Tabel 2.4 Karakteristik Informan Satpol PP
NO KETERANGAN
INFORMAN D
1 Jenis Kelamin
Pria 2
Agama Kristen
3 Suku
Batak Simalungun 4
Tanggal Lahir 07 Februari 1962
5 Anak ke.. dari..
1 dari 4 6
Tinggi Badan 158 cm
7 Usia
53 Tahun 8
Alamat Jalan Budi Luhur, No. 142 D
9 Lama Mengabdi
30 Tahun
10 Ciri Fisik
Kulit hitam, rambut pendek dan keriting, berkumis lebat dan panjang, bentuk
wajah sedikit petak, terdapat sedikit bekas jerawat di pipi kiri dan kanan,
bersuara sedikit parau, berhidung besar. Sumber: Peneliti
4.1.3 Hasil Penelitian A. Pedagang Kaki Lima
1. Informan 1
Nama : Tuti Kirana
Tanggal Wawancara : 27 Desember 2015 Tipe Wawancara
: Wawancara Mendalam Face to Face Interview Informan peneliti yang pertama adalah Ibu Tuti yang merupakan seorang
pedagang es kolak durian di sekitar Pintu I USU. Informan peneliti yang pertama ini telah berjualan di depan komplek USU selama kurang lebih 7 tahun.
Pengalamannya ditertibkan Satpol PP kota Medan ketika berjualan di lokasi penelitian sudah tidak terhitung lagi, beliau sampai lupa sudah berapa kali ia
ditertibkan selama berjualan di depan komplek USU namun dengan alasan kebutuhan sehari-hari ia terpakasa tetap berjualan di depan komplek USU. Selain
itu, ibu tuti juga beralasan ia sudah sering membayar semacam uang retribusi kepada pihak Kepala Lingkungan Kepling agar aman berjualan di depan
komplek USU, kalaupun ada penertiban dari pihak satpol PP, satpol PP tidak akan rusuh meskipun menurut pengakuan ibu Tuti, pengutipan retribusi dari kepling
sudah tidak berjalan lagi sejak puasa tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
Dari segi komunikasinya, informan 1 ini mengaku bahwa Satpol PP kota Medan memang pernah memberitahukan baik melalui surat maupun secara
langsung bahwa daerah depan komplek USU, Jalan Dr. Mansyur pintu I-IV Universitas Sumatra Utara bukan untuk tempat berjualan meskipun
pemberitahuan langsung seperti itu hanya bersifat sekadar dan dikomunikasikan hanya pada saat penertiban. Penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP kota
Medan hanya pada saat tertentu saja, misalnya saja pada saat ada penilaian kota Adipura. Berikut petikan hasil wawancaranya,
“Udah pernah sih ada, lewat surat juga iya, tapi namanya kita cari makan ya kek mana bang? Ya memang ada pemberitahuan baik-baik bang, kami kalau
dilarang ya tetap pergi jualan bang. Misalnya ini ya ada penilaian Adipura, tiga hari ibu ya tiga hari tidak berjualan di lokasi penelitian selama penilaian
Adipura, yaudah oke. Sebelum puasa yang tahun lalu ada sekitar 5 bulan kami ga bisa jualan bang, larit-larit kucar-kacirlah bang orang di kejar-kejar sama
PP Satpol PP sama orang kelurahan lagi. Yaitulah kalau seandainya orang itu mau operasi besar mungkin ntah ada mau naik gubernur lagi, gubernur yang
lama mau carik biar ada kerjaannya. Ya orang itu ngasih tau ga boleh jualan itu bang, ntah 3 hari sebelum penertiban atau sehari sebelumnya bang, baik-baik
memang orang itu ngasih taunya.” Kurangnya komunikasi, serta tidak adanya sosialisasi dan pembinaan dari
satpol PP kota Medan mengenai pelanggaran UU yang telah dilakukan oleh para PKL seperti UU No.7 Tahun 2004 yang berisi tentang pemakaian badan jalan,
trotoar di atas parit yang tidak boleh dibangun, Perda Kota Medan No. 31 Tahun 1993 tentang pengaturan dan penataan pedagang kaki lima, dan Visi-Misi
pemerintah kota Medan yang ingin menjadikan kota Medan kota metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera, Visi jangka menengah
pemerintah kota Medan tahun 2015. Perbaikan infrastruktur, utamanya perbaikan jalan kota, jalan lingkungan, taman kota dan drainase serta penataan pasar
tradisional secara simultan Misi pemerintah kota Medan tahun 2015, mengakibatkan para PKL kurang paham bahwa dengan berjualan di depan
komplek USU, mereka telah melanggar peraturan, menghambil hak pejalan kaki, dan menjadi salah satu penyebab kemacetan di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penuturan ibu Tuti belum pernah ada Negosiasi yang dilakukan oleh Satpol PP kota Medan terkait jalan keluar agar mereka tidak lagi menjadi
penyebab kemacetan di sekitar jalan Dr. Mansyur, Pintu I-IV USU, berikut penuturan ibu Tuti Kirana dengan logat pasarannya,
“Maaakkk... belum pernah adalah bang, kalau mau mereka Negosiasi kek gitu, cari jalan keluar sama-sama kami, kami pun senang nya bang. Tapi itu
pulak lah lagi, kalau udah dapat jalan keluarnya sama-sama, jangan lah lagi ada yang berjualan disini. Kalau ada juganya yang jualan disini ya awak pun gak
mau lah gitu, harus sama-sama maunya, kadang kek gitulah ada aja yang ngeyel mas. Pernah kami dilarang Satpol PPnya, buuk tiga hari ini jangan jualan dulu
ya ada penertiban, ku iyakan bang. Besoknya datang aku menchek ada juganya yang jualan, ya awak pun besoknya jualan jugalah namanya buat kebutuhan
perut , tau abang besoknya aku jualan disitu betulan digusur sama Satpol PPnya. Kenak angkutlah meja ku.”
Ketika peneliti bertanya kepada informan bagaimana pendapatnya mengenai strategi komunikasi yang digunakan Satpol PP kota Medan, informan
pertama ini berpendapat bahwa Satpol PP kota Medan hanya sekadar menjalankan tugasnya saja, apa yang diperintahkan oleh atasan Satpol PP kota Medan itu yang
dilaksanakan PKL, tanpa memikirkan nasib PKL yang berjualan di lokasi penelitian, karena memang harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berikut
penuturan ibu Tuti, “Sebenarnya kalau abang tanya gitu, aku kurang ngerti juga mau bilang
apa. Kalau awak bilang nanti kurang tepat, memang iya juga sih. Tengoklah orang itu asal mau nertibkan aja baru mau ngomong sama kami, waktu nilai
Adipuralah kemarin itu, disitu lah orang itu komunikasinya sama kami bang nyuruh jangan jualan disini, udah gitu aja bang, selebihnya ga ada. Kami ini
nggaknya permanen bang, datang orang itu mau gusur kami, kami ambil sampah kami , pigi kami langsung bang. Ini kemarin bersih bang waktu kami yang ga bisa
jualan 5 bulan itu, ga ada sampah disini. Allhamdulillah kali lah bang, waktu pas puasanya ga ada orang itu gusur, bisa juga awak jualan biar ada duit buat
lebaran. Cuman yang ga enaknya ya gitulah bang, nanti kan ga tau kapan
Universitas Sumatera Utara
dilarang lagi kami jualan disini, gitulah terus bang kadang ngeri kalinya awak rasa bang. Gitulah bang, sebenarnya gak ngerti soal itu, abang lah harusnya
lebih ngerti karena abang anak komunikasi kan, abang lah yang lebih paham itu.” Harapan ibu Tuti kedepannya untuk Satpol PP kedepannya adalah
komunikasi 2 arah yang tercipta antara Satpol PP dengan para PKL yang berjualan di depan komplek USU bukan komunikasi 1 arah dimana komunikan
mau atau tidak mau harus mengikuti kemauan komunikator. Selain itu, besar harapan ibu Tuti agar Pemerintah kota Medan melalui Satpol PP mau
bernegosiasi dengan para PKL agar terjadi kesepakatan win-win solution antara PKL dengan Pemerintah kota Medan sehingga PKL merasa terbantu dengan
adanya lokasi berdagang yang tidak melanggar dan Satpol PP tidak lagi menertibkan dan menyita gerobak atau meja para PKL. Berikut penutuan
informan, “Ya pentinglah bang. Kalau mau aja orang Satpol PP itu
berkomunikasi, mendengarkan alasan awak berjualan disini, Insya Allah mengertinya kurasa orang itu mas. Walaupun gini kerja kami bang, gini pun halal
juganya bang. Maulah contohnya orang itu bernegosiasi kek yang abang bilang itu sama pedagang yang disini semua, ntah kemanalah dipindahkan kami semua
misalnya kan senang awak, ga melanggar lagi awak, ga jadi penyebab kemacetan lagi awak kek yang abang bilang. Jadi merasa terbantu kali awak kalau sempat
gitu. Tapi asal semua pindah ya bang, jangan separuh lagi masih aja jualan disini. Ya awak pun pasti balik juga lah kesini, karena udah punya pelanggan itu
disini bang. Kalau disini bang, awak tinggal duduk aja berdatangan pelanggan awak, kalau udah dipindah nanti kan merintis lagi awak bang. Tapi kalau semua
yang pindah, aku setujunya bang.” “... harapan nya ya itu bang, maunya komunikasinya itu jangan cuman
nyuruh larang jualan disini aja orang itu. Kalau gitu, mau jugalah harusnya orang itu dengarkan alasan kami, kenapa balik-balik kesini lagi kami jualan.
Biar enak sama enak hasilnya, negosiasi yang kek abang bilang itu pun perlu dilakukan biar ga kenak gusur lagi kami bang, disini pun ga macet jadinya. Itu aja lah
bang harapan ku, yang penting jangan cuman menggusur aja orang itu bang.
Universitas Sumatera Utara
2. Informan 2