Sarkoma Kaposi Pneumocystis Carinii Pneumonia

Penelitian menunjukkan bahwa infeksi bersamaan antara diare kronis dan HIVAIDS pada anak-anak lebih berbahaya dibandingkan pada anak-anak yang hanya mengidap HIVAIDS. Suatu studi di Republik Kongo menjumpai risiko kematian disebabkan diare kronis pada anak yang mengidap HIV 11 kali lebih besar dari anak yang tidak mengidap HIV. 38 Di negara dengan obat antiretroviral ARV yang sudah tersedia dengan cukup, insidens diare kronis pada penderita AIDS menurun dari 53 menjadi 13. Sedangkan di negara dengan obat ARV yang kurang tersedia, insidens diare kronis pada penderita AIDS masih tetap tinggi. Namun, penelitian di Boston dimana obat antiretroviral cukup tersedia, sebanyak 40 orang dewasa yang terinfeksi HIV mengalami paling sedikit satu kali diare selama satu bulan pengobatan ARV. 12 Penelitian Farozanah 2010 di RSUP H. Adam Malik menunjukkan bahwa proporsi ODHA dengan diare kronis pada laki-laki sebesar 77 dan perempuan sebesar 23. Dimana 88 dari penderita adalah dewasa, 8 anak-anak, dan 4 lansia. Jumlah CD4 200 selmL darah 54 dan CD4 ≥ 200 selmL darah 46. 39 Penelitian Sidebang 2010 membuktikan bahwa frekuensi kejadian diare kronis pada ODHA tertinggi pada kelompok umur 15-39 tahun 50,0, diikuti kelompok umur 15 tahun dan 39 tahun yang masing-masing 25,0. Laki-laki ODHA memiliki proporsi 100,0 menderita diare kronis. 33

d. Sarkoma Kaposi

Sarkoma kaposi adalah penyakit yang multisentrik angioproliferatif dan merupakan tumor yang sering didapatkan pada infeksi HIV. Kelainan ini muncul pada ODHA dengan jumlah CD4 800 selmL darah. Lesi berupa makula, papula, Universitas Sumatera Utara pustul, nodul, atau plak berwarna merah atau ungu. Kelainan ini merupakan salah satu tanda khas infeksi HIV. Beberapa penelitian di Asia tidak mendapatkan penderita HIVAIDS yang mempunyai kelainan kulit sarkoma kaposi. 40 Sarkoma kaposi memengaruhi kurang lebih 20 ODHA di Amerika Serikat yang tidak memakai terapi ARV. Angka di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi tampaknya lebih rendah. Sarkoma kaposi terutama terjadi pada laki-laki. Di Amerika Serikat, laki-laki penderita AIDS berisiko delapan kali lebih besar untuk mendapat sarkoma kaposi dibandingkan perempuan. 28 Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan pada tahun 2010 ditemukan bahwa proporsi sarkoma kaposi pada penderita AIDS sebesar 0,8. 41

e. Pneumocystis Carinii Pneumonia

Pneumocystis carinii pnemumonia merupakan IO dengan gejala utama demam, batuk kering yang tidak produktif, lemah, nafas pendek yang terjadi secara bertahap dan tidak ada rasa sakit. Diagnosis ditegakkan dengan adanya kista-kista yang khas pada sekret pernafasan. Di Amerika Serikat, IO ini merupakan penyebab kematian ke-2 pada penderita AIDS. 42 Penelitian terhadap 55 pasien AIDS dengan kelainan paru yang dirawat di beberapa rumah sakit di Jakarta menemukan delapan pasien menderita PCP, yang terdiri dari lima laki-laki dan tiga perempuan. Kadar CD4 pada pasien PCP tersebut 50 selmL. 43 Universitas Sumatera Utara 2.8.2 Determinan Infeksi Opurtunistik pada Penderita AIDS a. Determinan Tuberkulosis Pada Penderita AIDS Tuberkulosis disebabkan oleh kuman berbentuk batang, yaitu Mycobacterium tuberculosis. Berbeda dengan IO pada umumnya, agen penyebab tuberkulosis merupakan agen tunggal. Pada dasarnya, masyarakat sudah memiliki agen infeksius ini di dalam tubuhnya. Namun karena sistem imun masih bisa menahan infeksinya, sebagian besar tidak menunjukkan gejala tuberkulosis sampai meninggal. Pada penderita AIDS dengan sistem imun yang buruk, mengakibatkan basil ini aktif untuk menginfeksi paru-paru. Mycobacterium tuberculosis memiliki ukuran panjang 1-4 µ dengan lebar 0,3- 0,6 µ. Basil ini tumbuh optimal pada suhu 37°C dengan tingkat keasaman 6,4-7,0. Struktur dinding sel yang kompleks menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yakni apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alkohol. 44

b. Determinan Kandidiasis Orofaringeal pada Penderita AIDS