Saran KESIMPULAN DAN SARAN

Etiologi pneumonia pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar untuk diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan immunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Penetapan etiologi pneumonia yang dapat diandalkan adalah biakan dari aspirat paru dan darah. Tetapi, fungsi paru merupakan prosedur yang berisiko dan bertentangan dengan etika jika hanya dimaksudkan untuk penelitian. Oleh karena itu diIndonesia masih menggunakan hasil penelitian dari luar negeri Behrman, 1999. Faktor umur dapat mengarahkan kemungkinan penyebab Infeksi Saluran Pernafasn Akut ISPA atau etiologinya: a.Grup B Streptococcus dan gram negatif bakteri enterik merupakan penyebab yang paling umum pada neonatal bayi berumur 1-28 hari dan merupakan transmisi vertikal dari ibu sewaktu persalinan. b. Pneumonia pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan yang paling sering adalah bakteri, biasanya bakteri Streptococcus Pneumoniae. c. Balita usia 4 bulan sampai 5 tahun, virus merupakan penyebab tersering dari pneumonia, yaitu respiratory syncytial virus. d. Pada usia 5 tahun sampai dewasa pada umumnya penyebab dari pneumonia adalah bakteri. Pada penelitian lain Streptococcus pneumoniae merupakan patogen paling banyak sebagai penyebab pneumonia pada semua pihak kelompok umur. Menurut WHO, penelitian di berbagai negara juga menunjukkan bahwa di negara berkembang Streptococcus pneumoniae dan Haemofilus influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada 23 dua pertiga dari hasil isolasi yaitu 73,9 aspirat paru dan 69,1 hasil isolasi dari spesimen darah. Bakteri merupakan penyebab utama dari pneumonia pada balita. Diperkirakan besarnya persentase bakteri sebagai penyebabnya adalah sebesar 50. Sedangkan di negara maju, saat ini pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus WHO, 2012. Tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernafasn Akut ISPA sangat bervariasi antara lain demam, pusing, malaise lemas, anoreksia tidak nafsu makan, vomitus muntah, photophobia takut cahaya, gelisah, batuk, keluar sekret, stridor suara napas, dyspnea kesulitan bernapas, retraksi suprasternal adanya tarikan dada, hipoksia kurang oksigen, dan dapat berlanjut pada gagal napas apabila tidak mendapat pertolongan dan dapat mengakibatkan kematian Behrman, 1999. Pengklasifikasian Infeksi Saluran Pernafasn Akut ISPA, WHO 2012 mengklasifikasikannya menjadi dua bagian berdasarkan lokasi anatomi, yaitu: 1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Atas ISPAa, yaitu infeksi yang menyerang hidung sampai epiglotis, misalnya rhinitis akut, faringitis akut, sinusitis akut dan sebagainya. 2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Bawah ISPAb, dinamakan sesuaidengan organ saluran pernafasan mulai dari bagian epiglotis sampaialveoli paru misalnya laringitis, trakhetis, bronkhitis akut, pneumonia dan sebagainya. Depkes 2012 melalui program pemberantasan ISPA P2-ISPA, mengklasifikasikan ISPA berdasarkan kelompok umur sebagai berikut :