Definisi Tidur Elektrofisiologi Tidur

2.1.6. Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur setiap orang berbeda. Orang yang disebut short sleepers normalnya membutuhkan waktu kurang dari 6 jam untuk dapat menjalankan fungsinya dengan adekuat. Long sleepers adalah orang yang tidur lebih dari 9 jam setiap malam untuk dapat berfungsi dengan adekuat. Long sleepers memiliki periode REM yang lebih banyak serta lebih banyak periode REM di dalam setiap periode densitas REM daripada short sleepers. Short sleepers umumnya efisien, ambisius, beradaptasi sosial, dan menyenangkan. Long sleepers cenderung mengalami depresi ringan, cemas, dan menarik diri secara sosial. Kebutuhan tidur meningkat pada kerja fisik, olahraga, sakit, kehamilan, stres menyeluruh, dan peningkatan aktivitas mental. Periode REM meningkat setelah adanya stimulus psikologis yang kuat, misalnya kesulitan belajar, stres, dan penggunaan obat- obatan Sadock, 2007. Kebutuhan tidur juga berbeda berdasarkan usia, antara lain: Tabel 2.1. Kebutuhan tidur berdasarkan usia Usia Durasi Tidur 0-3 bulan 14-17 jam 4-11 bulan 12-15 jam 1-2 tahun 11-14 jam 3-5 tahun 10-13 jam 6-13 tahun 9-11 jam 14-17 tahun 8-10 jam 18-64 tahun 7-9 jam 65 tahun 7-8 jam Sumber: How Much Sleep Do We Really Need? National Sleep Foundation, 2011.

2.1.7. Irama Tidur-Bangun

Tanpa pengaruh faktor eksternal, jam tubuh alami mengikuti siklus 25 jam. Pengaruh faktor eksternal misalnya siklus siang malam, rutinitas sehari-hari, periode makan, dan lainnya melatih seseorang terhadap waktu 24 jam. Tidur juga dipengaruhi irama biologis. Orang dewasa tidur satu kali, kadang-kadang dua kali, dalam periode 24 jam. Irama ini tidak terdapat saat lahir, tetapi berkembang setelah 2 tahun pertama kehidupan. Pada beberapa orang wanita, pola tidur berubah selama siklus menstruasi Sadock, 2007. Tidur pada waktu berbeda memiliki proporsi REM dan NREM yang berbeda pula. Tidur pada pagi hari atau siang hari melibatkan tidur REM yang lebih banyak, sedangkan tidur di sore hari atau awal malam memiliki tidur REM yang lebih sedikit Sadock, 2007. 2.1.8. Kualitas Tidur 2.1.8.1. Definisi Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai aspek, antara lain, penilaian terhadap durasi tidur, gangguan tidur, onset tidur, gangguan pada siang hari, efisiensi tidur, kualitas tidur subjektif, dan penggunaan obat tidur. Jadi apabila salah satu dari ketujuh aspek tersebut terganggu maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur Buysse et al., 1989 dalam Bush et al., 2012.

2.1.8.2. Metode Pengukuran

Penilaian kualitas tidur dapat menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI. PSQI terdiri dari 19 pertanyaan yang dijawab sendiri dan 5 pertanyaan yang dijawab oleh teman sekamar. Pertanyaan yang dijawab sendiri yang digunakan dalam penilaian, sedangkan pertanyaan yang dijawab teman sekamar hanya untuk informasi klinis Buysse et al., 1989 dalam Bush et al., 2012. Penilaian terhadap 19 pertanyaan yang dijawab sendiri menghasilkan 7 nilai komponen terhadap kualitas tidur. Skor setiap komponen memiliki rentang dari 0 sampai 3. Skor tiap komponen dijumlahkan untuk menilai skor total antara 0-21. Nilai kualitas tidur yang baik apabila total skor ≤ 5. Sedangkan nilai kualitas tidur yang buruk apabila total skor 5 Buysse et al., 1989 dalam Bush et al., 2012. Dalam menjawab kuesioner PSQI dibutuhkan waktu 5-10 menit. PSQI telah divalidasi oleh University of Pittsburgh dengan sensitivitas 89,6 dan spesifisitas 86,5. Realibilitas kuesioner ini telah diuji dengan nilai koefisien realibilitas Cronbach’s α sebesar 0,83 Buysse et al., 1989 dalam Bush et al., 2012.

2.2. Fungsi Kognitif

2.2.1. Definisi Fungsi Kognitif

Kognisi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghadapi stimulus eksternal maupun motivasi internal; mengidentifikasi stimulus tersebut dan membuat respon yang berarti Purves et al., 2008. 2.2.2. Aspek Fungsi Kognitif 2.2.2.1. Memori Memori didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyimpan dan mengulang kembali informasi yang diperoleh yang terdiri dari 3 tahap yaitu: 1. Tahap pertama yaitu encoding yang merupakan fungsi menerima, proses, dan penggabungan informasi. 2. Tahap kedua yaitu consolidation dimana terjadi pembentukan suatu catatan permanen dari informasi yang telah dilakukan encoding. 3. Tahap ketiga yaitu retrieval, tahap ini merupakan suatu fungsi memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk interpretasi dari suatu aktivitas Purves et al., 2008.