Patogenesis HIVAIDS TINJAUAN PUSTAKA

transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain. 21,22

2.3 Patogenesis HIVAIDS

Virus HIV menyerang limfosit T yang mempunyai marker permukaan sel CD4. Limfosit merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi imunologis, seperti membantu mengaktivasi sel B, killer cell, dan makrofag. 21 HIV mempunyai tropisme selektif terhadap sel T4 karena molekul CD4 yang terdapat pada dindingnya adalah reseptor dengan afinitas yang tinggi untuk virus ini. HIV menyerang CD4 secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, virus akan menghambat fungsi dan kinerja sel T, sementara itu secara tidak langsung melalui perantara gp120 dan anti p24 yang akan menghambat aktivasi sel yang menghasilkan antigen HIV. 20 Setelah virus mengikatkan diri pada molekul CD4, virus masuk ke dalam target dan melepaskan bungkusnya untuk kemudian dengan enzim reverse transcriptase merubah bentuk RNA-nya menjadi DNA. Selanjutnya sel yang berkembang akan mengandung bahan genetik virus. 20 Universitas Sumatera Utara Dalam tubuh penderita AIDS, partikel virus bergabung dengan DNA host sehingga satu kali terinfeksi HIV seumur hidup akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50 berkembang menjadi penderita AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimtomatik tanpa gejala. Masa ini berlangsung selama 8-9 tahun. Virus HIV yang berhasil masuk ke dalam tubuh seseorang juga akan menginfeksi berbagai macam sel, terutama monosit, makrofag, sel-sel microglia di otak, sel-sel hobfour plasenta, sel-sel dendrite pada kelenjar limfe, sel-sel epital pada usus, dan sel Langerhans di kulit. 23 Tahapan klinis sampai berkembang menjadi AIDS meliputi infeksi primer, penyebaran virus ke organ limfoid, latensi klinis, peningkatan ekspresi HIV, penyakit klinis, dan kematian. 19 Infeksi primer terjadi selama 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan viremia permulaan. Setelah itu, viremia dapat terdeteksi selama sekitar 8-12 minggu sejak infeksi primer. Virus menyebar luas ke seluruh tubuh termasuk organ limfoid. Pada tahap ini terjadi penurunan jumlah sel T secara signifikan. Respon imun terjadi selama 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi primer, viremia plasma menurun jumlahnya, dan level CD4 kembali meningkat namun tidak mampu menghilangkan infeksi secara sempurna. Pada masa ini tidak dijumpai tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat, tes HIV juga belum mampu mendeteksi keberadaan virus HIV. Tahap ini disebut periode jendela window periode. 19 Universitas Sumatera Utara Masa latensi klinis dapat berlangsung 8-9 tahun atau lebih, dimana selama masa ini banyak terjadi replikasi virus baru. Siklus hidup virus mulai saat infeksi sel sampai replikasi berkisar rata-rata 2,6 hari. Pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan gejala klinis yang nyata, seperti infeksi opurtunistik atau neoplasma. Level virus yang lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut. 19 HIV yang ditemukan pada pasien dengan penyakit tahap lanjut, biasanya jauh lebih virulen dan sitopatik daripada strain virus yang ditemukan pada awal infeksi. 20

2.4 Sel CD4