Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan beberapa misi yaitu :
a. Melaksanakan sosialisasi Peraturan Daerah Kota Medan kepada masyarakat
sehingga masyarakat mengerti tentang peraturan dan larangan; b.
Meningkatkan sumber daya aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan melalui pelatihan
–pelatihan, memberdayakan PPNS dan pemahaman materi tentang Peraturan Daerah dalam kaitan peningkatan disiplin dan kemampuan;
c. Meningkatkan pengawasan Peraturan Daerah pada unit-unit dalam
menunjang pendapatan asli daerah PAD; d.
Meningkatkan pengawasan, pembinaan dan penataan PK5, Gelandangan dan Pengemis atau Anak Jalanan, PSK atau Waria, Ternak Hewan Kaki Empat
dan Obyek Peraturan Daerah lainnya; e.
Menjaga ketertiban umum yang kondusif pada setiap acara–acara kegiatan Pemerintah Kota Medan.
J. Struktur Organisasi Kantor Satpol PP Kota Medan
Tiap-tiap perusahaan ataupun instansi senantiasa mempunyai struktur organisasi yang gunanya antara lain untuk memudahkan pembagian tugas-tugas
pada tiap-tiap divisi di dalam perusahaan atau instansi tersebut agar tidak ada tugas yang saling tumpang tindih. Selain itu, dengan adanya struktur organisasi,
para pegawai yang bekerja di tiap perusahaan maupun instansi dapat memahami pekerjaannya karena tiap divisi memiliki tugas yang berbeda dengan divisi yang
lain. Intinya, struktur organisasi ini digunakan untuk mempermudah koordinasi dan pengawasan oleh para atasan terhadap para pegawai atau karyawan.
Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan, terdiri dari : 1.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan; 2.
Bagian Tata Usaha mencakup : a.
Sub Bagian Umum; b.
Sub Bagian Kepegawaian; 3.
Bidang Operasi dan Pembinaan mencakup : a.
Seksi Operasi; b.
Seksi Pembinaan;
Universitas Sumatera Utara
4. Bidang Pengawasan mencakup :
a. Seksi Usaha Industri;
b. Seksi Usaha Non Industri;
5. Bidang Penuntutan dan Peradilan mencakup :
a. Seksi Pengaduan dan Bukti-bukti;
b. Seksi penuntutan dan Penindakan.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Universitas Sumatera Utara
KEPALA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MEDAN
Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Kepegawaian Sub Bagian Umum
Kelompok Jabatan Fungsional
Bidang Operasi dan Pembinaan
Seksi Operasi
Seksi Pembinaan Bidang Pengawasan
Seksi Usaha Industri
Seksi Usaha Non Industri Bidang Penuntutan dan
Peradilan
Seksi Pengaduan dan Bukti - Bukti
Seksi Penuntutan dan Penindakan
Gambar 4.4 Struktur Organisasi pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan
Sumber: Kantor Satpol PP Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Proses Penelitian A. Jalan Dr. Mansyur Pintu I-IV USU
Seperti yang telah disebutkan peneliti sebelumnya bahwa penelitian ini dilakukan di dua lokasi, maka pada tanggal 27 Desember pukul 16.10 WIB
peneliti memulai penelitian di lokasi pertama dengan bertanya terlebih dahulu kepada PKL apakah mereka sudah pernah ditertibkan oleh satpol PP selama
berjualan di sepanjang komplek USU dan apakah PKL tersebut sudah lebih dari 6 bulan berjualan ditempat tersebut. Kedua pertanyaan tersebutlah yang menjadi
dasar peneliti untuk menemukan informan subjek penelitian. Adapun alasan menggunakana kedua pertanyaan tersebut adalah karena peneliti menginginkan
informan yang benar-benar mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang digunakan Satpol PP kota medan saat melakukan penertiban PKL melalui
pengalaman PKL tersebut ketika ditertibkan langsung oleh Satpol PP. Alasan peneliti mencari PKL yang sudah lebih dari minimal 6 bulan berjualan di depan
komplek USU adalah agar peneliti dapat menemukan informan yang mengenal PKL lainnya yang dapat menjadi informan bagi peneliti Snowball sampling
selain itu pengalaman yang lebih dari satu kali ditertibkan selama berjualan di depan komplek USU merupakan harapan peneliti agar mendapat informasi yang
mendalam dari pengalaman informan. Penelitian di lokasi pertama ini berhenti di informan ke 7 karena peneliti merasa sudah menemukan data jenuh.
Pada hari itu pula peneliti bertemu informan yang tepat. Dia adalah ibu Tuti, seorang penjual Es Durian yang telah berjualan di depan komplek USU
sekitar Pintu I USU selama 7 Tahun. Peneliti pun menyampaikan maksud mengapa menanyakan hal tersebut kepada beliau. Awalnya ibu Tuti merasa
takut untuk diwawancarai oleh peneliti namun setelah menjelaskan bahwa ini adalah untuk kebutuhan peneliti dalam menyelesaikan pendidikan Strata I S-1 di
Universitas Sumatra Utara USU dan juga menjanjikan kepada informan bahwa informasi yang diperoleh peneliti dari informan dapat menjadi pandangan strategi
komunikasi baru bagi Satpol PP kota Medan. Mendengar jawaban peneliti, akhirnya informan bersedia untuk diwawancarai secara mendalam in-depth
interview. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan pertama ini
Universitas Sumatera Utara
memakan waktu 2 jam lebih, karena selain menjawab pertanyaan dari peneliti, informan juga harus meladeni pengunjung yang ingin menikmati Es kolak durian
dan variasinya seperti Es campur, Sop buah, Es kolang-kaling, Es teler buatan ibu Tuti. Sambil melakukan wawancara, peneliti juga ikut memesan Es kolak durian
buatan ibu Tuti dan sambil menikmatinya, peneliti melakukan wawancara dengan informan. Wawancara dengan ibu Tuti berakhir skitar pukul 18.40, karena masih
merasa sempat melakukan wawancara dengan satu orang informan lagi, peneliti pun bertanya kepada ibu tuti siapa pedagang lain yang cocok menjadi informan
peneliti. Ibu tuti pun menyarankan seorang pedagang shiomay bernama Dermawan yang gerobaknya tepat bersebelahan dengan ibu Tuti dan peneliti pun
setuju dengan saran ibu Tuti,. Peneliti kemudian menemui Darmawan dan menyampaikan maksud
peneliti menemui dia adalah untuk melakukan wawancara terkait Strategi komunikasi satpol PP kota Medan. Awalnya Darmawan juga takut dan tidak
bersedia untuk diwawancarai akhirnya dengan bantuan bujukan dari ibu Tuti, Darmawan pun bersedia diwawancarai oleh peneliti. Untuk semakin
menenangkan Darmawan, peneliti pun kembali menjelaskan maksud peneliti melakukan wawancara dan akhirnya ia pun benar-benar siap untuk diwawancarai
oleh peneliti. Mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 19.05 akhirnya peneliti pun memutuskan untuk makan malam di lokasi penelitian dengan memesan satu
porsi shiomay buatan Darmawan dan Aqua botol dari ibu Tuti. Darmawan Informan 2 merupakan pedagang shiomay yang sudah empat tahun berjualan di
depan komplek USU disekitar pintu I. Wawancara dengan Darmawan memakan waktu 1 jam lebih, lebih cepat dibanding ibu tuti karena ia tidak terlalu
menceritakan pengalamannya begitu detail. Waktu sudah menunjukkan pukul 20. 25 WIB ketika peneliti memutuskan untuk mengakhiri sesi wawancara dengan
Informan yang ke dua tersebut dan menanyakan apakah pedagang kartu paket data ada yang cocok menjadi informan untuk diwawancarai, kedua informan tersebut
menjawab bahwa pedagang kartu paket data tersebut tidak ada yang cocok menjadi informan peneliti sebab pedagangnya tidak tetap selalu berganti. Peneliti
pun membayar harga makanan dan es kolak durian serta Aqua yang telah
Universitas Sumatera Utara
dinikmati peneliti, tak lupa juga peneliti mengucapkan terimakasih kepada kedua informan yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai oleh peneliti,
juga kembali peneliti mengingatkan kedua informan bahwa wawancara tersebut hanya bertujuan untuk syarat penyelesaian pendidikan S-1 peneliti serta menjadi
bahan masukan strategi komunikasi yang baru yang patut untuk dicoba oleh Satpol PP kota Medan.
Selama mewawancarai informan, peneliti menemukan hal-hal baru yang sangat berguna sebagai informasi tambahan bagi peneliti ketika akan
mewawancarai Satpol PP kota Medan. Kedua jawaban informan hampir sama, hanya saja peneliti merasa belum cukup puas jika harus wawancara terhadap PKL
depan kompleks USU ini berhenti di kedua informan tersebut. Peneliti pun memutuskan untuk melanjutkan penelitian dengan informan lain. Keesokan
harinya, tepatnya tanggal 28 Desember sekitar 10 pagi peneliti kembali lokasi penelitian untuk mencari PKL depan komplek USU yang cocok menjadi informan
bagi peneliti. Sesampainya di lokasi penelitian, peneliti melihat masih sedikit pedagang kaki lima yang berjualan, pun demikian peneliti mencoba untuk
mencari PKL yang ccok sebagai informan peneliti. Peneliti melihat seorang pedagang mie ayam dan bertanya apakah ia sudah pernah ditertibkan oleh Satpol
PP selama berjualan di sepanjang Pintu I-IV USU, dia menjawab belum pernah karena ia baru tiga bulan bekerja sebagai pedagang mie ayam. Melihat masih
sedikit pedagang yang berjualan, peneliti pun memutuskan untuk datang kembali pada sore harinya.
Sekitar pukul 14.00 WIB peneliti kembali ke lokasi penelitian, kali ini peneliti memutuskan mencari informan yang berprofesi sebagai penjual sticker.
Peneliti pun akhirnya bertemu dengan Informan ke-tiga dan ke-empat. Peneliti merasa ada sesuatu yang unik saat mendapatkan informan yang ke-tiga dan ke-
empat karena pada awalnya mereka menolak untuk diwawancarai akhirnya peneliti mencoba merayunya dengan meminta mereka untuk memberikan sticker
di sepeda motor peneliti. Bagian yang depan atas menjadi tugas informan ke-tiga sedangkan bagian depan bawah menjadi tugas informan ke-empat dan mereka
menyetujui permintaan peneliti. Setelah peneliti memilih sticker yang tepat untuk
Universitas Sumatera Utara
dipasang di sepeda motor peneliti, wawancara pun dimulai. Peneliti terlebih dahulu mewawancarai informan ke-3 sambil ia menempel sticker di sepeda motor
peneliti. Informan ke-3 peneliti adalah seorang penjual sticker bernama Chandra Hutapea yang berjualan di sekitar pintu III-IV USU. Informan ke-tiga ini sudah 4
tahun lebih berjualan di depan komplek USU. Ia awalnya menolak wawancara dengan peneliti karena merasa peneliti adalah mata-mata perwakilan pemerintah
kota Medan, peneliti pun meyakinkan informan ke-tiga dan ke-empat bahwa penelitian ini bertujuan untuk syarat penyelesaian pendidikan S-1 peneliti dan
infromasi yang didapat peneliti dari informan dapat menjadi pandangan strategi komunikasi yang baru bagi Satpol PP kota Medan. Alasan serupa juga digunakan
peneliti kepada setiap Informan peneliti karena seluruh informan pada awalnya menolak untuk diwawancarai dan berpikir kalau peneliti adalah perwakilan dari
pemerintah yang dapat membahayakan pekerjaan mereka sebagai PKL yang berjualan di depan komplek USU, pintu I-IV. Wawancara dengan informan ke-
tiga hanya memakan waktu sekitar 30 menit karena ia tidak berani menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti secara mendetail. Meski hanya sebentar namun
peneliti dapat menyimpulkan bahwa jawaban dari informan tidak terlalu jauh berbeda dari dua informan sebelumnya, yaitu ibu Tuti dan Dermawan.
Wawancara dengan informan ke-empat pun dimulai sekitar 14.40 WIB tepat setelah sepeda motor peneliti selesai ditempel sticker. Informan ke-empat ini
adalah Indra Hutapea juga bekerja sebagai penjual sticker dan telah 5 tahun lebih berjualan di depan komplek USU, tepatnya di pintu III USU. Wawancara dengan
informan ini memakan waktu 1 jam lebih karena peneliti mewawancarai ia sambil menempel sticker ke sepeda motor pengunjung yang datang. Informan ke empat
ini lebih berani menyampaikan opininya mengenai strategi komunikasi yang digunakan Satpol PP kota Medan. Ditengah wawancara peneliti dengan informan
ke-empat, informan ke-tiga yang mendengarkan wawancara peneliti dengan informan ke-empat mulai berani menceritakan pengalamannya secara lebih detail
kepada peneliti, selain itu pengunjung yang sepeda motornya sedang ditempel sticker oleh informan ke-empat ikut memberikan saran saat peneliti menanyakan
bagaimana seharusnya komunikasi yang digunakan Satpol PP terhadap PKL yang
Universitas Sumatera Utara
berjualan di depan komplek USU namun saran dari pengunjung tersebut tidak dapat peneliti anggap sebagai salah satu hasil temuan karena pengunjung tersebut
tidak memenuhi kriteria untuk menjadi informan peneliti, pun begitu peneliti sangat mengapresiasi kepedulian beliau terhadap permasalahan PKL yang
berjualan di depan komplek USU yang sebenarnya menjadi salah satu penyebab kemacetan di daerah tersebut. Wawancara dengan informan ke-empat berakhir
sekitar pukul 16.00 WIB. Peneliti masih belum puas, saya pun memutuskan untuk mencari informan dengan bertanya kepada informan tiga dan empat apakah
penjual kartu data ada yang cocok menjadi informan peneliti, sama seperti jawaban dua informan sebelumnya bahwa penjual paket data telefon genggam
yang berjualan di sepanjang pintu I-IV USU tidak ada yang cocok karena penjual paket data tidak ada yg penjual tetap yang tetap hanya pemilik usaha tersebut
kemudian mereka menyarankan peneliti untuk mewawancarai pedagang Es maupun shiomay karena mereka sudah berjualan cukup lama juga di lokasi
tersebut dan peneliti pun menyetujui saran dari kedua informan tersebut. Peneliti pun mencari informan ke-lima dan berhenti pada seorang penjual
es kelapa. Keadaannya sama dengan para informan sebelumnya awalnya ia menolak untuk diwawancarai oleh peneliti, namun setelah peneliti menjelaskan
alasan dan tujuan penelitian ini, informan tersebut pun setuju untuk peneliti wawancarai. Informan ke-lima peneliti adalah seorang penjual Es kelapa bernama
Manganan. Informan telah berjualan di sekitar pintu II USU sudah 5 tahun. Wawancara dengan informan ke-lima memakan waktu 1 jam lebih dan berakhir
pada pukul 17.35 menit. Peneliti pun merasa sudah cukup melakukan wawancara hari ini dan wawancara hari ini peneliti mendapatkan jawaban yang hampir sama
dari semua informan, namun peneliti tetap saja merasa belum puas dan memutuskan untuk kembali lagi keesokan harinya.
Jumat, 29 Desember 2015 peneliti kembali datang ke lokasi penelitian sekitar pukul 15.00 WIB untuk mewawancarai informan. Peneliti memutuskan
untuk mencari informan yang menjual kartu paket data karena peneliti berharap ada informasi baru yang akan peneliti temukan jika informan berasal dari PKL
yang berbeda dagangan dari informan sebelumnya, namun peneliti tidak
Universitas Sumatera Utara
menemukan satu orang pun penjual kartu paket data yang cocok menjadi informan peneliti alasannya hampir sama, mereka belum lama berjualan di depan
komplek USU, kepada peneliti paling lama mengaku berjualan empat setengah bulan di depan komplek USU dan belum pernah ditertibkan satpol PP , ada juga
yang beralasan bahwa dia hanya penjual pengganti untuk menggantikan temannya sementara waktu karena temannya yang nota bene adalah penjual tetapnya sedang
berhalangan, itu pun penjual tetapnya masih belum lama berjualan di depan komplek USU, selain itu ada juga yang beralasan bahwa ia berjualan di depan
kompleks USU karena baru pindah dari lokasi yang lama ia berjualan sehingga belum pernah ditertibkan Satpol PP selama berjualan di lokasi tersebut.
Tidak adanya penjual kartu data yang memenuhi persyaratan sebagai informan peneliti subyek penelitian membuat peneliti kembali mencari PKL
yang berjualan di depan komplek USU yang dapat menjadi informan peneliti. Peneliti akhirnya mendapatkan informan ke-enam yang berprofesi sebagai
penjual mie ayam. Beliau adalah bapak Samsir, dan sudah berjualan di depan komplek USU selama 6 tahun. Peneliti pun memesan 1 porsi shiomay buatan pak
samsir karena pak Samsir tidak hanya menjual mie ayam, bakso dan shiomay pun menjadi jualan pak Samsir. Waktu wawancara dengan pak samsir memakan
waktu selama 1 jam karena tidak ada pengunjung yang membeli dagangan pak Samsir selama peneliti mewawancarai beliau. Sekitar pukul 16.15 WIB peneliti
mengakhiri wawancara dengan informan ke-enam tersebut dan peneliti memutuskan untuk mencari satu orang lagi informan untuk meyakinkan peneliti
bahwa peneliti telah menemukan data jenuh. Melalui saran pak samsir peneliti pun mendapatkan informan ke-tujuh yaitu seorang penjual Es kolak durian yang
sudah berjualan di depan komplek USU selama dua tahun lebih. Dibantu dengan bujukan pak Samsir, akhirnya informan ke-tujuh dalam penelitian ini bersedia
untuk peneliti wawancarai. Informan ke-tujuh ini bernama Wira Syahputa, wawancara dengan informan ini memakan waktu sekitar 1 jam juga karena pada
saat proses wawancara tidak ada pembeli yang membeli dagangan informan. Penelitian pun berakhir sekitar pukul 17.30.
Universitas Sumatera Utara
Berakhirnya wawancara dengan informan ke-tujuh membuat peneliti merasa yain bahwa peneliti telah menemukan data jenuh di lokasi penelitian yang
pertama. Banyak informasi yang peneliti temukan mengenai strategi komunikasi yang digunakan Satpol PP kota Medan yang menjadi bahan baru bagi peneliti
ketika melakukan penelitian di lokasi penelitian yang ke dua tepatnya di kantor Satpol PP. Selama proses penelitian dan wawancara, peneliti tidak mengganggu
jalannya kegiatan informan. Peneliti memberikan kesempatan bagi informan yang sedang melayani pembeli dan menghentikan proses wawancara selagi informan
melayani pembeli.
B. Kantor Satpol PP kota Medan