Kalau Anggota Satpol PP ini Pak, adanya haknya mnyampaikan saran guna penataan PKL pak?

artinya jangan lewat parkiran jalan itu pinggirbahu jalan dan jangan dibuat kursi dan meja di trotoar itu sebab menggangu anak USU berjalan kaki. Itu udah pak RH itu yang ngasih kelonggaran seperti itu dan dilanjut dengan pak Eldin ini. Ada hampir 1 tahun itu. Namun tetap dikasih tau, tetap dikasih tau, mereka nggak juga, akhirnya di nol kan Negosiasi dicabut. Memang pedagangnya yang bandal. Kan udah dbilang jangan menempatkan barang di trotoar meja dan kursi kalau ditaruhnya lagi meja disitu kan sudah menyulitkan pejalan kaki sementara itu Kampus, dari pintu sini ke pintu sana masyarakat sering jalan kaki disitu. Itu hari itu masalahnya. Untuk masalah jangka panjangnya guna melindungi itu para PK lima, itulah perda itu harus ada dulu, tentang jalan ini bisa ada PK lima, sedangkan jalan lain tidak boleh ada, sehingga kita bisa arahkan dia ke jalan yang boleh ada PK limanya, nah lantaran masalahnya adalah belum bisa disahkan oleh walikota sekarang, karena masih harus butuh dirapatkan lagi dengan pihak terkait, kota Surabaya kan sudah ada perda yang seperti itu, kita belum. Masih belum disahkan. P: Kalau Anggota Satpol PP ini Pak, adanya haknya mnyampaikan saran guna penataan PKL pak? I: Kalau saran ya ada kok hak tiap anggota untuk nyampaikan itu ke bapak Kasat, bukan cuman saya saja yang berhak tapikan apa yang mau kita buat saran untuk itu?kalau ada kira-kira saran yang bermanfaat, kenapa ga boleh? karena tetap dia Kasatpol PP anjurkan itu waktu dia berbicara pun di rapat misalnya kalau mau ada saran ya silahkan aja disampaikan. Seperti kemarin ada wacana mau dibuat seperti Surabaya, ada jalan yang bisa PK Lima berjualan ada yang tidak. Itu kan harus mengacu kepada peraturan ataupun Undang-Undang, nah itu yang belum ada. Tetap mengacu kepada wacana itu kita sekarang cuman belum tuntas dia. Cuman ya itu tadi, karena masih wacana jadi belum ada langkah baik dan saran yang dapat langsung dilaksanakan untuk menata PKL itu untuk saat ini. P: Kalau seandainya begini pak misalnya ada saran, bahwa Pemko Medan ini mengajak pihak USU untuk bersama-sama menanggulangi PKL yang Universitas Sumatera Utara depan USU, bernegosiasi dengan pihak USU untuk memakai halaman bangunan mereka yang disebrang komplek USU, contohnya Asrama Putra USU. Bagaimana menurut bapak mengenai saran itu? I: Baik saya kira saran itu karena selama ini kita ga sampai terpikir sampai kesitu. Nanti pasti akan saya sampaikan saran itu ke bapak Kasatpol. Itu saran yang cukup membangun saya kira. P: Jadi bagaimana bapak memandang Komunikasi, Sosialisasi dan Negosiasi dalam kaitannya penertiban PKL ini pak? Pentingnya bapak rasa? I: Itu bukan hanya sekadar penting lagi itu, itu sudah termasuk Protap dalam ruang lingkup kerja Satpol PP. Namanya pun kita orang timur, kan gak mungkin kita langsung main pukul walaupun salah PK lima itu ya tetap harus ada komunikasi, pak tolonglah mulai besok jangan lagi jualan disini, sosialisasinya baik lisan maupun tulisan, dan Negosiasinya tadi agar PK lima tadi tidak berjualan disembarang tempat. Itu berkaitan itu semua. P: Kalau memang penting pak, apakah menurut bapak masih ada kekurangan dalam Komunikasi Satpol PP kota Medan ini? I: Tetap ada kekurangannya kita harus akui itu, kekurangannya ya ditenaga ahlinya sendiri yang khusus dia mengenai komunikasi dengan PK lima, ya contohnya seperti nanti adek tamat dari USU, masuklah Satpol PP supaya ada yang khusus mengerti bagaimana pola komunikasi Satpol PP yang harusnya dapat diterapkan di lapangan. Karena kita harus akui kalau strategi komunikasi kita, baik itu komunikasinya, pembinaan PK lima melalui sosialisasinya maupun Negosiasi masih dilakukan pada saat kita ke lapangan artinya masih belum cukup intesitas komunikasi Satpol PP dalam berkomunikasi dengan mereka karena kita juga tidak ada tenaga ahli khusus dibidang itu. Memang ada kabid pembinaan disini, cuman yaitulah tetap saja tidak intens karena kekurangan anggota yang khusus menguasai bidang itu, makanya pada saat penertiban saja baru kita jalankan strategi komunikasi. P: Ini saya dapat Informasi juga dari PKL pak, kalau Satpol PP itu gak ada tegasnya dalam berkomunikasi dan melarang berjualan juga, ditertibkan hari ini misalnya, 3 hari saja penjagaannya, hari berikutnya sudah tidak dijaga lagi. Bagaimana bapak menerangkan itu? Universitas Sumatera Utara I: Bukan kita yang gak tegas, tapi memang harus kita akui kalau Satpol PP ini masih sangat kekurangan anggota sementara Medannya cukup berat dan luas, selain itu kerja Satpol PP bukan hanya menertibkan PKL saja. Itu PKL USU itu harusnya tiap hari itu diadakan patroli disitu, cuman karena kita kekurangan anggota, sementara kerjaan kita juga banyak makanya kelihatan ga diperhatikan itu. Anggota Satpol PP ini masih harus dibagi lagi pengamanan rumah dinas, pengamanan kantor walikota, pengamanan aset, pengamanan demonstrasi, setengah anggota Satpol PP ini sudah ditugaskan untuk pengamanan aset, rumah dinas, pengawalan Walikota, Wakilnya dan Sekda juga jadi setengahnya lagi lah ya terjun ke lapangan padahal di Medan ini berapa banyak pasar, berapa banyak jalan-jalan yang digunakan PKL untuk berjualan. Jadi kita jelas memang kekurangan anggota. Paling yang bisa terjun kelapangan itu hanya sekitar 500an orang saja. Memang anggaran kota Medan ini masih belum ada untuk menambah anggota pol PP ini, ya masih itulah kemampuan pemerintah daerah kita, jadi mau kita apakan? Kami jaga dipasar ini, di daerah sana ketinggalan. Masih begitu lah dia memang. Jadi bukan karena kita yang kurang tegas. P: Kalau begitu pak, bagaimana tekhnis lapangan dan strategi komunikasi yang saat ini digunakan Satpol PP kota Medan? I: Kalau untuk saat ini kita harus akui masih ala kadarnya. Kita surati mereka, berupa surat larangan, kita pasang baliho sebagai bentuk peemberitahuan dan sosialisasi secara tidak langsung, dan kita ingatkan kembali pada saat pengarahan, kita kasih tau juga peraturan yang mereka langgar, dan kalau masih berjualan juga terpaksa kita lakukan tindakan refresif. Seperti yang saya bilang barusan juga, kalau bandel PKLnya itu ga pakai surat lagi, kita langsung terjun. Bagi yang disita barangnya, biasanya mereka datang itu untuk menjemput, nah disitulah baru seksi pembinaannya bertindak, dikasih pengarahan kembali bahwa itu bukan daerah berjualan. Tapi bagi PKL yang nakal itu, dibiarkan dia barangnya itu kami sita, ga dijemput. Masih seperti itulah tekhnis dan strateginya. Masih banyak kekurangan itu benar. Universitas Sumatera Utara P: Ini mengenai uang retribusi pak, saya juga dapat info dari PKL bahwa anggota Satpol PP ini juga mau meminta uang kepada PKL, apakah bapak tahu mengenai itu? I: Kalau itu saya ga tau karena kita ga ada perintahkan seperti itu, tapi bisa saja ada anggota kita ini yang nakal, dan saya ga bisa pastikan itu karena kalau kita tanya sama PK limanya, ada kau kasih sesuatu sama anggota? Jawaban mereka selalu ga ada. Jadi saya tidak tahu mengenai itu dan saya juga tidak bisa pastikan. P: Baiklah jika begitu pak, ini juga mengenai tugas Satpol PP kota Medan pak, para PKL beranggapan jika Satpol PP melaksanakan penertiban hanya karena supaya ada pekerjaan, bagaimana tanggapan bapak mengenai hal tersebut? I: Bukan kita kurang kerjaan, justru sangat banyak pekerjaan kita makanya mereka jadi seperti tak tersentuh itu. Anggota Satpol PP saat ini, 500an lebih dan ga sampai 600 orang. Sementara kita punya kerjaan banyak. Contoh, Pengamanan rumah dinas, pengamanan kantor walikota, pengamanan aset, pengamanan demo. Setengah jumlah anggota Satpol PP kota Medan ditugaskan menjaga aset, rumah dinas dan kantor walikota sementara kalau sudah dia ditugaskan untuk menjaga kantor, rumah dinas dan aset itu ga bisa lagi dirotasi untuk terjun ke pajak atau ke pasar untuk menertibkan PKL. Jadi hanya setengah dari jumlah anggota Satpol PP lah yang bisa dirotasi ke pajak dan pasar untuk menertibkan PKL, sementara kalau kita sadari ada berapa banyak pajak di medan ini yang harus kita tertibkan. Ada berapa banyak pasar juga yang jadi tempat PKL untuk berjualan. Jadi bukan ga ada kerjaan, justru kita banyak pekerjaan makanya sampai mengeluh kita kekurangan anggota. Itu dia. P: Apalah harapan bapak untuk Satpol PP ini kedepannya agar Strategi Komunikasi Satpol PP itu tidak gagal? I: Ya harapannya itu tadi, maunya ada tenaga ahli yang S-1 misalnya khusus menangani komunikasi, pembinaan berupa sosialisasi penyuluhan dan Negosiasi terhadap PK lima sehingga kalau sudah ada tenaga ahli, maka komunikasi dapat dijalin kepada PK lima dengan lebih sering lagi dan benar- Universitas Sumatera Utara benar terkonsep. Artinya, bukan pada saat ada pengarahan dan penertiban saja baru ada komunikasi, selain itu strategi komunikasi Satpol PP ini pasti lebih berbobot kalau sudah ditangani oleh tenaga ahli tadi. Universitas Sumatera Utara KEPALA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MEDAN Bagian Tata Usaha Sub Bagian Kepegawaian Sub Bagian Umum Kelompok Jabatan Fungsional Bidang Operasi dan Pembinaan Seksi Operasi Seksi Pembinaan Bidang Pengawasan Seksi Usaha Industri Seksi Usaha Non Industri Bidang Penuntutan dan Peradilan Seksi Pengaduan dan Bukti - Bukti Seksi Penuntutan dan Penindakan Gambar 4.4 Struktur Organisasi pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan Sumber: Kantor Satpol PP Kota Medan Universitas Sumatera Utara DOKUMENTASI PENELITIAN Universitas Sumatera Utara BIODATA PENELITI Nama : Nico Simpati Sinaga TempatTgl. Lahir : Pematangsiantar, 19 Mei 1993 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jalan Berdikari 94A, Pasar 1, Padang Bulan, Medan Agama : Kristen Protestan Suku : Batak Riwayat Pendidikan : SD Negeri 122377 Pematangsiantar SMP RK Bintang Timur, Pematangsiantar SMA Swasta Budi Mulia Pematangsiantar NAMA ORANG TUA Ayah : Jhon Abidin Sinaga Ibu : Dameria br. Manalu Nama Adik : Novelia Citra Sinaga Santo Mario Sinaga PEKERJAAN ORANG TUA Ayah : Supir Truk Ibu : Ibu Rumah Tangga Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku : Alvin A. Goldberg Carl E. Larson. 1975.Groub Communication: Discussion Process and Aplication. terjemahan 1985. Ardianto, Elvinaro Bambang Q. Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Basrowi dan Suwandi.2008.Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Budyatna, Prof.Dr. Muhammad M.A dan Ganiem, Dr. Leilomona M.Si.2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub. Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub. Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada .2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Djunasi, Sunarjo. 1984. Opini Publik. Yogyakarta : Liberty. Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. . 2007. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. . 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hasan, M. Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub. Hidayat, Dasrun S.Sos, M.Ikom. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Universitas Sumatera Utara Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada dan Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub. . 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti Limbong, Dayat. 2006. Penataan Lahan Usaha PKL: Penertiban vs Kelangsungan Hidup. Medan:Pustaka Bunga Press. Muhtadi, A. Saeful. 1999. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek. Bandung: Logos. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 2001. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press. Pohan, Syarifuddin.dkk. 2012. Buku Pedoman dan Proposal Penelitian. Medan: PT Grasindo Monoratama. Purba, Amir.dkk. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Pustaka Bangsa Press. Satropoetro, Santoso. 1990. Komunikasi Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta. Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru. Sugiono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Sumber Internet: balitbang.pemkomedan.go.idtinymcpukgambarfileArwin20Hsb.pdf diakses pada tanggal 11 Juli 2015 beritasumut.com diakses pada tanggal 12 Juli 2015 http:lib.ui.ac.idfile?file=digital20368875-MK-Johannes20Natanael20S.pdf diakses pada tanggal 5 Juli 2015 https:www.google.co.idurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=15cad =rjauact=8ved=0CDYQFjAEOAourl=http3A2F2Frepository.t elkomuniversity.ac.id2Fpustaka2Ffiles2F1000272Fjurnal_eproc 2Fkomunikasi-public-relations-dalam-implementasi-teknik-lobi-dan- negosiasi-pada-kegiatan-eksternal-telkom- foundation.pdfei=msuYVdysK4- Diakses pada tanggal 5 Juli 2015 Universitas Sumatera Utara https:www.google.co.idurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=3cad=r jauact=8ved=0CCkQFjACurl=http3A2F2Frepository.ung.ac.i d2Fget2Fsimlit_res2F12F2982FEfektivitas-Komunikasi-dan- Negosiasi-Dalam- Bisnis.pdfei=FsqYVdK_HJeJuwSDs4hAusg=AFQjCNHsjuNGD_N6c p3GTB-zjxRf8s_iyQ diakses pada tanggal 5 Juli 2015 http:www.kompasiana.commuhammadnur_seini-kuncinya-jokowi-tertibkan- pkl-tanpa-kekerasan_550d46c3a33311d81a2e3b04 id.Wikipedia.orgwikiPolisi_Pamong_Praja diakses pada tanggal 11 Juli 2015 kbbi.web.idnegosiasi diakses pada tanggal 5 juli 2015 medan.tribunnews.com20141206siap-siap-kawasan-dr-mansyur-medan-akan- bebas-pedagang-kaki-lima diakses pada tanggal 12 Juli 2015 Merdeka.comperistiwabentrok-dengan-pkl-6-anggota-satpol-pp-kota-malang- terluka.html diakses pada tanggal 11 Juli 2015 metro.news.viva.co.idnewsread640798-bentrok-satpol-pp-dengan-pkl--monas- sempat-menceka diakses pada tanggal 11 Juli 2015 Pemkomedan.go.idfileh_1215070628.pdf diakses pada tanggal 14 Juni 2015 Pemkomedan.go.idnewhal-visi-dan-misi.html diakses pada tanggal 29 juni 2015 repository.usu.ac.id repository.ugm.ac.id waspada.co.idmedanpenertiban-pkl-pasar-sutomo-2-anggota-satpol-pp-luka-luka diakses pada tanggal 12 Juli 2015 Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetaui

sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis, sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi metodologi adalah penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat pada penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Bungin Burhan dalam bukunya yang berjudul Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya 2008 penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Adapun tujuan penelitian deskriptif menurut Hasan 2002 adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Menentukan apa yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menerapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

3.2 Objek Penelitian

Adapun objek penelitian penelitian ini adalah Opini Pedagang Kaki Lima terhadap strategi komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja kota Medan. Universitas Sumatera Utara

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah informan yang dimintai informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun subjek penelitian ini adalah : 1. Pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan Dr. Mansyur, Pintu I sampai IV Universitas Sumatra Utara depan komplek USU 2. Kepala dan anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan.

3.4 Kerangka Analisis

Adapun kerangka analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 1.3 Kerangka Analisis Informan Sebagai Subjek Penelitian Pengumpulan data dari Informan selaku subjek penelitian dengan Teknik Wawancara Mendalam Reduksi Data Hasil Wawancara Penelitian Penyajian Data Penelaahan hasil wawancara penelitian Penarikan kesimpulan dari penyajian data dan verifikasi penelitian Menghubungkan kesimpulan dengan pokok permasalahan Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari informan sebagai subjek penelitian yang memiliki kriteria sesuai dengan yang diterapkan oleh peneliti, kemudian peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan triangulasi data dan teori, dan proses pengumpulan data tersebut dilakukan secara terus-menerus hingga menjadi data jenuh. Kemudian dengan menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman selama dilapangan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Peneliti melakukan reduksi data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Sugiyono, 2005:92 2. Melakukan penyajian data Dalam melakukan penyajian data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matriks, network jaringan kerja, dan chart. Sugiyono, 2005:95 3. penarikan kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang digunakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah yang kridibel. Sugiyono, 2005:99 4. Menghubungkan kesimpulan dengan pokok permasalahan Hal ini dilakukan oleh peneliti bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam penelitian ini sehingga tercapai tujuan dan hasil yang diinginkan oleh peneliti. Universitas Sumatera Utara

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penelitian lapangan sebagai suatu upaya untuk memperoleh data primer. Selain itu penelitian dari berbagai sumber lainnya seperti buku-buku dan jurnal ilmiiah yang memuat teori-teori yang mendukung penelitian ini, dokumentasi, catatan, atau laporan dari lembaga tertentu Satpol PP kota Medan merupakan upaya untuk memperoleh data sekunder dalam penelitian ini. Data Primer Data primer dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut: 1. Wawancara Mendalam in-depth interview Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan. Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada informan, berkisar antara masalah atau tujuan penelitian. Metode wawancara mendalam in-depth interview adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Sesuatu yang amat berbeda dengan metode wawancara lainnya adalah bahwa wawancara mendalam dilakukan berkali- kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian, hal mana kondisi ini tidak pernah terjadi pada wawancara pada umumnya. Burhan, 2008:108 2. Observasi atau Pengamatan Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana peneliti melihat dan mengamati secara visual sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer. BasrowiSuandi, 2008:94 Menurut Burns 1990 observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dengan observasi peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian. dalam BasrowiSuandi, 2008:93 Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara terus serius. b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian. c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian. d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya dalam Burhan, 2008:115 Peneliti akan melakukan pengamatan observasi tentang kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian informan guna mendapatkan data primer yang dibutuhkan dalam penelitian. Data Sekunder 1. Studi Kepustakaan Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu dengan mencari, mengumpulkan dan membaca literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Literatur yang digunakan peneliti adalah literatur yang berkaitan dengan komunikasi, strategi komunikasi, komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi, dan negosiasi. 2. Dokumentasi Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data-data tentang berbagai hal yang berhubungan dengan penelitian.

3.5.1 Penentuan Informan

Penentuan jumlah subjek penelitian atau informan ini dilakukan dengan menggunakan Snowball Sampling Technique. Snowball Sampling Technique merupakan cara yang efektif untuk membangun kerangka pengambilang sampel yang mendalam, dalam populasi yang relatif kecil. Dalam penelitian ini peneliti menentukan satu atau lebih individu atau informan kunci dan meminta dia atau mereka menyebutkan orang-orang lain yang nantinya dapat dijadikan informan subjek penelitian. Peneliti telah menentukan kriteria tertentu sebagai dasar penetapan informan dalam penelitian ini, yaitu dengan kriteria sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 1.3 Kriteria Penentuan Informan

3.5.2 Keabsahan Data

Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan hasil penelitian. Banyak hasil penelitian kualititaif diragukan kebenarannya karena beberapa hal : 1 Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif. 2 Alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi apapun bentuknya mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol dalam observasi partisipasi. 3 Sumber data yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Burhan, 2008 :253-254 Sehubungan dengan itu, Moleong mencoba membangun teknik pengujian keabsahan data yang ia beri nama teknik pemeriksaan, yaitu: 1. Perpanjangan Keikutsertaan Kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dama penelitian. Karena itu, peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama dengan informan di lapangan bahkan sampai kejenuhan data tercapai. Apa bila peneliti lama di lapangan, maka ia akan membatasi; 1 gangguan dari No Subjek Penelitian Informan Kriteria Subjek Penelitian Informan 1 Pedagang Kaki Lima Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sepanjang jalan Dr. Mansyur, Pintu I sampai IV Universitas Sumatra Utara depan komplek USU. Sudah berjualan lebih dari 6 bulan di depan komplek USU. Pernah ditertibkan oleh Satpol PP kota Medan selama berjualan di depan komplek USU. 2 Kepala Satpol PP kota Medan dan Anggota Pernah ikut menertibkan Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sepanjang jalan Dr. Mansyur, Pintu I sampai IV Universitas Sumatra Utara depan komplek USU. Memahami alasan pemerintah kota Medan melakukan penertiban. Universitas Sumatera Utara dampak peneliti pada konteks; 2 kekeliruan biases peneliti; 3 mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat. 2. Menemukan Siklus Kesamaan Data Ketika peneliti mengatakan bahwa setiap hari ia menemukan data baru, maka artinya ia masih terus bekerja untuk menemukan data lainnya karena informasi yang ingin diperolehnya masih banyak. Akan tetapi suatu hari ia menemukan informasi yang sama yang pernah didapatkan, begitu pula hari- hari berikutnya, maka ia harus melakukan langkah akhir yaitu menguji keabsahan data penelitiannya dengan informasi yang baru saja ia peroleh dan apabila tetap sama maka ia telah menemukan siklus kesamaan data atau dengan kata lain ia sudah berada di penghujung aktivitas penelitiannya. 3. Ketekunan Mengamati Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindra, namun justru menggunakan semua pancaindra termasuk adalah pendengaran, perasaan, dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan di lapangan maka, maka derajat kebasahan data telah ditingkatkan pula. 4. Triangulasi Penelitian, Metode, Teori dan Sumber Data Salah satu cara paling penting dalam menguji dan mudah dalam uji keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi penelitian, metode, teori, dan sumber data. dalam Burhan, 2008:254-256

3.6 Teknik Analisis Data

Konsep analisis data kualitatif menurut BogdanBiklen 1982, merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mengadakan sintensis, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, membuat keputusan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. dalam BasrowiSuandi, 2008:193 adapun teknik analisis data yang digunakan penelitian ini adalah dengan menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Miler dan Huberman, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Reduksi Data. Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian dan pentrasformasian data kasar dari lapangan. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari data yang benar-benar valid. 2. Penyajian Data. Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya adalah teks naratif, matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Tujuannya adalah untuk membaca dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu, sajiiannya harus tertata secara apik. 3. Menarik kesimpulan atau verifikasi. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Dalam tahap ini peneliti, peneliti membuat rumusan proporsi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilnjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap dengan temuan baru yang berbeda dari temuan yang sudah ada. dalam BasrowiSuandi, 2008:210 Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian Dapat dipersepsikan kota Medan merupakan salah kota yang sejajar dengan Jakarta, Surabaya, dan Bandung yang artinya kota Medan merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia. Berbagai macam suku kini menempati kota Medan seperti Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Pak- pak, Angkola, Melayu, Nias, Jawa, Minang, Aceh, Thionghoa, serta suku lainnya. Tak hanya itu, kota Medan juga sempat menjadi pintu gerbang para wisatawan yang ingin berdestinasi ke dataran tinggi Berastagi, Danau Toba, Bukit lawang yang identik dengan objek wisata orang utannya ketika bandara Polonia masih beroperasi di kota Medan. Kemajemukan suku yang mendiami kota Medan juga diikuti jenis pekerjaan yang ada di kota Medan, mulai dari Dosen sampai Guru Pendidikan Anak Usia Dini PAUD, Pengusaha sampai karyawan, Pegawai Negeri Sipil sampai Pegawai Swasta, Pedagang besar sampai Pedagang Kaki lima, juga pekerjaan lainnya semuanya ada di kota Medan. Namun kehadiran pedagang kaki lima di kota Medan yang cukup menarik perhatian peneliti sebab tidak dapat disangkal jika kehadiran mereka menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan di kota Medan terlepas dari usaha mereka untuk menyambung kebutuhan hidup sehari-hari. Pedagang Kaki Lima PKL banyak hadir di jalan-jalan umum kota Medan, dan salah satunya adalah di depan komplek Universitas Sumatra Utara. PKL yang berjualan dikawasan tersebut sebenarnya sudah beberapa kali ditertibkan, namun upaya yang dilakukan satpol PP masih terbilang gagal terkhusus dari segi strategi komunikasinya masih belum berhasil menertibkan dan mengajak para PKL untuk tidak berjualan di depan komplek USU, sehingga hal tersebut menarik minat peneliti untuk meneliti strategi komunikasi Satpol PP. Universitas Sumatera Utara Penelitian ini dilakukan di dua lokasi. Lokasi penelitian yang pertama adalah tempat para pedagang kaki lima depan komplek USU berjualan, yaitu jalan Dr. Mansur, Pintu I-IV Universitas Sumatra Utara dan lokasi penelitian yang kedua adalah kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan yang beralamat di jalan Arief Lubis No. 2, Medan. Penelitian ini dimulai pada tanggal 23 Desember 2015 sampai 20 Januari 2016. Gambar 1.4 Peta Jalan Dr. Mansyur Sumber: Google Maps Jalan Dr. Mansyur merupakan satu dari sekian banyak nama jalan yang ada di kota Medan. Nama jalan ini pun menjadi alamat dan pintu gerbang Universitas Sumatra Utara, selain itu jalan ini juga menjadi tempat yang cukup menyenangkan untuk berburu kuliner dan juga berbelanja. Terlepas dari banyaknya PKL yang berjualan disepanjang depan komplek USU, jalanan ini juga dipenuhi dengan Cafe, Beverage, Restaurant, dan penjual makanan yang berlabel halal. Di depan pintu III USU atau berdampingan dengan Rumah Sakit USU terdapat Restaurant Ayam Penyet Ria, lewat pintu IV USU maka cafe-cafe akan menyambut di sisi kiri dan kanan seperti Ulee kareng, Black and Gold Cafe, Kopi Baba, Morkov Cafe, Champion Cafe, Ben’s Cafe, Kopi cangkir, sedikit masuk ke sebelah kiri dari simpang Warung Steak, Kongbox Cafe juga siap memanjakan pengunjung. Selain itu, penjual makanan berlabel halal juga Universitas Sumatera Utara hadir di Jalan Dr. Mansyur seperti Ayam Penyet Jakarta, Ayam Penyet Surabaya. Beverage Warung Steak juga tak mau ketinggalan untuk ikut memanjakan lidah pengunjung jika pengunjung ingin memakan kuliner berbahan dasar daging Jalan Dr. Mansyur memang dipadati tempat-tempat untuk menikmati berbagai kuliner dan minuman seperti jus, kopi dan variasinya, serta Beer merupakan minuman utama hampir disetiap Cafe. Selain Cafe, Restaurant, dan Beverage jalan Dr. Mansyur juga dipenuhi toko-toko distro Factory Outlet yang menjual kaos, kemeja dan celana jeans dari berbagai merk. Adapun lokasi penelitian yang kedua adalah Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan. Kantor Satpol PP kota Medan terletak di Jalan Arief Lubis No. 2 Telp. 061 4523236, Kode Pos 20235 Medan – Sumatera Utara. Adapun denah lokasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.4 Denah Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan

4.1.1.1 Profil Singkat Satpol PP Kota Medan A. Sejarah Singkat Satpol PP

Ketentraman dan ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah, Pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib dan teratur. Untuk menunjang pelaksanaan pembangunan di daerah secara berkesinambungan, ketentraman dan ketertiban umum merupakan kebutuhan dasar dalam pelaksanaan pelayanan kesejahteraan masyarakat. Satuan Polisi Pamong Praja, disingkat Satpol PP, adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah. Jl n . A rie f L u b is Kantor Satuan Polisi Gelanggang Remaja Kota Medan Hotel Grand Angkasa Kolam Renang Deli Jalan Sutomo Ujung Universitas Sumatera Utara Keberadaan Polisi Pamong Praja dimulai pada era Kolonial sejak VOC menduduki Batavia di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Both, bahwa kebutuhan memelihara ketentraman dan ketertiban penduduk sangat diperlukan karena pada waktu itu Kota Batavia sedang mendapat serangan secara sporadis baik dari penduduk lokal maupun tentara Inggris sehingga terjadi peningkatan terhadap gangguan Ketenteraman dan Keamanan. Untuk menyikapi hal tersebut maka dibentuklah Bailluw, semacam Polisi yang merangkap Jaksa dan Hakim yang bertugas menangani perselisihan hukum yang terjadi antara VOC dengan warga serta menjaga Ketertiban dan Ketenteraman warga. Kemudian pada masa kepemimpinan Raffles, dikembangkanlah Bailluw dengan dibentuk Satuan lainnya yang disebut Besturrs Politie atau Polisi Pamong Praja yang bertugas membantu Pemerintah di Tingkat Kawedanan yang bertugas menjaga Ketertiban dan Ketenteraman serta Keamanan warga. Menjelang akhir era Kolonial khususnya pada masa pendudukan Jepang Organisasi polisi Pamong Praja mengalami perubahan besar dan dalam prakteknya menjadi tidak jelas, dimana secara struktural Satuan Kepolisian dan peran dan fungsinya bercampur baur dengan Kemiliteran. Pada masa Kemerdekaan tepatnya sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Polisi Pamong Praja tetap menjadi bagian Organisasi dari Kepolisian karena belum ada Dasar Hukum yang mendukung Keberadaan Polisi Pamong Praja sampai dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1948. Sejarah Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950 motto PRAJA WIBAWA, untuk mewadahi sebagian ketugasan pemerintah daerah. Sebenarnya ketugasan ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zaman kolonial. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi kemerdekaan dimana diawali dengan kondisi yang tidak stabil dan mengancam NKRI, dibentuklah Detasemen Polisi sebagai Penjaga Keamanan Kapanewon di Yogjakarta sesuai dengan Surat Perintah Jawatan Praja di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat. Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja. Universitas Sumatera Utara Di Jawa dan Madura, Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret 1950. Inilah awal mula terbentuknya Satpol PP. dan oleh sebab itu, setiap tanggal 3 Maret ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP dan diperingati setiap tahun. Pada Tahun 1960, dimulai pembentukan Kesatuan Polisi Pamong Praja di luar Jawa dan Madura, dengan dukungan para petinggi militer Angkatan Perang. Tahun 1962 namanya berubah menjadi Kesatuan Pagar Baya untuk membedakan dari korps Kepolisian Negara seperti dimaksud dalam UU No 131961 tentang Pokok-pokok Kepolisian. Tahun 1963 berubah nama lagi menjadi Kesatuan Pagar Praja. Istilah Satpol PP mulai terkenal sejak pemberlakuan UU No 51974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Pada Pasal 86 1 disebutkan, Satpol PP merupakan perangkat wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi. Saat ini UU 51974 tidak berlaku lagi, digantikan UU No 221999 dan direvisi menjadi UU No 322004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 148 UU 322004 disebutkan, Polisi Pamong Praja adalah perangkat pemerintah daerah dengan tugas pokok menegakkan perda, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat sebagai pelaksanaan tugas desentralisasi. Secara definitif, Polisi Pamong Praja mengalami beberapa kali pergantian nama namun tugas dan fungsinya sama, yaitu : 1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1948 pada tanggal 30 Oktober 1948 didirikanlah Detasemen Polisi Pamong Praja Keamanan Kapanewon yang pada tanggal 10 Nopember 1948 diubah namanya menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja. 2. Tanggal 3 Maret 1950 berdasarkan Keputusan Mendagri No.UP.32221 disebut dengan nama Kesatuan Polisi Pamong Praja. 3. Pada Tahun 1962 sesuai dengan Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No. 10 Tahun 1962 nama Kesatuan Polisi Pamong Praja diubah menjadi Pagar Baya. 4. Berdasarkan Surat Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No.1 Tahun 1963 Pagar Baya dubah menjadi Pagar Praja. Universitas Sumatera Utara 5. Setelah diterbitkannnya UU No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, maka Kesatuan Pagar Praja diubah menjadi Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah. 6. Dengan Diterbitkannya UU No.22 Tahun 1999 nama Polisi Pamong Praja diubah kembali dengan nama Satuan Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah. 7. Terakhir dengan diterbitkannya UU no.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lebih memperkuat Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sebagi pembantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah dan Penyelenggaraan Ketertiban umum dan ketenteraman Masyarakat dibentuk SATUAN POLISI PAMONG. B. Lambang dan Makna Satuan Polisi Pamong Praja Adapun arti atau makna dari lambang Satuan Polisi Pamong Praja dapat dilihat pada Gambar berikut : Gambar 3.4 Lambang dan Makna Satpol PP Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan

C. Kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan

Dokumen yang terkait

Tugas Dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Tindakan Penggusuran Pedagang Kaki Lima Sesuai Peraturan Daerah No 31 Tahun 2007 (Studi Kasus Kantor Polisi Pamong Praja Kota Medan)

0 85 72

Gaya Kepemimpinan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Cimahi

4 55 145

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN DAERAH TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DI SURAKARTA

2 41 109

Gaya Kepemimpinan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Cimahi

0 13 145

IMPLEMENTASI PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA OLEH SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL PP) Implementasi Penertiban Pedagang Kaki Lima Oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 (Studi Kasus di Kawasan Taman P

0 1 18

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL PP) DALAM KEWENANGAN PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG Peranan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Dalam Kewenangan Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima (Pkl) Di Kabupaten Sukoharjo.

0 1 16

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN KOTA MOJOKERTO.

1 4 101

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENATAAN TEMPAT USAHA PEDAGANG KAKI LIMA DI SEKITAR WILAYAH PASAR KEPUTRAN KOTA SURABAYA.

0 1 108

PENGEMBANGAN MODEL KOMPETENSI APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SURABAYA

0 0 10

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN KOTA MOJOKERTO SKRIPSI

0 1 25