Informan 8 D. Damanik P: Sudah berapa kalikah bapak turun ke lapangan untuk menertibkan PKL?
pribadi terima aja bang, asal ada tempat baru nya ya terus gini bang kalau memang ditertibkan ya semua pedagang ini mulai dari pintu I sampai IV sana
tertibkan jugalah, jangan nanti ada aja lagi yang jualan disini bang, ya ga maulah aku bang. Itu aja sih bang saran aku.
8. Informan 8 D. Damanik P: Sudah berapa kalikah bapak turun ke lapangan untuk menertibkan PKL?
I: Wahh kalau menertibkan udah banyak kali. Udah ga ingat secara jumlah, sejak mengabdi udah turun ke lapangan. Tahun 1986 lah saya sudah mengabdi di
kesatuan Satpol PP ini.
P: Berapa kali setahu bapak penertiban yang dilakukan Satpol PP terhadap PKL yang berjualan di depan Komplek USU?
I: Kalau untuk PK Lima yang di depan komplek USU percisnya ga ingatlah secara otak, tapi kalau kisarannya sejak saya menjabat menjadi Kasi-Op sampai
sekarang sudah ada tiga puluh kali dilakukan penertiban disitu. Bahkan pernah itu waktu tahun dua ribuan juga ini, pernah dijaga sampai dua tahun sesudah itu
di tinggal lah, balik lah lagi pedagang itu.
P: Selama bapak ikut menertibkan, apakah bapak pernah berkomunikasi dengan PKL yang berjualan di depan komplek USU? Apa saja yang bapak
komunikasikan?
I: Sering berkomunikasi. Ya paling itu keluhannya, dia carik makan. Itu ajanya keluhan orang itu. Susah pak katanya carik makan mau dimana lagi kami jualan?
katanya. Kalau komunikasinya ngomong langsung ya paling karena kita ini kan penegak peraturan daerah kita bilang baik-baik, ya tolong lah bu jangan jualan
disini. Masih sebatas itu saja dia. Sebenarnya kalau secara hati ga bisa tega kita nertibkan orang itu, tapi lantaran udah tugas, udah tupoksi kita kan itu dia. Kan
harus kita bisa bedakan yang mana tugas dan yang mana pribadi. Kalau kita melaksanakan pribadi ya ga jalan lah tugas ini kan itu dia.
P: Dari informasi yang saya dapat dari PKL, Satpol PP belum pernah mensosialisasikan UU No.7 Tahun 2004, Perda Kota Medan No. 31 Tahun
1993 kepada PKL, Apa itu benar pak? Bagaimana tanggapan bapak?
Universitas Sumatera Utara
I: Begini, kalau kita sosialisasi tekhnisnya masih secara tertulis saja memang. Itu harus kita akui. Sebelum dilakukan penertiban, kita buat itu suratnya secara
tertulis. Kalau memang dia baca, taulah dia itu tapi kadangkan dia ga mau baca. kadang-kadang pada saat penertiban kita kasih tau kalau dia udah melanggar.
Tapi yang jelas pembinaan sudah dilakukan sebelum penertiban, dengan cara dikasih tau langsung bahwa dia telah melanggar peraturan begitu seterusnya
sampai berulang-ulang, gak juga di dengar kami buat lagi surat peringatan, dicantumkan lagi peraturan yang udah mereka langgar selama tiga kali, masih
juga berjualan disana, barulah dilaksanakan penertiban. Kadang bagi kawasan yang sudah sering dilakukan penertiban, kita ga pake surat lagi, udah langsung
main turun aja. Itu udah diatur dia di protap prosedur tetap kita.
P: Negosiasi juga belum dilakukan oleh Satpol PP, itu pendapat dari PKL pak. Bagaimana tanggapan bapak?
I: Negosiasi tetapnya kita lakukan. Misalnya aja waktu pajak USU masih di dalam, kita negosiasikan itu sama mereka supaya mereka berjualan di dalam.
Cuman ada juga yang bandal orang itu, jualan lagi di pinggir jalan itu, kita arahkan lagi supaya ke dalam. Cuman setelah itu terbakar pajaknya yang di
dalam, ya balik lagi orang itu ke pinggir pasar itu lagi. Mau kita negosiasikan gimana caranya? Karena belum ada tempat untuk mengarahkannya karena untuk
saat ini wacana membuat kota Medan seperti Surabaya masih belum disahkan oleh bapak Walikota, sedangkan Perda kota Medan yang masih berlaku sekarang,
dimana pun bahu jalan, trotoar, di atas parit kota Medan tidak boleh ada PK lima. Itu wacananya udah 2 tahun yang lalu di mulai. Jadi Negosiasi kita sama
orang itu masih bertujuan supaya mereka tidak berjualan disitu.
P: Dalam UUD 1945 pasal 27 tentang warga negara berhak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak dan UUD pasal 34 ayat 1 tentang fakir miskin
dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Kalau menurut pasal itu pak, kan berhaknya mereka atas Negosiasi yang bersifat win-win solution? Apa
tanggapan bapak?
I: Sebenarnya sudah juga dilaksanakan negosiasi seperti itu namun tidak di indahkan orang itu. Kan pernah lurah dan camat menata mereka secara langsung
Universitas Sumatera Utara
artinya jangan lewat parkiran jalan itu pinggirbahu jalan dan jangan dibuat kursi dan meja di trotoar itu sebab menggangu anak USU berjalan kaki. Itu udah
pak RH itu yang ngasih kelonggaran seperti itu dan dilanjut dengan pak Eldin ini. Ada hampir 1 tahun itu. Namun tetap dikasih tau, tetap dikasih tau, mereka nggak
juga, akhirnya di nol kan Negosiasi dicabut. Memang pedagangnya yang bandal. Kan udah dbilang jangan menempatkan barang di trotoar meja dan
kursi kalau ditaruhnya lagi meja disitu kan sudah menyulitkan pejalan kaki sementara itu Kampus, dari pintu sini ke pintu sana masyarakat sering jalan kaki
disitu. Itu hari itu masalahnya. Untuk masalah jangka panjangnya guna melindungi itu para PK lima, itulah
perda itu harus ada dulu, tentang jalan ini bisa ada PK lima, sedangkan jalan lain tidak boleh ada, sehingga kita bisa arahkan dia ke jalan yang boleh ada PK
limanya, nah lantaran masalahnya adalah belum bisa disahkan oleh walikota sekarang, karena masih harus butuh dirapatkan lagi dengan pihak terkait, kota
Surabaya kan sudah ada perda yang seperti itu, kita belum. Masih belum disahkan.
P: Kalau Anggota Satpol PP ini Pak, adanya haknya mnyampaikan saran guna penataan PKL pak?