obat bebas terbatas dan obat wajib apotik. Semua obat yang tergolong obat bebas dan bebas terbatas wajib mencantumkan keterangan pada setiap kemasannya
tentang kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan pakai, dan pernyataan lain yang diperlukan seperti tanda peringatan, perhatian, dan kontraindikasi Supardi
dan Notosiswoyo, 2005. Banyak faktor yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat untuk
melakukan pengobatan mandiri, salah satunya ialah iklan Ariani, 2011. Faktor lainnya yang menyebabkan masyarakat cenderung memilih pengobatan mandiri
daripada ke dokter yaitu tingginya tekanan ekonomi, keadaan demografi, budaya, keluarga, usia, pekerjaan, pengetahuan, keyakinan dan sikap Tan dan Rahardja,
2010.
B. Peraturan Periklanan Obat dan Pelayanan Kesehatan
Iklan merupakan segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan
pembayaran. Iklan berfungsi sebagai alat penyampaian pesan informasi atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain, sarana penambah pengetahuan,
komunikasi persuasif yang bertujuan mempengaruhi sikap dan perilaku penerima iklan. Salah satu media iklan terlaris adalah televisi. Televisi merupakan hasil
produk teknologi tinggi hi-tech yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk
mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindakan individu Morissan, 2010.
Televisi sebagai media dengan audiensi terbanyak yang umumnya didominan oleh wanita daripada pria. Secara umum, kelebihan televisi
dibandingkan dengan media massa yang lainnya, diantaranya adalah mampu menjangkau khalayak sasaran yang luas dan yang paling berbeda dari yang
lainnya adalah mempunyai dampak yang sangat kuat terhadap konsumen, karena menekankan pada dua indera sekaligus, yaitu penglihatan dan pendengaran.
Media massa televisi sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang atau kelompok masyarakat dalam
pemilihan obat bagi dirinya maupun untuk keluarganya Morissan, 2010. Daya tarik media televisi yang demikian hebat membawa dampak yang
besar bagi pemirsanya. Hal yang perlu diperhatikan bahwa dari seluruh acara televisi yang ada, sekitar 50-nya adalah berupa iklan obat. Oleh karena itu,
pemirsa televisi dimanapun akan menerima terpaan iklan obat yang besar. Iklan obat juga akan membawa pengaruh baik langsung maupun tidak langsung kepada
pemirsanya. Kesimpulannya, televisi telah memberikan dampak yang besar bagi masyarakat dalam mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat lebih
dari apa yang disadari Morissan, 2010. Iklan obat di televisi harus memenuhi peraturan perundang - undangan
yang berlaku, sehingga informasi yang disampaikan maupun informasi yang diterima masyarakat bermanfaat dalam pemilihan obat bebas maupun obat bebas
terbatas tanpa resep dokter. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.386MENKESSKIV1994 tentang
Pedoman Periklanan Obat Bebas pada butir 1, menyatakan bahwa:
“Obat yang dapat diiklankan kepada masyarakat adalah obat yang sesuai peraturan perundang - undangan yang berlaku tergolong dalam obat bebas atau
obat bebas terbatas, kecuali dinyatakan lain ” MenKes, 1994.
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia No.386MENKESSKIV1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas bagian A
poin ke-6 menyatakan bahwa : “Iklan obat tidak boleh mendorong penggunaan berlebihan dan penggunaan
terus menerus” MenKes, 1994. Bagian A poin ke-7 menyatakan bahwa :
“Informasi mengenai produk obat dalam iklan harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pasal 41 ayat 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan sebagai berikut ini.
a Obyektif : harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada dan
tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamanan obat yang telah disetujui.
b Lengkap : harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat,
tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontraindikasi dan efek samping.
c Tidak menyesatkan : informasi obat harus jujur, akurat, bertanggung jawab
serta tidak boleh memanfaatkan kekuatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan. Disamping itu, cara penyajian informasi harus berselera baik dan
pantas serta tidak boleh menimbulkan persepsi khusus di masyarakat yang mengakibatkan penggunaan obat berlebihan atau tidak berdasarkan pada
kebutuhan.” MenKes, 1994.
Bagian A poin ke-10 menyatakan bahwa : “Iklan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau aktor yang
berperan sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan setting yang beratribut profesi kesehatan dan laboratorium” MenKes, 1994.
Bagian A poin ke-11a dan 11-b menyatakan bahwa : a
“Iklan obat tidak boleh memberikan anjuran dengan mengacu pada pernyataan profesi kesehatan mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat
misalnya, Dokter saya merekomendasi …..” MenKes, 1994.
b “iklan obat tidak boleh memberikan anjuran mengenai khasiat, keamanan dan
mutu obat dengan berlebihan ”.
Bagian A poin ke-13 menyatakan bahwa : “Iklan obat tidak boleh menunjukkan efekkerja obat segera sesudah penggunaan
obat” MenKes, 1994.
Bagian A poin ke-15 dan ke-16 menyatakan bahwa : “Iklan Obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian sebagai berikut:
MenKes, 1994. Bagian A poin ke-17 menyatakan bahwa :
“Iklan obat harus mencantumkan informasi mengenai: a
Komposisi zat aktif obat dengan nama INN khusus media cetak; untuk media lain, apabila ingin menyebutkan komposisi zat aktif, harus dengan
nama INN. b
Indikasi utama obat dan informasi mengenai keamanan obat. c
Nama dagang obat d
Nama industri farmasi e
Nomor pendaftaran khusus untuk media cetak MenKes, 1994.
Bagian B poin ke-2a menyatakan bahwa : “Obat pereda sakit dan penurun panas, iklan hanya boleh diindikasikan untuk
meringankan rasa sakit misalnya: sakit kepala, sakit gigi, dan nyeri otot, dan atau menurun
kan panas.”MenKes, 1994. Menurut Peraturan Menkes No.919MENKESPERX1993 pasal 2, obat
yang dapat diserahkan tanpa resep juga harus memenuhi kriteria seperti tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua
di atas usia 65 tahun MenKes, 1993.
Peraturan periklanan dan pelayanan kesehatan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam PMK No. 1787 Tahun 2010
mengkaji beberapa hal mengenai penyelenggaraan, persyaratan, pembinaan dan pengawasan iklan dan publikasi pelayanan kesehatan. Dalam pasal 3 ayat 2
dinyatakan bahwa : “Penyelenggaraan iklan harus sesuai etika iklan yang diatur dalam kode etik
rumah sakit Indonesia, kode etik setiap tenaga kesehatan, kode etik pariwara, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan”MenKes, 2010. Persyaratan iklan pada pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa :
“Fasilitas pelayanan kesehatan dalam menyelengarakan iklan danatau publikasi harus memenuhi syarat meliputi : memuat informasi dengan data dan fakta yang
akurat, berbasis bukti, informatif, edukatif, dan bertanggung jawab” MenKes,
2010. Pada pasal 5 mengenai persyaratan iklan dinyatakan pula bahwa :
“Iklan danatau publikasi pelayanan kesehatan tidak diperbolehkan apabila bersifat : memuji diri secara berlebihan, termasuk pernyataan yang bersifat
superlatif dan menyiratkan kata “satu-satunya” atau yang bermakna sama mengenai keunggulan, keunikan atau kecanggihan sehingga cenderung bersifat
menyesatkan” MenKes, 2010.
C. Sakit Kepala