Nilai fungsi kognitif normal adalah apabila skor ≥ 26. Jika skor  26, maka fungsi kognitif dikatakan terganggu. Friedman, 2012.
2.3. Hubungan Kualitas Tidur dengan Fungsi Kognitif
Penelitian yang mengaitkan antara kualitas tidur dan hubungannya dengan fungsi kognitif cukup banyak dilakukan pada berbagai kategori umur dimulai dari
anak-anak  sampai  lansia  Beebe,  2011;  Blackwell  et  al.,  2014;  Bub  et  al.,  2011; Dewald-Kaufmann et al., 2013; Miyata et al., 2013; Telzer et al., 2013. Thomas
et al. 2000 dalam Alhola  Polo-Kantola 2007 menyatakan bahwa pada studi neuroimaging
fungsional,  deprivasi  tidur  dapat  menyebabkan  perubahan  pada aktivitas  metabolik  serebral.  Hal  ini  dapat  menyebabkan  gangguan  pada  regio
otak  yang  penting  untuk  fungsi  kognitif  seperti  atensi,  eksekusi,  dan  bahasa. Regio  otak  yang  termasuk  dalam  hal  ini  meliputi  korteks  prefrontal,  anterior
cingulate , thalamus, basal ganglia, dan serebelum Alhola  Polo-Kantola, 2007;
Durmer  Dinges, 2005; Killgore, 2010. Durmer  Dinges 2005 menyatakan bahwa pada pemeriksaan Positron-
Emission  Tomography  PET  ditemukan  ada  perubahan  sebagai  akibat  deprivasi tidur.  Studi  PET  menunjukkan  penurunan  global  dalam  metabolisme  glukosa
diseluruh daerah kortikal dan subkortikal selama deprivasi tidur. Penurunan lebih spesifik  terhadap  penyerapan  glukosa  terjadi  di  korteks  prefrontal,  talamus,dan
korteks posterior parietal terjadi ketika subjek terganggu pada tugas kognitif. Kualitas  tidur  yang  buruk  ternyata  berpengaruh  juga  terhadap  bagian
hipokampus.  Alkadhi  et  al.  2013  menyatakan  bahwa  tidur  berperan  penting dalam homeostasis. Deprivasi tidur yang berkepanjangan merupakan stresor poten
yang menyebabkan gangguan metabolik dan kognitif pada area otak yang terlibat dalam  fungsi  belajar,  memori,  dan  emosi  seperti  hipokampus,  amigdala,  dan
korteks prefrontal. Deprivasi tidur juga dapat menyebabkan gangguan pada proses proliferasi
sel  dan  neurogenesis  di  hipokampus  sehingga  dapat  mengganggu  proses  belajar dan  memori.  Neurogenesis  diduga  disebabkan  oleh  peran  Brain  Derived
Neurotrophic  Factor BDNF  pada  prosesnya.  Plastisitas  neuronal,  neurogenesis
dan  kognisi  diduga  dimodulasi  oleh  BDNF.  Peran  stres  oksidatif  pada  deprivasi tidur memicu gangguan pada neurogenesis dan mempengaruhi fungsi belajar dan
memori Alkadhi et al., 2013. Proses pengubahan memori jangka pendek dan working memory menjadi
memori  jangka  panjang  melalui  proses  yang  dinamakan  konsolidasi.  Proses  ini dimulai  dengan  peningkatan  sementara  kalsium  Ca
2+
yang  melalui  reseptor  N- methyl-D-aspartate
NMDA dan
α-amino-3-hydroxy-5-methyl-4- isoxazolepropionic acid
AMPA serta peningkatan adenilat siklase ketika belajar. Enzim  ini  bertanggung  jawab  untuk  produksi  second  messenger  yaitu  cyclic
adenosine monophosphate cAMP. cAMP mengaktifkan tiga target penting untuk sintesis  protein  dan  konsolidasi  memori.  Target  ini  mencakup  protein  kinase  A
PKA, pertukaran protein yang diaktivas cAMP, dan hyperpolarization-activated cyclic nucleotide-gated channels.
Aktivasi dari target ini, bersama dengan kinase lain  seperti  calmodulin-dependent  protein  kinase  CAMKII,  mitogen  activated
protein kinase , dan extracellular signal-regulated kinase ERK12, menyebabkan
fosforilasi  faktor  transkripsi.  Faktor  transkripsi  seperti  cAMP  response  element binding  protein
CREB,  mendorong  up-regulation  dari  ekspresi  gen  untuk protein yang akan mengkonsolidasikan memori sementara menjadi memori jangka
panjang Prince  Abel, 2013. Alkadhi  et  al.  2013  mengungkapkan  bahwa  deprivasi  tidur  dapat
menyebabkan  gangguan  pada  reseptor  NMDA  dan  AMPA.  Deprivasi  tidur  juga dapat  menyebabkan  gangguan  pada  jalur  sinyal  intraselular  seperti  pada  jalur
cAMP  dan  PKA,  peningkatan  kadar  phosphodiesterase  IV  yang  dapat menyebabkan  penurunan  cAMP.  Gangguan  ini  dapat  mengakibatkan  gangguan
pada kadar CaMKII dan CREB selama proses konsolidasi.