Suku Pendidikan Distribusi Proporsi .1 Umur dan Jenis Kelamin

5.1.2 Suku

Proporsi suku penderita AIDS dengan IO di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 5.2 Diagram Bar Proporsi Suku Penderita AIDS dengan IO di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 Berdasarkan gambar 5.2 di atas, dapat dilihat bahwa suku penderita terbanyak adalah Batak dengan proporsi 78,5 diikuti Jawa sebanyak 12,1. Adapun terendah adalah Melayu dengan proporsi 1,3. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Athithan di rumah sakit yang sama pada tahun 2010 yang menyebutkan bahwa sebanyak 63,3 penderita adalah suku Batak. 41 Provinsi Sumatera Utara memiliki heterogenitas yang tinggi dalam hal suku. Dalam hal ini, suku bukanlah faktor yang menentukan kejadian HIVAIDS, namun hanya karena jumlah populasinya terbesar di Medan sehingga proporsinya lebih Universitas Sumatera Utara tinggi dibandingkan yang lain. Data Profil Kesehatan Sumatera Utara 2011 bahwa jumlah penduduk di kota Medan sekitar 7,3 juta jiwa, 81 merupakan suku Batak dan 11 suku Jawa. 8 Sementara itu, suku Aceh yang terdaftar sebagai penderita di RSUP H. Adam Malik Medan dikarenakan fungsi rumah sakit ini yang juga merupakan pusat rujukan kesehatan dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

5.1.3 Pendidikan

Proporsi pendidikan penderita AIDS dengan IO di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 5.3 Diagram Bar Proporsi Pendidikan Penderita AIDS dengan IO di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 Berdasarkan gambar 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang berpendidikan SLTAsederajat adalah paling tinggi yaitu sebanyak 62,8 diikuti pendidikan akademiPT sebanyak 19. Proporsi terendah adalah tidak sekolahtidak Universitas Sumatera Utara tamat SD yaitu 1. Hasil ini sesuai dengan penelitian Jannah di RSUD DR. Soetomo Surabaya pada tahun 2009 yang menemukan bahwa sebanyak 52,2 penderita berpendidikan tamat SLTAsederajat. 30 Gambar di atas menginformasikan bahwa penderita AIDS juga terdapat di semua tingkat pendidikan, bahkan pada tingkat akademiPT sebesar 18,8. Hal ini dapat disebabkan karena pendidikan yang tinggi walaupun telah memiliki pengetahuan yang benar tentang HIVAIDS, tidak dengan sendirinya diikuti tindakan positif berupa upaya mencegah HIVAIDS. 28

5.1.4 Pekerjaan