BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Tujuan pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah menciptakan manusia yang cerdas. Dengan pembangunan, Indonesia bisa disejajarkan dengan
bangsa-bangsa lain. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia yang cerdas dan terampil.
Dalam buku Anwar
1
tercantum pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa, “Pemerintah Negara Indonesia berkewajiban mencerdaskan kehidupan
bangsa, memajukan kebudayaan nasional, meningkatkan kesejahteraan umum dan pelaksanaan suatu pendidikan nasional”. Pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan juga
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selanjutnya, pada buku Made
2
terdapat pasal 31 ayat 1 UUD 1945 berbunyi: tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran. Itu berarti semua
warga Negara Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan. Seperti yang terkandung dalam al-qur’an surah Al Mujaadilah ayat 11
berikut:
1
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Kelembagaan Agama Islam DEPAG, 2003, h. 30 – 31.
2
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007, h. 44
1
2
Artinya: … Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Qs al-Mujaadilah: 11
3
Ayat al-qur’an di atas menjelaskan bahwa orang yang berilmu dan berpendidikan memiliki derajat yang tinggi disisi Allah. Oleh karena itu, sebagai
negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, pendidikan sangatlah penting untuk mencerdaskan Bangsa Indonesia, sehingga Negara Indonesia dapat
maju dan bisa bersaing dengan negara-negara lain. Sebab itu, pemerintah harus berupaya agar seluruh masyarakat Indonesia memperoleh pendidikan yang layak
melalui gerakan wajib belajar guna memenuhi Sumber Daya Manusia SDM Negara.
Proses pendidikan pada hakekatnya adalah interaksi yang terjadi antara guru dan murid. Dan pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar yang
sering kali terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Menurut Alisuf
4
belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.
Proses perubahan tingkah laku atau proses belajar yang terjadi pada diri individu itu merupakan proses internal psikologis yang tidak dapat diketahui secara nyata.
Terdapat 3 masalah pokok dalam belajar, yaitu: masalah mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar, mengenai bagaimana proses belajar
itu berlangsung, dan masalah mengenai hasil belajar. Jadi, belajar merupakan suatu proses yang terjadi pada individu hingga ia memperoleh sesuatu dari proses
tersebut. Matematika adalah kegiatan manusia sehari-hari, oleh karena itu
matematika disebut sebagai human activity seperti yang diugkapkan oleh Frudenthal Gravenmeijer
5
This approach to mathematics educational became known as realistic mathematics education later on. The key idea here is that
3
Al-‘Aliyy, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: CV Diponegoro, 1995, h. 434
4
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 60
5
Gravemeijer, Developing Realistic Mathematics Education, Culemborg: Tchnipress, 1994, h.13
3
student should be given the opportunity to reinvent mathematics under the
guidance of an adult.
Dari ungkapan di atas, Frudenthal mengatakan bahwa pembelajaran matematika merupakan aktifitas manusia sehari-hari. Matematika mampu
dikaitkan dengan kehidupan nyata, intinya adalah agar siswa bisa memiliki kesempatan untuk mempelajari sendiri matematika di bawah bimbingan guru.
Setiap hari sebenarnya kita melakukan aktifitas yang berunsur matematika, seperti perhitungan jarak ketika sedang berpergian, membeli barang di
supermarket, membagi kue ke teman. Semua aktifitas tersebut memiliki unsur matematika. Karena itu peran ilmu matematika sangat penting diterapkan di
dalam pendidikan dan menjadi suatu bidang study yang wajib dipelajari oleh para siswa dari tingkat pendidikan TK hingga perguruan tinggi.
Selain sebagai aktifitas sehari-hari, matematika juga merupakan sarana berfikir untuk menumbuh kembangkan pola pikir yang logis, sistematis, objektif,
kritis, kreatif, dan rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. Matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan keterampilan otak sehingga harus dilatih
dengan metode yang sesuai atau yang cocok dengan kondisi anak. Jadi,
matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan sarana berfikir dan keterampilan otak sehingga siswa yang mempelajarinya memerlukan latihan
dengan metode yang sesuai dengan kondisi mereka.
Abdurrahman Alisuf
6
mengemukakan ada 5 alasan pentingnya belajar matematika, karena merupakan: Sarana berfikir jelas dan logis, Sarana untuk
memecahkan kehidupan sehari-hari, Sarana mengenal pola-pola hubungan dengan generalisasi pengalaman, Sarana untuk mengembangkan kreatifitas, dan Sarana
untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari baik di Sekolah Dasar
maupun sekolah lanjutan, masih banyak siswa yang menganggap mata pelajaran matematika sebagai pelajaran yang tidak penting untuk dipelajari karena hanya
6
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 65
4
membuat kepala mereka pusing dengan rumus-rumus rumit yang harus mereka hafalkan apalagi jika ditambah dengan suasana kelas yang menegangkan.
Proses belajar mengajar yang selama ini digunakan oleh guru di sekolah adalah proses belajar mengajar secara konvensional, yaitu pembelajaran klasik
yang terpusat pada guru sedangkan murid belajar dengan cara yang hanya datang, duduk, dengar, catat, hapal, ulangan dan lulus.
Menurut Joko Susilo
7
sesungguhnya, dalam belajar tidak harus dilakukan dengan duduk diam dan berkonsentrasi penuh. Namun belajar harus disertai
dengan kenyamanan serta menyenangkan bagi para peserta didik yang sedang belajar. Untuk itu, belajar dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Ada
yang belajar dengan mendengarkan musik, menonton Tv, belajar dengan ngemil, bahkan ada juga yang dengan model sistem kebut semalam.
Belajar matematika
pun juga
memerlukan kenyamanan
dan menyenangkan ketika siswa dalam proses belajar, sehingga mata pelajaran yang
sering dianggap sulit dan menyeramkan itu pada akhirnya mampu membuat siswa tertarik mempelajarinya dan akan mencapai prestasi belajar yang memuaskan
sesuai dengan tujuan belajar mengajar matematika. Cara belajar yang kaku dan hanya terpaku pada buku paket sekolah dan guru dapat diperbaiki dengan cara
menerapkan metode pembelajaran yang dapat membangun SDM berkualitas. Salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat di
aplikasikan melalui strategi resources based learning. Menurut Suryobroto
8
Resource based learning adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa
tentang luas dan keanekaragaman sumber-sumber informasi tersebut berupa buku, jurnal, surat kabar, multi media dan sebagainya. Memanfaatkan sepenuhnya
segala sumber informasi sebagai sumber belajar diharapkan peserta didik dengan mudah dapat memahami konsep materi pembelajaran.
7
M. Joko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, Yogyakarta: PINUS, 2006, h. 7
8
B Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 215
5
Resources based learning merupakan salah satu strategi penerapan paradigma konstruktivisme. Dalam paradigma pendidikan tradisional, guru
dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar. Dalam paradigma pendidikan modern, tidak lagi demikian. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber lain tidak
hanya guru. Apalagi dalam era informasi saat ini, informasi tersedia dimana-mana dalam berbagai bentuk dan jenis mulai dari bentuk cetak, non-cetak, bahkan
sumber belajar dari manusia itu sendiri. Strategi resource based learning lebih berpusat pada siswa student
centered learning yang memungkinkan siswa dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri, dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator. Segala
sesuatu yang kita temui dapat digunakan sebagai sumber belajar matematika. Dalam proses pengumpulan informasi siswa akan membaca, mendengar,
menyentuh, atau melihat sendiri sumber informasi tersebut. selama proses tesebut, mereka akan mengembangkan metode untuk menangkap informasi penting
tersebut. Bisa saja dengan cara mencatat pada kartu catatan, atau dalam bagan atau mungkin juga mereka membuat salinan copy dari buku, koran, dll.
Keaktifan siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan strategi resource based learning diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar.
Prestasi adalah hasil yang dicapai. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Strategi resource based learning akan membuat siswa mengembangkan
sikap positif dan keterampilan yang sangat berguna bagi dirinya dalam era informasi yang sedang dan akan dihadapinya kelak. Jadi, pada akhirnya resource
based learning dapat membekali keterampilan hidup bagi siswa dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi mereka dalam belajar matematika.
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis mencoba mengangkat permasalahan sumber belajar tersebut ke dalam skripsi dengan judul,
“Pengaruh strategi Resource Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.
6
B. Identifikasi Masalah