kekurangan  tidur  sleep  debt  dan  gangguan  pada  irama  sirkadian  individu tersebut yang berakibat pada gangguan pada kognisi.
Kelebihan  dari  penelitian  ini  adalah  penggunaan  kuesioner  yang  telah standar dan tervalidasi.  Penelitian ini juga dapat meneliti tentang berbagai  aspek
dari  kualitas  tidur  dan  fungsi  kognitif  serta  hubungannya.  Adapun  kekurangan penelitian ini terletak pada subjektifitas pemberian jawaban dan penggunaan alat
yang  kurang  spesifik  terhadap  masing-masing  variabel  penelitian  seperti penggunaan  aktigraf  dan  polisomnografi  untuk  mengukur  pola  tidur,  ataupun
penggunaan  instrumen  yang  khusus  mengukur  salah  satu  aspek  fungsi  kognitif tertentu.  Kekurangan  lain  pada  penelitian  ini  adalah  perbedaan  waktu  penilaian
fungsi kognitif, ada yang dilakukan pada pagi dan ada yang dilakukan pada siang hari,  dimana  fungsi  kognitif  dipengaruhi  irama  sirkadian  menurut  Wright  et  al.
2012 yang  mengungkapkan bahwa kemampuan kognitif meningkat secara cepat pada 20 menit awal setelah seseorang bangun, dan meningkat drastis terus selama
2  sampai  4  jam  sejak  bangun.  Kemampuan  kognitif  dipertahankan  pada  tingkat tertinggi  selama  8  jam  pertama  sebelum  terjadi  sedikit  penurunan  midafternoon
dip dan kembali meningkat kembali hingga tiba waktu tidur.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.  Dari 78 sampel penelitian siswa SMA Wiyata Dharma ada 48,7 yang
mempunyai  kualitas  tidur  yang  baik  dan  51,3  yang  mempunyai kualitas tidur yang buruk.
2.  Sebanyak  51,3  sampel  penelitian  memiliki  fungsi  kognitif  normal dan 48,7 memiliki fungsi kognitif dibawah normal terganggu.
3.  Ditemukan  hubungan  korelasi  lemah  dan  bermakna  antara  kualitas tidur  dengan  fungsi  kognitif  pada  siswa  SMA  Wiyata  Dharma  tahun
2015 dengan r
s
= -0,326 dan p = 0,004. 4.  Ditemukan korelasi yang signifikan antara berbagai komponen kualitas
tidur  dan  fungsi  kognitif  antara  lain:  kualitas  tidur  subjektif  dengan kemampuan  penamaan  p  =  0,037  dan  r
s
=  -0,236,  efisiensi  tidur dengan  kemampuan  atensi  p  =  0,010  dan  r
s
=  -0,290,  efisiensi  tidur dengan kemampuan orientasi p = 0,001 dan r
s
= -0,363, efisiensi tidur dengan  total  fungsi  kognitif  p  =  0,027  dan  r
s
=  -0,250,  dan  kualitas tidur dengan kemampuan penamaan p = 0,023 dan r
s
= -0,258. 6.2.
Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini diantaranya: 1.  Kualitas  tidur  seringkali  terabaikan  oleh  siswa  SMA  sehingga
disarankan  untuk  menjaga  kualitas  tidurnya  dengan  tidur  yang  cukup dan menjaga sleep hygiene agar tidak terganggu fungsi kognitifnya.
2.  Orang tua diharapkan ikut terlibat dalam menjaga kualitas tidur siswa dengan menjaga dan mengawasi kecukupan tidur siswa.
3.  Penelitian  selanjutnya  disarankan  dengan  mengambil  sampel  yang lebih  banyak  serta  menggunakan  alat  pengukuran  yang  lebih  spesifik
untuk mengukur baik kualitas tidur maupun fungsi kognitif.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tidur
2.1.1.  Definisi Tidur
Tidur  didefinisikan  sebagai  kondisi  tidak  sadar  dimana  seseorang  yang berada dalam  kondisi  tersebut  dapat  dibangunkan dengan rangsang sensorik  atau
rangsang  lain.  Tidur  harus  dibedakan  dari  koma,  yaitu  suatu  kondisi  tidak  sadar dimana  seseorang  yang  berada  dalam  kondisi  tersebut  tidak  dapat  dibangunkan
Guyton, 2010.
2.1.2.   Elektrofisiologi Tidur
Dalam keadaan fisiologis, tidur terbagi 2 yaitu  Non-Rapid Eye Movement NREM  dan  Rapid  Eye  Movement  REM.  Pada  tidur  NREM,  yang  terdiri  atas
tahap  1  sampai  4,  mayoritas  fungsi  fisiologis  sangat  berkurang  dibandingkan dengan  keadaan  terjaga.  Tidur  REM  secara  kualitatif  berbeda,  ditandai  dengan
dengan  tingginya  aktivitas  otak  dan  aktivitas  fisiologis  yang  setara  dengan  saat terjaga. Sekitar 90 menit setelah onset tidur, NREM berkembang menjadi episode
REM pertama. Periode latensi selama 90 menit secara konsisten ditemukan pada orang  dewasa  normal;  pemendekan  latensi  REM  sering  terjadi  pada  gangguan
seperti gangguan depresif dan narkolepsi Sadock, 2007. Pada  orang  normal,  tidur  NREM  merupakan  keadaan  yang  lebih  tenang
dibanding  saat  terjaga.  Denyut  jantung  per  menit  menurun  hingga  5  sampai  10 denyut  per  menit  dibawah  denyut  nadi  saat  terjaga  sedang  istirahat  dan  sangat
teratur  denyutnya.  Pernafasan  juga  terpengaruh  dan  tekanan  darah  cenderung lebih  rendah,  dengan  sedikit  variasi  dari  menit  ke  menit.  Resting  potential  otot
tubuh  lebih  rendah  pada  saat  tidur  REM  daripada  keadaan  terjaga.  Gerakan episodik dan involunter terdapat pada tidur NREM Sadock, 2007.
Bagian  terdalam  tidur  NREM  tahap  3  dan  4,  disebut  juga  slow-wave sleep
kadang  dikaitkan  dengan  karakteristik  bangkitan  yang  tidak  biasa.  Ketika