Distribusi Nilai Kualitas Tidur

istirahatnya, sehingga akibat kondisi inilah terjadi gangguan pada kemampuan kognitif. Sadeh et al. 2002 dalam Araújo 2013 juga menemukan hal yang hampir sama pada penelitiannya dimana kualitas tidur buruk yang ditandai dengan gangguan tidur yang terbagi-bagi fragmented sleep juga mempunyai hubungan dengan buruknya performa pada kemampuan kognitif terutama pada tes continuous performance p 0,005 dan tes symbol-digit substitution p 0,05. Terganggunya fungsi kognitif ini juga disebabkan oleh terganggunya pola sirkadian dimana pada responden dengan kualitas tidur baik memiliki nilai lebih tinggi pada hasil uji kemampuan kognitif berupa Symbol-Digit Test SDS response latency , Continuous Performance Test CPT commision errors, dan digit learning error score dibandingkan dengan responden dengan kualitas tidur yang buruk pada pagi hari. Penyebabnya kemungkinan dipengaruhi oleh rasa kantuk sleep inertia yang lebih besar sehingga mempengaruhi kemampuan kognitif pada responden dengan kualitas tidur buruk. Penelitian lain yang meneliti tentang kualitas tidur terhadap kemampuan kognitif diteliti lebih lanjut pada tahun berikutnya oleh Sadeh et al. 2003 dalam Gruber et al. 2012. Pada penelitiannya ditemukan bahwa responden yang mengalami ekstensi tidur mendapatkan nilai lebih baik daripada responden yang mengalami restriksi tidur pada tes simple reaction time p 0,005, tes symbol digit response latency p 0,001 dan tes continuous performance test-reaction time p 0,005. Ketiga tes ini merupakan tes yang berfungsi pada pengukuran kemampuan kognisi terutama pada kemampuan atensi yang berperan dalam proses belajar dan kemampuan akademik. Wright et al. 2012 mengemukakan penjelasan yang mirip, dimana pada dua dekade awal kehidupan terjadi perkembangan pada struktur otak dan fungsinya yang berhubungan dengan kognisi. Ketika terjadi gangguan pada fisiologi sirkadian, ini dapat berakibat pada terganggunya kemampuan kognitif pada remaja. Waktu masuk sekolah yang awal menyebabkan remaja harus terbangun lebih awal dari waktu bangun pola sirkadian sehingga mengganggu kemampuan kognisi secara keseluruhan. Penelitian yang dilakukan oleh Wolfson et al. 2007; Owens et al. 2010; Wahlstrom 2010; dan Vorona et al. 2011 dalam Wright et al. 2012 menemukan bahwa waktu masuk sekolah yang lebih lambat dapat mengarah kepada waktu yang lebih lama di tempat tidur, nilai yang lebih baik, kehadiran yang meningkat dan pengurangan kecelakaan lalu lintas. Valdez et al. 2010 dalam Wright et al. 2012 mengemukakan bahwa kemampuan atensi meningkat pada pagi hari dan menurun pada malam hari, sedangkan van der Heijden et al. 2010 mengemukakan bahwa kemampuan eksekusi bervariasi dalam sehari dan remaja mempunyai kemampuan yang lebih baik pada siang hari daripada pagi hari. Keseluruhan hal ini dipengaruhi oleh waktu irama sirkadian dan kekurangan tidur yang kronik yang dapat menyebabkan kualitas tidur menjadi buruk. Penelitian tentang hubungan antara kualitas tidur dan kualitas tidur subjektif dengan kemampuan penamaan juga dilakukan oleh Bub et al. 2012 yang menghubungkan kemampuan verbal dengan kualitas tidur yang ditandai dengan perasaan mengantuk. Uji kemampuan verbal dilakukan sebanyak 3 kali dan menghasilkan nilai korelasi terhadap tingkatan rasa kantuk sebesar r = -0,18 p 0,01, r = -0,19 p 0,01, dan r = -0,20 p 0,01. Rasa kantuk yang kronik dapat mempengaruhi kualitas tidur secara keseluruhan dalam jangka waktu yang lama dan dapat menyebabkan kemampuan pembelajaran verbal terganggu dari waktu ke waktu seperti kemampuan penamaan maupun kemampuan lain yang akan dipelajari. Penelitian yang dilakukan oleh Lo et al. 2012 menemukan bahwa deprivasi tidur dapat menyebabkan terjadinya gangguan kemampuan atensi yang ditandai dengan peningkatan waktu yang dibutuhkan pada tes Psychomotor Vigilance Task PVT p = 0,002. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan pada irama sirkadian responden tersebut. Selama wake maintenance zone, sinyal untuk mempertahankan kondisi sadarbangun mencapai puncaknya dan terjadi peningkatan pada kemampuan kognisi terutama atensi. Keadaan ini berbalik sewaktu pagi dimana otak sangat rentan dan semua aspek kognisi dapat terganggu. Ketika seseorang mengalami gangguan pada tidurnya, terjadi