Gingivitisperiodontitis ulseratif nekrotikan akut Anemia Hb 8 g, netropenia 5.000ml, trombositopeni kronis
50.000ml
Stadium 4 Sakit Berat
AIDS
Sindrom wasting HIV Pneumonia pneumosistis, pnemoni bakterial yang berat berulang
Herpes simpleks ulseratif lebih dari 1 bulan Kandidosis esophageal
TB ekstraparu Sarkoma Kaposi
Retinitis CMV Cytomegalovirus Abses otak toksoplasmosis
Encefalopati HIV Meningitis kriptokokus
Infeksi mikobakteria non-TB meluas Lekoensefalopati multifocal progresif PML
Peniciliosis, kriptosporidosis kronis, isosporiasis kronis, mikosis meluas,
histoplasmosis ekstra paru, cocidiodomikosis Limfoma serebral atau B-cell, non-Hodgkin
Kanker serviks invasif Leismaniasis atipik meluas
Gejala neuropati atau kardiomiopati terkait HIV
Sumber: WHO, 2008
27
2.7 Infeksi Opurtunistik
Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan atau menyerang infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis kuman. Infeksi HIV dapat merusak
sistem kekebalan tubuh. Infeksi yang mengambil kesempatan dari kerusakan sistem pertahanan tubuh ini dikenal dengan infeksi opurtunistik. Infeksi ini dapat muncul
karena mikroba bakteri, jamur, virus yang berasal dari luar tubuh maupun yang sudah ada di dalam tubuh.
28
Universitas Sumatera Utara
Secara klinis digunakan hitung jumlah limfosit CD4 sebagai pertanda munculnya IO pada penderita AIDS. Penurunan CD4 disebabkan oleh kematian CD4
yang dipengaruhi oleh HIV. Infeksi-infeksi opurtunistik umumnya terjadi bila jumlah CD4 200 selmL atau dengan kadar lebih rendah.
11
Infeksi opurtunistik merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di antara pasien dengan stadium lanjut infeksi HIV. Infeksi ini biasanya tidak terjadi
pada pasien yang terinfeksi HIV hingga jumlah sel T CD4 turun menjadi 200 selmL darah. Ketika pengobatan terhadap beberapa patogen opurtunistik dilaksanakan dan
penatalaksanaan pasien AIDS memungkinkan ketahanan yang lebih lama, spektrum IO mengalami perubahan.
20
Terdapat enam prinsip dasar dalam mendiagnosis dan mengobati penyakit infeksi pada penderita AIDS, yaitu:
17
a. Penyakit infeksi parasit, jamur, dan virus pada penderita AIDS biasanya tidak dapat disembuhkan. Terkadang penyakit infeksi tersebut dapat diatasi pada tahap akut,
namun biasanya dibutuhkan pengobatan jangka panjang untuk mencegah kekambuhan.
b. Sebagian besar penyakit infeksi pada penderita AIDS adalah akibat reaktivasi kuman yang sudah ada pada penderita, jadi bukan infeksi baru. Biasanya tidak
menular, kecuali tuberkulosis paru, herpes zoster, dan salmonellosis. c. Frekuensi infeksi parasit atau jamur tergantung dari prevalensi infeksi asimtomatik
parasitjamur tersebut pada penduduk setempat. Di Amerika, lebih dari 50 infeksi adalah pneumonia. Infeksi tunggal jarang terjadi. Seringkali terjadi infeksi
beberapa kuman secara bersamaan atau infeksi susulan.
Universitas Sumatera Utara
d. Jenis infeksi parasit atau jamur pada penderita AIDS di suatu daerah tergantung dari prevalensi parasitjamur tersebut pada penduduk setempat.
e. Infeksi pada penderita AIDS biasanya berat dan seringkali dalam bentuk disseminata.
f. Beberapa jenis penyakit infeksi sekarang sduah dikenal berkaitan erat dengan AIDS.
Data dari Dirjen PPPL Kementerian Kesehatan 2010 menyebutkan bahwa IO yang paling banyak dilaporkan pada penderita AIDS di Indonesia adalah
tuberkulosis 11.513 kasus. Diikuti kandidiasis orofaringeal 6.605 kasus, diare kronis 6.567 kasus, dermatitis generalisata 1.676 kasus, dan limfadenopati
generalisata persisten 778 kasus.
29
Hasil penelitian Jannah 2010 di RSUD Dr. Soetomo menyebutkan bahwa IO yang paling sering dijumpai adalah kandidiasis oral 23,0, selanjutnya diare
12,0, tuberkulosis 12, pneumocystis carinii 7, pneumonia 6, sepsis 6, pruritic popular eruption 6, cytomegalovirus 4, toksoplasmosis 4,
dan TB ekstraparu 3.
30
Hasil penelitian Fathanah 2011 di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar menunjukkan bahwa proporsi IO pada penderita AIDS tertinggi adalah
gastroenteritis akut 37,5, diikuti oleh dermatitis generalisata 25,0. Proporsi TB paru, kandidiasis oral, dan ensefalopati masing-masing 12,5.
31
Universitas Sumatera Utara
2.8 Epidemiologi Infeksi Opurtunistik pada Penderita AIDS 2.8.1 Distribusi dan Frekuensi Infeksi Opurtunistik pada Penderita AIDS
a. Tuberkulosis