijo27 proses penilaian hasil belajar harus ada pengukuran nilai untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penilaian. Dengan demikian, pengukuran dengan sifatnya yang lebih objektif dapat mendukung objektivitas suatu proses penilaian hasil belajar.

26

Sunartombs, Pengertian Prestasi Belajar, dari www.sunartombs.wordperss.com, 5 Januari 2009

27


(34)

Pengukuran

Non-Pengukuran

Tes hasil belajar

Teknik non-tes Penilaian

Bagan 2.3

Teknik Penilaian Dalam Pengukuran

Jadi, dari kesuluruhan pembahasan materi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh para siswa melalui learning process atau proses belajar dalam bidang pelajaran matematika.

3. Matematika Sekolah

a. Pengertian Matematika Sekolah

Menurut Sri Anitah28 matematika sekolah adalah matematika yang umumnya diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi tidak di jenjang perguruan tinggi.

Matematika sekolah jelas berkaitan dengan anak didik yang menjalani proses perkembangan kognitif dan emosional. Secara khusus dapat dikatakan bahwa dalam matematika sekolah perlu memperhatikan aspek teori psikolgi khususnya teori psikologi perkembangan. Mereka memerlukan tahapan belajar sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya masing-masing.

Oleh karena itu, penulis berkesimpulan bahwa matematika sekolah merupakan pembelajaran matematika yang diajarkan di sekolah-sekolah dan berkaitan dengan anak didik yang sedang menjalani proses belajar sesuai dengan tahapan-tahapan belajar yang ada di jenjang sekolah.

28

Sri Anitah, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 723


(35)

b. Karakteristik Pendidikan Matematika

Seorang guru matematika harus berusaha untuk “mengurangi” sifat keabstrakan objek matematika sehingga memudahkan siswa dalam menangkap pelajaran matematika di sekolah. Dengan demikian seorang guru matematika dalam menerangkan fakta, konsep, skill/keterampilan, dan prinsip harus menyesuaikan perkembangan penalaran siswa agar terlihat konkret.

Matematika dan matematika sekolah memiliki persamaan dan perbedaan. Berikut ini akan diungkapkan tentang karakteristik matematika sekolah namun tidak lepas dari karakteristik matematika itu sendiri. Adapun karakteristik matematika dan pendidikan matematika adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Perbedaan Karakteristik Matematika dan Pendidikan Matematika Karakteristik Matematika Karakteristik Pendidikan

Matematika

1. Memiliki objek kajian abstrak 1. Memiliki objek kajian konkret dan abstrak

2. Pola pikirnya deduktif 2. Pola pikirnya induktif dan deduktif 3. Kebenaran Konsistensi 3. Kebenaran konsistensi dan korelasi 4. Bertumpu pada kesepakatan 4. Bertumpu pada kesepakatan

5. Memiliki symbol kosong dari arti (tentu sebelum masuk semesta tertentu).

5. Memiliki symbol kosong dari arti dan juga berarti

6. Taat kepada semestanya (Universe) 6.Untuk membedakan tingkat sekolah

Dari tabel di atas jelas terlihat perbedaan antara karakteristik matematika dan pendidikan matematika, jika karakteristik matematika objek keseluruhannya abstrak dan universal maka pendidikan matematika objek penelitiannya ada yang konkret dan materi yang diberikan sesuai dengan tingkat sekolah.


(36)

Mungkin dengan mengaitkan materi yang akan disampaikan dengan realita disekitar siswa atau disesuaikan dengan pemakaiannya. Jadi, penyajiannya sering kali tidak langsung berupa materi-materi matematika. Contohnya ketika guru mengajar tentang bentuk jajar genjang, guru memberikan gambaran tentang bentuknya, lalu melipat setiap sisi jajar genjang kemudian guru meminta siswa memberikan definisi tentang jajar genjang, dan itu tidak mustahil jika para siswa memiliki definisi yang berbeda.

Jadi, sebelum guru memberikan pengertian tentang jajar genjang secara simbolik, perlu adanya realita yang dapat dilihat dan dimengerti secara langsung oleh siswa. Dengan memutar atau meliat sisi-sisi jajar genjang, maka siswa mudah melihat ada sudut yang ukurannya sama, ada diagonal yang berpotongannya ditengah dan ada sisi yang sejajar dan sama panjang. Dari hasil aktivitas itu akan ditemukan beberapa sifat penting yang dimiliki jajar genjang.

Menyajikan pelajaran matematika di SD dan di SMP, masih memerlukan contoh bahkan jika memungkinkan berupa benda konkret. Dari contoh-contoh tersebut ditentukan hal-hal atau sifat khusus selanjutnya menuju hal yang bersifat umum. Kesimpulan tersebut dapat berupa definisi atau teorema yang diangkat berdasarkan contoh-contoh tersebut.

c. Tujuan Pendidikan Matematika

Tujuan pendidikan matematika yang dimaksudkan adalah tujuan pembelajaran matematika yang secara umum diajarkan di sekolah. Dari kurikulum 2004 (Depdiknas Jakarta, 2003) disebutkan tujuan pembelajaran matematika adalah: Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi dan intuisi, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan.

Penulis ingin pula mengtahui indikator kepintaran siswa kelas tujuh dalam pendidikan matematika, karena kelas yang akan penulis jadikan sampel dalam penelitian nanti adalah siswa-siswa kelas tujuh.


(37)

Indikator kemahiran untuk kelas VII adalah:29

1. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis dengan symbol dan diagram.

2. Menjelaskan langkah atau memberikan alasan hasil penyelesaian soal. 3. Menerapkan konsep secara alogaritma.

4. Melakukan kegiatan simulasi dan peragaan untuk media pemecahan masalah.

5. Menentukan persyaratan yang diperlukan dalam memecahkan masalah. 6. Memeriksa kesesuaian hasil penyelesaian yang diharapkan.

7. Memilih pendekatan atau srategi yang cocok untuk menyelesaikan masalah.

8. Menafsirkan jawaban yang diperoleh.

9. Menunjukkan rasa ingin tahu dan perhatian dalam belajar matematika. 10. Menunjukkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah. Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), khususnya kelas tujuh masih bertumpu kepada hal-hal yang kongkrit namun juga mengasah kemampuan siswa untuk bernalar dan kreatif.

Berikut ini adalah contoh penerapan strategi resource based learning

dalam materi segi empat:

Hal yang pertama harus dilakukan guru adalah memberi pertanyaan kepada siswa mengenai bentuk segi empat dan pertanyaan-pertanyaan tersebut harus relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ini dilakukan untuk mencari tahu pengetahuan awal siswa tentang segi empat. Misalnya guru bertanya: bentuk segi empat apa saja yang kalian ketahui? Coba sebutkan benda apa saja yang memiliki bentuk segi empat!

Selanjutnya, guru bertanya kepada siswa tentang manfaat belajar materi segi empat, setelah mereka dapat mengidentifikasi manfaat belajar segi empat lalu guru meminta siswa mencari informasi materi segi empat dari berbagai sumber

29


(38)

seperti membaca buku, searcing di web, atau bertanya kepada orang yang lebih pintar atau lebih ahli.

Setelah siswa mengumpulkan informasi materi segi empat, hasil informasi tersebut disajikan kepada teman-teman sekelasnya dengan cara mereka sendiri, setelah itu langkah terakhir adalah evaluasi untuk mengukur keberhasilan proses belajar mereka.

4. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Murdiyanto (2006) yang berjudul ”Penerapan Model

Resource Based Learning Dalam Pembelajaran Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta”, diketahui bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan pengajaran dengan menggunakan model resource based learning lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol pada pokok bahasan lingkaran.30

Penelitian Muhammad Zaki Amrulloh (2010) yang berjudul ”Eksperimentasi Metode Resource Based Learning Terhadap Prestasi Santri”, menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata hasil prestasi belajar santri yang menggunakan pembelajaran resource based learning lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar santri yang menggunakan pembelajaran konvensional.31

B. Kerangka Berfikir

Dalam pengajaran klasikal anak yang lambat dan berbakat boleh dikatakan tidak mendapat perhatian yang selayaknya, selain itu ternyata ciri-ciri kepribadian anak mempengaruhi hasil belajar dan kegiatan anak belajar yang berkaitan dengan gaya mengajar oleh guru. Dalam buku Nasution32 Ada gaya mengajar atau

30

Ken Retno Yuniwati, Penerapan Resource Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta, dari http://etd.eprints.ums.ac.id, 26 September 2008.

31

Muhammad Zaki Amrulloh, Eksperimentasi Metode Resource Based Learning

Terhadap Prestasi Santri, darihttp://digilib.uin-suka.ac.id, 19 Februari 2010

32


(39)

teaching style guru yang cocok bagi anak tertentu akan tetapi kurang serasi bagi anak yang lainnya. Dengan demikian sebenarnya metode mengajar harus mempertimbangkan juga kepribadian murid.

Salah satu usaha untuk mempertimbangkan perbedaan individual itu adalah pengajaran berdasarkan sumber-sumber atau resource based learning. Cara belajar serupa ini mamberi kebebasan kepada anak untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Dalam mempelajari matematika harus secara kontinyu, kesinambungan serta herarkis dalam proses belajar matematika terjadi mental yang tinggi, karena dalam prosesnya seorang siswa melakukan kegiatan berfikir. Hal ini tentu saja dipengaruhi juga oleh faktor intelegensi.

Salah satu penghambat proses kegiatan berfikir dalam belajar matematika itu baik di sekolah maupun di rumah terkadang para siswa masih mengalami kesulitan dalam menyusun pengertian-pengertian yang akan menuju kesimpulan. Salah satu penyebabnya adalah siswa tidak mampu berfikir dengan baik untuk mengingat dan menyusun informasi-informasi.

Strategi belajar berdasarkan sumber ini mendapat dukungan dari para ahli ilmu jiwa yang mementingkan kesehatan mental anak, dan oleh golongan “progresif” yang memberi kebebasan pada anak dalam pemilihan topik yang akan dipelajarinya.

Belajar beradasarkan sumber berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan beraneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.

Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak.


(40)

Dan dari kerangka berfikir tentang strategi resouce based learning dapat disimpulkan dalam bentuk bagan di bawah ini:

Resource Based Learning

Pembelajaran Konvensinal

Pembelajaran aktif

Cepat melupakan informasi Belajar

Matematika

Pembelajaran pasif

Mengikat informasi dengan cepat

Prestasi belajar yang maksimal

Prestasi belajar kurang maksimal Bagan 2.4

Kerangka Berfikir Penilitian

Agar peserta didik belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi belajar yang tepat sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar aktif sehingga mampu mencapai hasil belajar yang maksimal.

Dari penelitian berbagai penelitian yang pernah dilakukan, penulis ingin meneliti strategi resource based learning terhadap hasil belajar siswa kelas VII yang dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan materi Segiempat yang meliputi materi persegi, persegi panjang, jajar genjang, layang-layang, belah ketupat dan trapesium guna memperkuat hasil eksperimen bahwa resource based learning dapat membuat hasil belajar matematika siswa lebih baik.


(41)

C. Hipotesis Penelitian

Diduga rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi resource based learning lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarakan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.


(42)

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MTs Al-Ikhlas, Kemandoran II, Jakarta Selatan. Pada kelas VII semester genap, tahun ajaran 2009/2010, Adapun waktu jadwal penelitiannya dilaksanakan pada:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Hari/Tanggal Kegiatan Senin/ 22 Maret 2010 Permohonan izin penelitian dan observasi

Selasa/ 30 Maret 2010 Wawancara dengan guru bidang study Senin/ 5 April 2010 Penelitian

Selasa/ 20 April 2010 Uji validitas instrument Rabu/ 28 April 2010 Pemberian postes

B. Populasi dan Sampel

Sebelum pengambilan sampel dilakukan, penulis terlebih dahulu menentukan populasinya:

1. Populasi

Dalam Sugiyono1 populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Al-Ikhlas pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Sebanyak 250 siswa, yang terdiri dari 119 siswa perempuan dan 131 siswa laki-laki.

1

Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2010), Cet. 9, h. 117


(43)

2. Sampel

Dalam Sugiyono2 sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Mewakili). Berdasarkan jumlah populasi yang ada, maka penulis mengambil sampel kelas VII sebanyak 80 siswa yang terbagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontol. Penulis mengambil kelas VII sebagai sampel karena prestasi mereka tergolong rendah dan sumber yang digunakan untuk belajar hanya LKS dari sekolah saja.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling (penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu). Dalam Youda3 dijelaskan bahwa teknik ini dapat dilakukan jika peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.

Sampel penelitiannya adalah kelas VII B sebagai kelas eksperimen (yang akan diberi perlakuan strategi resource based learning) berjumlah 40 anak, yang terdiri dari 19 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki, sedangkan kelas VII A sebagai kelas kontrol (yang hanya menggunakan pembelajaran secara konvensional) berjumlah 40 anak, yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 24 siswa laki-laki.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi eksperiment) karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dalam penelitian ini sampel akan dibagi menjadi 2 dan diberi perlakuan yang berbeda. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah subyek random desainnya hanya dengan menggunakan postes (posttest only control design) dimana dalam desain ini digunakan dua kelas subjek. Desain ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol (diberikan perlakuan dengan

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., h. 118 3

Youda, Sampling kuliah teknik industri, dari www.youda.wordpress.com, 13 november 2008.


(44)

menggunakan metode pembelajaran konvensional) dan kelas eksperimen (diberi perlakuan dengan menggunakan strategi resource based learning).

Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Desain kontrol yang hanya menggunakan postes (Posttest only control design)

Grup Variabel tertikat Postes

Eksperiment X Y

Kontrol - Y

Keterangan:

Y: Soal postes yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

X: Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu strategi resource based learning.

Berdasarkan desain penelitian tersebut terdapat dua kelompok, kelompok pertaman diberi perlakuan dengan menggunakan strategi resource based learning yang biasa disebut dengan kelas eksperimen dan kelompok kedua tidak diberi perlakuan yang biasa disebut dengan kelas kontrol. Pengaruh adanya perlakuan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji beda, yaitu memakai statistik t-test. Jika terdapat perbedaan yang signifukan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memenuhi kebutuhan penelitian. Baik untuk memperoleh data fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam


(45)

penelitian ini. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan alat ukur berupa instrument, yaitu: Observasi, wawancara dan tes hasil belajar.

1. Observasi.

Dalam Burhan4 observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai banyaknya populasi dan sampel yang akan menjadi objek penelitian. Selain itu, penulis juga mencari informasi apa saja sumber belajar yang dapat dimanfaatkan di sekolah tersebut guna memperlancar penelitian penulis tentang resource based learning.

2. Wawancara

Menurut Moh. Nazir (Burhan)5 wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai. Dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

Wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas VII tempat peneliti akan melakukan penelitian. Wawancara ini berguna untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan awal prestasi siswa dalam belajar matematika.

3. Tes Hasil Belajar

Tes digunakan untuk memperoleh gambaran peningkatan rata-rata hasil belajar siswa. Tes berbentuk uraian (essay test). Dan tes hanya akan diberikan ketika pembelajaran telah selesai (postes). Dalam buku Mudjijo6 postes bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada suatu periode waktu tertentu.

Tes hasil belajar tersebut akan digunakan untuk mengetahui berapa besar tingkat prestasi belajar matematika yang bisa diraih siswa setelah mengalami pembelajaran dengan menggunakan strategi resource based learning.

4

Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana. 2008) Cet. 3, h. 133

5

Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif ..., h. 126 6


(46)

E. Instrumen Hasil Belajar

Untuk membuat instrumen hasil belajar matematika, maka soal-soal yang akan diberikan terlebih dahulu diuji. Adapun cara pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini uji Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas tes secara rasional yang terdiri dari validitas konstruksi dan validitas isi (content validity). Validitas konstruksi adalah uji validitas yang meminta pendapat para ahli tentang instrumen yang telah disusun. Sedangkan validitas isi dimana pembuatan soal mengacu kepada Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang telah ditetapkan.

Instrumen hasil belajar matematika yang akan digunakan berbentuk uraian, maka pengujian validitas butir soalnya menggunakan rumus korelasi product moment pearson yang diformulasikan sebagai berikut:

} ) )( ( }{ ) ( ) ( { ) )( ( ) ( 2 2 2

2

− = y y n x x n y x xy n

rxy 7

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y n = Banyaknya sampel yang digunakan

X = Skor item Y = Skor total

Setelah diperoleh harga , kemudian dilakukan uji validitas dengan membandingkan harga dengan rtabel product moment, dengan terlebih dahulu

menetapkan degress of freedomnya dengan rumus dk = n – 2.

xy r xy

r

Maka dapat dicari harga rtabel dengan product moment pada taraf signifikasi 5%. Kriterianya adalah:

Jika rxy ≥ rtabel, maka butir soal dinyatakan valid

Jika rxy ≤ rtabel, maka butir soal dinyatakan tidak valid (invalid).

7

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada. 2003) cet. 4, h. 185


(47)

Dan berdasarkan hasil Uji coba instrumen hasil belajar yang dibuat, dari 15 butir soal, didapatkan yang valid adalah 10 soal. (Lihat lampiran 9)

2. Uji Reliabilitas

Analisis reliabilitas digunakan untuk menguji ketepatan pertanyaan tes apabila diberikan berulangkali pada obyek yang sama. Rumus yang digunakan untuk mengukur koefisien reabilitas instrument hasil belajar matematika yaitu dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut:

(

1

)

1

2

2 11

t i

k

k

r

σσ

=

8

Ket: r11 = Koefisien reabilitas instrument k = banyak soal (item) yang valid

σi2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = Varians skor total

Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas

Klasifikasi reliabilitas

0, 91 < r11 < 1, 00 Sangat Tinggi 0, 71 < r11 < 0,90 Tinggi 0, 41 < r11 < 0,70 Cukup 0, 21 < r11 < 0, 41 Rendah

11

r < 0, 20 Sangat Rendah

Dan dari hasil perhitungan uji reliabilitas didapatkan nilai = 70, jadi reabilitas tes instrumen hasil belajar matematika siswa tergolong cukup.

11

r

8

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 100


(48)

3. Uji Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran soal dipandang dari kemampuan atau kesanggupan siswa tersebut dalam menjawabnya untuk menjawab soal, maka disamping memenuhi validitas dan reabilitas juga harus pula adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan tertentu.

Soal-soal yang termasuk kategori mudah, sedang dan sulit diberikan secara proporsional dan berimbang. Cara untuk menganalisis tingkat kesukaraan soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Js B

P= 9

Ket: P = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal B = Banyaknya siswa yang menjawab benar Js = jumlah total peserta

Tabel 3.4

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Klasifikasi indeks kesukaran 0, 00 < P < 0, 29 Sukar 0, 30 < P < 0, 69 Sedang 0, 70 < P < 1, 00 Mudah

Untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal instrumen hasil belajar matematika dapat dilihat pada lampiran 11.

4. Uji Daya Pembeda

Analisis daya pembeda bertujuan mengkaji setiap butir soal untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu atau tinggi hasil belajar matematikanya dan siswa yang tergolong kurang atau rendah hasil belajar matematikanyanya. Daya pembeda dimaksudkan untuk

9


(49)

menggolongkan siswa yang berprestasi tinggi, maka akan diberikan soal yang sesuai dengan kemampuannya dan siswa yang berprestasi rendah, maka akan diberikan pula soal sesuai dengan tingkat kesanggupannya juga.

Rumus analisis daya pembeda dengan menggunakan table dari Rose dan Stanley seperti yang ada pada tingkat kesukaran, sedangkan untuk mencari daya pembeda maka digunakan rumus:

B B A A B A

J B J B P P

D= − = − 10

Keterangan:

D = Indeks Daya Pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.5

Klasifikasi Daya Pembeda

Klasifikasi Daya Pembeda

D < 0, 19 Jelek

0, 20 < D < 0, 39 Cukup 0, 40 < D < 0, 69 Baik 0, 70 < D < 1, 00 Sangat Baik

Setelah soal-soal di uji dengan uji valditas, uji reabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda, maka diperoleh kisi-kisi instrumen hasil belajar sebagai berikut:

10


(50)

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika

No Indikator Taraf kompetensi dan butir soal Jumlah

Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6 1 Siswa dapat menghitung keliling

segi empat 1 1

2

Siswa dapat mencari panjang salah satu sisi segi empat melalui keliling

2 1

3

Siswa mampu memberikan definisi tentang pengertian segi empat

6 1

4

Siswa dapat menghasilkan bentuk bangun segi empat melalui titik koordinat

3 1

5 Siswa dapat mencari panjang

diagonal melalui luas 5 1

6 Siswa dapat menghitung luas

bangun segi empat 7 1

7

Siswa dapat menghubungkan perhitungan bangun segi empat ke dalam kehidupan sehari-hari

8 1

8 Siswa dapat menemukan besar

sudut segi empat 4 1


(51)

F. Teknik Analisa Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah dengan memakai uji kai kuadrat (Chi-Square).

Untuk menghitung normalitas dengan menggunkan kai kuadrat terlebih dahulu kita membuat distribusi frekuensi dari data yang diperoleh, setelah itu ikuti langkah-langkah berikut:11

Langkah 1: Mencari batas bawah kelas setiap data.

Langkah 2: Mencari Z batas kelas dengan menggunakan Daftar Z, dengan rumus:

Z batas kelas = S

x BK

Keterangan: BK = batas bawah kelas masing-masing data x = Nilai rata-rata data

S = Standar Deviasi Langkag 3: Mencari luas Z tabel

Langkah 4: Mencari frekuensi ekspektasi (Ei) = n x luas Z tabel Langkah 5: Mencari X2hitung dengan menggunakan rumus:

Ei Ei Oi )2

( −

, Keterangan: Oi = Frekuensi

Ei = frekuensi ekspektasi

Setelah diperoleh hasil dari X2hitung, maka mencari X2tabel dengan menggunakan derajat kebebasan (dk) = panjang kelas – 3 dan taraf signifikansi (α ) = 0,05 Kriteria pengujian normalitas:

Jika X2hitung ≤ X2tabel, maka H0 diterima artinya data berdistribusi normal Jika X2hitung≥ X2tabel, maka H0 ditolak artinya data tidak berdistribusi normal

11

Subana, Mursetyo Rahardi dan Sudrajat, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 123


(52)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji fisher, yaitu:

Fhitung = Error! Bookmark not defined.

Kecil Besar Varians Varians 12 Dimana, varians ) 1 ( ) ( 2 2 2 − − =

n n x x n

S i i

Setelah mendapatkan hasil dari Fhitung, maka menentukan Ftabel dengan

dk = 1 n 1 n 2 1 − −

dan taraf signifikansinya (α ) = 0,05. Kriteria pengujian homogenitas:

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka sampel homogen Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka sampel tidak homogen

2. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas, maka dilakukan uji hipotesis dengan uji t dan untuk menghitung uji t yang perlu dilakukan adalah:

a. Mencari standar deviasi gabungan (dsg) dsg = Error! Bookmark not defined.

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 1 1 − + − + − n n V n V n Keterangan:

n1 = Jumlah siswa kelas eksperiment n2 = Jumlah siswa kelas kontrol V1 = Varians kelas eksperimen V2 = Varians kelas kontrol

12


(1)

Lampiran 19

Uji Normalitas Kelas Kontrol Dengan Kai Kuadrat (Chi Square)

Kelas Interval

Batas Bawah

Z batas kelas

Luas Z

tabel Ei Oi Xi Oi.xi xi

2

Oi.xi2

13.5 -1.90114

14 - 21 0.0698 2.792 3 0.0155 17.5 52.5 306.25 918.75

21.5 -1.29278

22 - 29 0.1498 5.992 9 1.51 25.5 229.5 650.25 5852.25

29.5 -0.68441

30 - 37 0.2199 8.796 10 0.1648 33.5 335 1122.2

5 11222.5

37.5 -0.07605

38 - 45 0.2338 9.352 4 3.0629 41.5 166 1722.2

5 6889

45.5 0.532319

46 - 53 0.171 6.84 6 0.1032 49.5 297 2450.2

5 14701.5

53.5 1.140684

54 - 61 0.087 3.48 8 5.8708 57.5 460 3306.2

5 26450

61.5 1.749049

Jumlah

40 10.727

1540

66034

Keterangan / penjelasan perhitungan:

Langkah 1: Mencari batas bawah kelas = 14 – 0,5 = 13,5 (BK1) BK2 = BK1 + Panjang kelas

= 13,5 + 8 = 21,5. Dan seterusnya

Langkah 2 : Mencari Z batas bawah kelas dengan menggunakan Daftar Z.

Diketahui batas bawah kelas adalah 13,5, maka mencari Z batas kelas dengan cara:

S x BK

Jadi, Z batas kelas =

15 , 13

5 , 38 5 , 13 −

= -1,90 dan

15 , 13

5 , 38 5 , 21 −

= -1,29 Begitu seterusnya hingga batas bawah terakhir.

Langkah 3 : Mencari luas Z tabel = Z-1,90 – Z-1,29 Luas Z tabel = 0,4713 – 0,4015 = 0,0698

Ei Ei Oi )2


(2)

Langkah 4 : Mencari frekuensi ekspektasi (Ei) = n x luas Z tabel Ei = 40 x 0,0698 = 2,79

Langkah 5 : Mencari

Ei Ei Oi )2

( −

=

79 , 2

) 79 , 2 3

( − 2

=

79 , 2

) 21 , 0

( 2

= 79 , 2

0441 , 0

= 0,0155

Langkah 6 : Dengan Derajat kebebasan (dk) = panjang kelas – 3, jadi Dk = 8 – 3 = 5 dan taraf signifikansi (α) = 0,05

X2tabel = X2(1−α)(dk) = X2(0,95)(5) =11,070

Dari tabel di atas diperoleh daftar frekuensi observasi dan ekspektasi dengan nilai = 10,727

hitung

X2

Kriteria pengujian normalitas:

Jika X2hitungX2tabel maka data berdistribusi normal. Karena pada perhitungan di atas diperoleh nilai yaitu

tabel hitung X

X2 ≤ 2

070 , 11 727 ,

10 ≤ , maka data pada sampel penelitian berdistribusi normal.


(3)

Lampiran 20

UJI TES HOMOGENITAS

Dengan menggunakan rumus Fhitung =

Kecil Besar

Varians Varians

Diketahui : S2 kelas experiment = 261,54 S2 kelas kontrol = 172,92 Maka, Fhitung =

172,92 261,54

= 1,512 Telah didapat Fhitung = 1,512 Menentukan Ftabel

dk =

1 1 n

2 1

− −

n = 40-1 1 -40

= 39 39

= 1

Dengan Ftabel = F(α),(dk) dan taraf signifikasinya (α ) = 0, 05

Akan dicari F(0.95)(39;39) dalam daftar statistik F dan didapatkan hasil Ftabel = 1,69 Jika Fhitung ≤ F tabel, maka sampel homogen.

Dari hasil perhitungan didapatkan Fhitung = 1,512 dan Ftabel = 1,69

Berarti Fhitung≤ F tabel, maka kesimpulannya adalah sampel berasal dari data yang homogen.


(4)

Lampiran 21

Menghitung Uji t

a. Mencari standar deviasi gabungan (dsg)

Rumusnya adalah :

dsg = Error! Bookmark not defined.

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 1 1 − + − + − n n V n V n

diketahui: n1 = 40 n2 = 40 V1 = 261,54 V2 = 172, 92

Maka standar deviasi gabungannya adalah dsg = 2 40 40 92 , 172 ) 1 40 ( 54 , 261 ) 1 40 ( − + − + − = 2 80 92 , 172 ) 39 ( 54 , 261 ) 39 ( − + = 78 88 , 6743 06 , 10200 +

= 217,23

= 14,74

b. Menentukan t hitung

thitung = 2 1 2 1 1 1 . n n dsg x x + −

diketahui : x1 =48,5

38,5

2 =


(5)

Maka, thitung =

40 1 40

1 . 74 , 14

5 , 38 5 , 48

+ −

=

05 , 0 74 , 14

10

=

) 22 . 0 )( 74 , 14 (

10

= 243 , 3

10

= 3,084, Jadi nilai thitung = 3,084

c. Menentukan derajad kebebasan (db)

db = n1 + n2 – 2 = 40 + 40 – 2 = 78

d. Menentukan ttabel

Karena hipotesis dirumuskan terarah, yaitu kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol maka ttabel = t(1-α)(db) dengan taraf signifikasi (α ) = 0,05 dan db = 78, akan dicari t(0,95)(78) dalam daftar statistik t dan di dapatkan hasil ttabel = 1,665

Kriteria pengujiannya:

”Tolak H0, jika thitung > ttabel, dan menerima Ha”

Dari hasil perhitungan peneliti diperoleh thitung = 3,084 dan ttabel = 1,665, itu berarti thitung > ttabel, maka dari hasil perhitungan tersebut penulis menerima Ha dan menolak H0

Artinya : Pada tingkat kepercayaan 95% disimpulkan ”Penggunaan strategi

Resource Based Learning lebih baik secara signifikan dari pada pembelajaran dengan menggunakan strategi klasikal”.


(6)

7 5 4 5 2 0 2 0 2 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kelo

mp

o

k

At

as

7 5 8 6 2 8 2 8 4 1

7 5 8 6 2 8 2 7 3 1

7 5 5 6 2 8 2 7 3 0

7 5 5 6 2 8 2 0 3 0

7 5 5 6 2 8 2 0 3 0

7 5 5 6 2 8 2 0 3 0

7 5 5 6 2 8 2 0 3 0

7 5 5 6 2 8 2 0 3 0

7 5 5 6 2 8 2 0 3 0

7 5 5 6 2 8 2 0 3 0

7 5 5 6 2 8 2 0 2 0

7 5 5 6 2 5 2 0 2 0

7 5 5 6 2 0 2 0 2 0

7 5 5 6 2 0 2 0 2 0

7 5 5 6 2 0 2 0 2 0

7 5 5 6 2 0 2 0 2 0

Σ 112 80 86 96 32 93 32 22 43 2

Kelom

pok Bawah

7 5 4 5 2 0 2 0 2 0

7 5 4 5 2 0 2 0 2 0

7 5 4 5 2 0 2 0 2 0

7 5 4 5 2 0 2 0 2 0

7 5 4 5 2 0 2 0 2 0

7 5 1 5 2 0 2 0 1 0

7 5 0 5 2 0 1 0 0 0

3 5 0 3 2 0 1 0 0 0

3 5 0 3 2 0 0 0 0 0

3 5 0 3 2 0 0 0 0 0

3 5 0 2 2 0 0 0 0 0

3 4 0 2 2 0 0 0 0 0

0 4 0 2 2 0 0 0 0 0

0 3 0 2 2 0 0 0 0 0

0 0 0 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Σ 64 66 21 53 29 0 14 0 11 0

D 0.3 0.0875 0.40625 0.26875 0.01875 0.58125 0.1125 0.1375 0.2 0.0125


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar (Learning Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Iv Min Parung

1 9 200

Pengaruh strategi active learning (belajar aktif) teknik information search / mencari informasi terhadap hasil belajar Matematika siswa

0 10 190

Pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa Mts Al-Khairiyah tegal parung jakarta selatan tahun ajaran 2014/2015

1 14 146

Pengaruh Penggunaan Strategi Active Learning Dengan Metode Index Card Match Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

0 7 166

Pengaruh Pendekatan KOntekstual Strategi REACT Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

0 5 170

DAMPAK STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KONSENTRASI BELAJAR SISWA SMP Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Strategi Explicit Instruction dan Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau da

0 3 18

EKSPERIMEN STRATEGI PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR Eksperimen Strategi Pembelajaran Discovery Learning dan Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas

0 2 16

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.

0 1 9

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA.

8 14 38

PENGARUH AKTIVITAS BLOGGING DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

0 0 11