Indikator BBTB TINJAUAN PUSTAKA

2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi seorang anak pada umumnya dipengaruhi oleh faktor- faktorsebagai berikut Soekirman, 2000: a. Penyebab langsung, yaitu: konsumsi makan dan penyakit infeksi. Anak yang status gizinya buruk, lebih mudah terserang penyakit infeksi. Sebaliknya, anak yang sering sakit, status gizinya memburuk karena konsumsi makan tidak baik. b. Penyebab tidak langsung, yang terdiri dari: 1. Ketahanan pangan di keluarga, terkait dengan ketersediaan pangan baik dari hasil produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain, harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. 2. Pola pengasuhan anak, berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik dan mental, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan yang baik, peran dalam keluarga atau di masyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga dan masyarakat dan sebagainya dari si ibu atau pegasuh anak. 3. Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan pelayanan kesehatan yang baik seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, pendidikan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperi posyandu, puskesmas, praktek bidan dan dokter dan rumah sakit. Tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga dan terjangkaunya pelayanan kesehatan serta memperkecil ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi.

2.9. Status Gizi dengan Kejadian ISPA

Masukan zat-zat gizi yang diperoleh pada tahap pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh umur, keadaan fisik, kondisi kesehatannya, kesehatan fisiologis pencernaannya, tersedianya makanan dan aktivitas anak. Keadaan gizi buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting pada ISPA. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan antara gizi dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering terjangkit ISPA. Penelitian yang dilakukan oleh Hadiana 2013, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi terhadap terjadinya infeksi saluran akut pada balita, didapatkan nilai RP ratio prevalensi = 27,5 Interval kepercayaan 95 8,372-90,3 artinya bahwa balita yang mengalami gizi kurang beresiko 27,5 kali untuk mengalami ISPA dibanding balita gizi baik. Menurut teori, balita dengan gizi kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi baik karena faktor daya tahan yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA bahkan serangannya lebih lama Rahajoe,2008.

2.10. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian Pola Pemberian Makan dan Status Gizi Penderita ISPA Pada Balita di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batubara tahun 2015 adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian menggambarkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada balita dipengaruhi oleh pola pemberian makanan dan status gizi. Apabila pola pemberian makanan tidak mencukupi kebutuhan balita maka akan mempengaruhi status gizi. Kecukupan gizi yang kurang mempengaruhi daya tahan tubuh juga menurun, maka dari itu balita akan rentan terserang penyakit Infeksi Saluran Pernafasn Akut ISPA. Status Gizi Kejadian ISPA Pola Pemberian Makan - Susunan Makanan - Frekuensi Makanan - Jumlah makanan